Part 5

2.3K 99 0
                                        

Selama dalam perjalanan menuju kediaman Adryan, aku mencoba menepuk-nepuk pipinya, berharap dia akan sadar. Hingga sampai dirumahnya, tetap saja Adryan tidak sadar dan terus mengigau. Aku meminta bantuan pada supir taksi untuk membantu membawa Adryan masuk kedalam kamar dan meletakan dirinya dikasur. Setelah selesai dengan urusan Adryan, aku mengantar bapak taksi itu menuju kedepan pagar rumah dan memberinya uang.

Walaupun sudah malam, aku tidak langsung kembali kerumah. Aku masih khawatir pada keadaan Adryan. Setidaknya aku ingin menunggunya hingga dia sadarkan diri. Tanpa ragu, aku melangkah menuju dapur dan mengambil segelas air dan handuk bersih. Aku mencoba menciprati wajah Adryan dengan air dan membersihkannya dengan handuk. Untungnya Adryan mulai sadarkan diri. Perlahan aku membantunya melepaskan sepatu dan kaos kaki yang masih dia gunakan. Saat aku sedang melepaskan kaos kakinya, aku merasa ada sesuatu yang menarikku dan ternyata Adryan. Dengan buas Adryan mencoba melumat bibirku dan menimpa tubuhku dengan tubuhnya. Aku mulai berteriak sekencang-kencangnya berharap seseorang mendengar dan membantuku saat ini. Aku terus memukuli tubuhnya, tapi Adryan tetap tidak mau melepaskanku, perlahan dia melucuti baju yang aku kenakan dan melemparnya ke lantai. Kini pakaianku sudah berserakan, hingga sehelai benang pun tidak mampu menutupi dadaku. Air mataku sudah mulai berjatuhan melihat kegilaannya. Saat itu hanya pakaian dalam bagian bawah yang masih merekat di tubuhku, dengan gusar Adryan menarik pakaian dalamku dan aku tetap mempertahankannya. Tiba-tiba terdengar suara keras yang mengejutkanku dan Adryan terjatuh tepat di atas tubuhku. Terlihat sosok Belvara yang sedang membawa batang besi ditangan kanannya, dengan cepat Belvara melempar tubuh Adryan ke lantai dan memukulinya hingga babak belur. Aku hanya menangis melihat kejadian itu dan menutupi tubuhku dengan bantal yang berada disekitarku. Setelah selesai memukuli Adryan, Belvara meraih tubuhku kedalam dekapannya, Belvara menutupi tubuhku dengan jaket kulit miliknya, aku pun menangis sejadi-jadinya dipelukan Belvara, dia terus menerus menenangkanku tapi aku tidak menghentikan tangisanku. Melihat aku yang masih menangis, Belvara menopang tubuhku dan membawaku kedalam mobilnya.

Selama dalam perjalanan, Belvara terlihat sangat emosi, aku takut jika Belvara marah padaku. Saat dalam perjalanan pulang, aku tersadar bahwa ini bukanlah jalan menuju rumah, dengan raut wajah kebingungan aku bertanya padanya.
"Kita mau pergi kemana? Aku mau langsung pulang Belva." Kataku sedikit menangis.
"Tidak mungkin kamu pulang dengan pakaian seperti ini, aku akan membelikan baju untukmu." Ujar Belvara yang terus menatap lurus kedepan.

Sesampainya di tempat tujuan, Belvara memintaku untuk menunggu di parkiran dan Belvara pergi seorang diri untuk membelikanku pakaian.
Ketika aku berada di dalam mobil seorang diri, banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan pada Adryan, mengapa dia tega memperlakukanku seperti ini. Hanya ada kesunyian dalam mobil yang membuatku terngiang akan kejadian malam ini.

Tidak lama Belvara datang, perlahan dia mengetuk kaca jendela pengemudi dengan lembut dan memintaku untuk memakai pakaian yang sudah dia belikan. Sementara aku memakai pakaian, Belvara pergi lagi, entah ingin kemana dia.

Sekitar 10 menit berlalu, akhirnya Belvara sudah kembali dan membawa air mineral dalam genggamannya, lalu memberikannya padaku.
"Minum dulu." Katanya sambil memberikan botol yang sudah terbuka.
Aku pun menerimanya, lalu meminumnya.

Selama dalam perjalanan pulang aku hanya terdiam, aku sadar sesekali Belvara melirik ke arahku. Dalam sepi, Belvara menyalakan radio untuk mencairkan kebekuan diantara kami. Cukup memakan waktu yang lama kami tiba dirumah.

Setibanya dirumah, ayah dan bunda sudah menunggu kami di ruang televisi.
"Dari mana saja kamu Zoya?" kata ayah dengan nada yang tegas.
Belvara pun langsung menjawab pertanyaan ayah.
"Aku mengajaknya untuk menemaniku mencari makan di sekitar sini om, maaf pulangnya terlalu malam." Dengan berani Belvara menatap mata ayah.
Aku tahu, ayah sedang memandang kami dengan pandangan yang tidak yakin. Akhirnya ayah pun mempersilahkan Belvara kembali kedalam kamarnya dan beristirahat. Aku harus meminta maaf pada Adryan, karena Belvara, wajahnya menjadi babak belur. Sebenarnya aku tidak marah dengan Adryan, karena aku tahu dia tidak sadar melakukan hal menjijikan itu.

Regrets of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang