Part 14

1.6K 77 0
                                    

Marsha yang terlebih dahulu sampai di kampus melihat Zoya dan Arva keluar dari mobil yang sama.
"Sabar Sha." Katy mengelus lembut bahu Marsha.
"Sabar kata lo? gue tuh udah suka sama Arva dari semester dua. Sampe semester enam sekarang, Arva mana pernah nganterin gue." Marsha menatap kesal Arva dan Zoya.
Arva yang tidak melihat keberadaannya dengan santai melewati Marsha bersama Zoya, hal ini membuat Marsha bertambang geram.
"Ihhhh!! liatin aja tuh cewe. Berani-beraninya gangguin Arva." Marsha menghentakan kakinya ketanah.
Niat Marsha ke tanah, tapi kakinya menginjak jari-jari kaki Katy.
"Ahelah.. sakit Marsha." Katy mendorong bahu Marsha dengan kasar.
"Diem lo!" bentak Marsha.
Melly yang melihat Katy dengan pandangan kasihan langsung meredakan emosi Katy.

Di lorong kampus, Zoya di hampiri oleh temannya, Eva. Eva yang melihat keberadaan Arva pun merasa sangat kegirangan.
"Kebetulan banget aku ketemu kakak." Eva memandang Arva dengan pandangan yang berbeda.
Arva hanya tersenyum melihat tingkah laku Eva. Zoya pun mengakhiri kebersamaannya dengan Arva.
"Aku duluan ya." Kata Zoya pada Arva.
"Dadah.." Eva melambaikan tangannya pada Arva.
Arva hanya tersenyum pada mereka berdua.

Saat Zoya dan Eva sedang berjalan menuju kelas, salah satu teman Marsha menghalangi jalan mereka.
"Permisi." Kata Zoya.
"Tunggu." Marsha menghampirinya dari belakang.
Tubuh Zoya berbalik arah saat mendengar suara itu.
"Apa lagi?" alis Zoya terangkat.
"Mulai sekarang jauhin Arva." Marsha mengibas rambut Zoya.
"Bukan gue yang deketin Arva. Tanya sana sama orangnya langsung. Lagian gue sama dia juga cuma temenan." Jawab Zoya sinis.
"Alah.. emang dasarnya lo tuh cewe kegatelan." Marsha membulatkan matanya.
Zoya yang merasa perkataan Marsha yang tidak masuk akal itu pun akhirnya pergi meninggalkan mereka dan diikuti temannya Eva. Zoya tidak begitu memikirkan perkataan Marsha.
"Zoy, emang kamu ada hubungan apa sama Arva?"
Zoya berjalan dengan langkah yang cepat, sulit bagi Eva untuk mensejajarkan posisinya.
"Perlu aku jawab pertanyaan kamu?" Zoya melirik Eva.
Mendengar perkataan Zoya, Eva mengurungkan niatnya untuk kembali bertanya dengan topik yang sama.

Saat di kantin kampus, Zoya yang bersama Eva sedang asyik menyantap semangkuk bubur. Kemudian Arva datang dan menghampiri mereka.
Zoya yang tahu bahwa Marsha keberatan jika dirinya dekat dengan Arva itu pun pergi dari bangku tanpa menghabiskan buburnya dan meninggalkan uang yang cukup untuk membayar semangkuk bubur dan segelas es teh manis.
"Dia kenapa?" tanya polos Arva pada Eva.
"Tadi tuh ka Marsha kayak marah-marah gitu ke Zoya." Jawab santai Eva yang sedang menghabiskan buburnya.
Arva hanya diam berdiri terpaku mendengar pernyataan Eva.
Eva sudah selesai dengan makanannya itu.
"Bu, uangnya di meja ya." Teriak Eva pada ibu-ibu tukang bubur.
Teriakan Eva mampu membuat Arva tersadar.
"Duluan ya ka." Sapa Eva hangat.
"Iya." Arva membalasnya.
Arva merasa jengkel dengan apa yang dilakukan Marsha kepada Zoya. Dia pun berniat menghampiri dan bertanya maksud dari perbuatan Marsha.

Marsha yang sedang bergosip ria dengan teman-temannya itu langsung terkejut dengan kedatangan Arva dari kejauhan.
"Udah rapih?" Marsha membenahi rambutnya yang hitam panjang.
Katy dan Melly memberi kode 'udah'.
"Hay Va." Sapa Marsha manis.
"Maksud dari kelakuan lo apa?" tanya Arva tenang, namun tegas.
"Apa yang gue lakuin emangnya?" Marsha balik bertanya.
"Zoya."
"Cewe itu? jadi dia ngadu ke lo?" Marsha tertawa sinis.
"Jangan pernah lo gangguin dia, atau gue sendiri yang akan berurusan sama lo."
Perkataan Arva mampu mengejutkan Marsha dan kedua temannya.
Tanpa ada kata-kata yang di lontarkan Marsha, Arva pergi meninggalkan mereka. Marsha yang masih terkejut itu tanpa sadar membulatkan bibirnya. Kedua sahabatnya pun mengipas-ngipasi Marsha yang mulai kegerahan.
"What?!" teriak Marsha.

Hari ini Zoya memang sangat disibukan dengan banyak tugas, menjelang sore barulah Zoya sempat pulang. Arva sudah menunggunya di lorong dekat kelasnya.
"Zoya." Teriak Arva memanggil.
Sadar dengan panggilan itu, Zoya langsung menoleh ke arahnya. Tapi berbeda dengan sebelumnya, tidak ada senyuman ataupun perkataan dari bibir Zoya. Gadis itu tetap berjalan lurus kedepan. Arva mulai berlari mengejar Zoya.
"Zoy, kamu kenapa sih?" Arva menghadang langkahnya.
"Sekarang kamu tidak perlu dekat-dekat dengan aku." Jawab Zoya.
"Marsha? kamu takut sama dia?" tebak Arva.
"Takut? aneh ya kamu." Zoya tersenyum pahit.
"Aku dengan Marsha tidak ada hubungan apapun." Arva menarik pergelangan tangan Zoya.
Zoya yang hendak meneruskan langkahnya pun terhenti.
"Walaupun kamu ada huhungan dengan dia, tidak menjadi masalah untukku Arva. Kamu hanyalah teman bagiku, tidak lebih." Zoya menatap tajam matanya.
Perkataan Zoya pada Arva membuatnya sulit berkata kembali. Langkahnya pun sulit untuk mengejar Zoya yang sudah pergi jauh meninggalkannya.
"Baiklah." Arva tersenyum.

Tidak terasa berbulan-bulan sudah berlalu, kini saatnya ujian tengah semester, Zoya yang memiliki semangat untuk membanggakan orangtuanya sangat giat belajar. Dia tidak memikirkan hal-hal yang lain selain belajar, termasuk Belvara.
Terdengar deringan ponsel dari luar kamar Zoya. Gadis itu berlari mendekati ponselnya.
"Eva?" Zoya menatap layar ponselnya.
"Halo."
"Zoy, tolong kirimin materi ujian ya ke email, aku butuh banget." Pinta Eva dengan nada memohon.
Zoya jarang sekali membuka emailnya, bahkan mungkin dia sudah lupa dengan passwordnya.
"Iya, aku check dulu ya. Nanti aku kirim."
"Makasih Zoya!!! kamu memang sahabat terbaik! byeeeee...." Eva kegirangan.
"Bye." Zoya menutup panggilannya.
Zoya mulai mencari dimana laptop yang dia simpan. Dan akhirnya Zoya menemukan laptopnya masih berada dalam koper.
"Huuh.. untung saja." Zoya mengelus dadanya.
Perlahan Zoya mulai menyalakan laptopnya dan langsung membuka halaman email. Ternyata Zoya tidak lupa dengan passwordnya.
"Nambah kerjaan aja nih Eva." Zoya mengeluh.
Eva lupa memberikan nama email yang akan dituju oleh Zoya. Dengan malas, Zoya menghubungi ponsel Eva kembali.
"Eva, nama email kamu apa? kalau aku tidak tahu, bagaimana aku mengirimnya?" Zoya berkata tanpa memberika Eva kesempatan berbicara dahulu.
"Zoya." Kata si pengangkat.
'Ini suara Arva.' Kata Zoya dalam hati.
"Eva nya ada?"
Tidak lama ponsel itu beralih ke tangan Eva.
"Zoya, sorry tadi ka Arva." Eva tertawa.
"Nama email kamu?" tanya Zoya kembali.
Eva pun menyebutkan nama emailnya perlahan pada Zoya.
"Oke." Kata Zoya.
Dengan cepat Eva menutup duluan ponselnya.
"Ngapain mereka malam-malam seperti ini berdua?" Zoya merasa kebingungan.

Keesokannya Zoya sudah siap berangkat ke kampus pagi-pagi, karena ujian tengah semester diadakan pukul 8 pagi. Semua materi telah ia kuasai, Zoya sudah yakin tidak ada materi yang terlewat.
Ujian pun dimulai, Zoya mulai membaca naskah soal ujian. Tidak mudah namun tidak sulit baginya, Zoya mampu mengerjakannya dan yakin dengan apa yang ia kerjakan.
20 menit terakhir Zoya memeriksa kembali isi jawabannya dan sudah memantapkan jawaban dari semua pertanyaan yang diujikan.

"Zoy, gimana nih, tadi susah banget." Eva menghampiri Zoya yang sedang merapihkan tas.
"Kamu sih kemarin tidak belajar." Kata Zoya tanpa memandang Eva.
"Udah Zoya, aku belajar dari email yang kamu kirim."
"Gimana bisa fokus kalau kamu belajar diluar rumah." Celetuk Zoya.
Eva hanya membalasnya dengan tawa.
"Ke mall yuk? bareng ka Arva." Eva menundukkan tubuhnya, karena Zoya masih berada di bangku.
"Lain kali ya." Zoya menolak dengan halus.
"Yaudah." Eva berdiri kembali.
Tidak lama Arva menghampiri kelas Zoya.
"Jadi kan?" Eva mendekat ke arah Arva.
"Zoya kamu ikut kan?" Arva menaikan sebelah alisnya yang tebal itu.
"Kalian saja." Zoya bangkit berdiri, meninggalkan mereka berdua dan pergi dari kelas itu.

Regrets of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang