Part 20

1.5K 70 0
                                    

Eva yang sedang memperhatikan laki-laki tampan di hadapannya dengan pandangan yang tak beralih itu pun akhirnya di kejutkan dengan panggilan Arva.
"Eva. Kamu kenapa? kok liatinnya sampai begitu?" tanya Arva dengan raut wajah bingung.
Eva yang tersadar dari lamunannya itu menjadi salah tingkah.
"Kamu udah coba nasi goreng buatan kamu sendiri? enak banget." Arva memuji masakan Eva.
"Belum." Eva berbohong pada Arva.
Mendengar jawaban Eva, Arva langsung menyuapi sesendok nasi goreng tepat di depan bibir Eva yang masih tertutup. Alis tebal Arva mulai terangkat memberi kode dan bibir Eva akhirnya terbuka menerima suapan dari laki-laki itu. Saat sedang menyuapi Eva, Arva melihat dari kejauhan bahwa Zoya sedang berjalan mendekat. Arva yang ingin mencoba membuat Zoya cemburu, akhirnya mulai membersihkan sudut bibir Eva dengan tissue. Alhasil tidak ada respon apapun dari Zoya, gadis cantik itu hanya berjalan melewatinya tanpa melirik sedikitpun. Eva yang salah paham dengan tindakan Arva mulai merasa sangat bahagia.
"Makasih banyak ya untuk makan siangnya. Aku ada urusan, maaf ninggalin kamu sendiri." Arva membereskan kotak makan yang dibawakan Eva.
Eva hanya tersenyum dan mengatakan iya pada Arva.

Laki-laki itu segera pergi mengejar langkah Zoya. Ternyata gadis itu ingin pulang, terlihat ia sedang sibuk memberhentikan sebuah taksi. Usaha Arva untuk mencoba mengambil mobilnya itu akhirnya terhenti saat melihat Zoya sudah mendapatkan sebuah taksi untuk ia tumpangi. Raut sedih tercetak jelas di wajah tampan Arva saat ini.

Di apartemen Belvara sedang sibuk mencari-cari jas miliknya, apakah ia lupa membawa jas saat meninggalkan rumah? seingatnya, ia tidak lupa membawa jas. Belvara mulai memberantakan isi kopernya ke lantai dan mencari jas, akhirnya Belvara mendapatkan apa yang ia cari.

Bel apartemen pun mulai terdengar, Zoya pasti sudah pulang. Belvara mulai memasukan seluruh pakaiannya dengan acak kedalam koper. Ia tidak ingin kekasihnya itu menunggu lama di depan pintu. Segeralah Belvara berlari menuju pintu dan membukanya dengan penuh semangat. Hal yang pertama kali ia lihat saat membuka pintu adalah wajah cantik kekasihnya itu.
"Lama banget..." Zoya menegurnya dengan nada bercanda.
Gadis itu melihat koper Belvara yang tidak teratur saat memasuki apartemennya.
"Belva, koper kamu? kenapa berantakan seperti ini?" Zoya mulai kebingungan.
"Jam 7 nanti, kita akan pergi makan malam diluar." Belvara berkata sambil tersenyum manis.
"Benarkah?" Zoya membalikan tubuhnya dan menghampiri Belvara.
Perlahan Belvara memeluk tubuhnya dan Zoya pun melingkarkan kedua tangannya di leher Belvara.
"Bersiaplah secantik mungkin." Belvara mengecup lembut kening Zoya.
Rasa bahagia dan tenang saat ini menyelimuti diri Zoya, gadis cantik itu menggambarkan kebahagiaannya dengan memeluk tubuh Belvara dengan penuh kemesraan.

Belvara yang sudah siap dengan pakaian jas dan kemeja hitamnya itu sedang duduk di sofa menunggu Zoya. Laki-laki tampan itu sudah mempersiapkan sebuah mobil yang akan mereka tumpangi nanti. Belvara yang mulai cukup bosan menunggu kekasihnya itu akhirnya tertegun saat melihat Zoya keluar dari kamarnya.
Dress hitam selutut, sepatu hak tinggi yang menghiasi kakinya yang jenjang, riasan wajah yang tampak natural dan rambut cokelat panjang ia biarkan jatuh bergelombang mampu membuat Belvara menatap dirinya tidak berkedip sedikitpun. Ia sangat beruntung memiliki kekasih secantik Zoya. Dengan pandangan yang tidak berkedip, Belvara bangkit berdiri dan mendekati Zoya. Tangan kanannya pun terangkat di hadapan Zoya dan disambut hangat oleh jemari lentik gadis cantik itu.

Sesampainya di sebuah restaurant yang sangat berkelas dengan sentuhan nuansa eropa, Belvara menggandeng lembut tangan Zoya. Sang pelayan yang sangat sopan mulai menunjukan dan mengantar mereka pada tempat yang sudah di persiapkan.
Seperti biasa seorang laki-laki sejati mempersilahkan sang kekasih untuk duduk terlebih dahulu.
Sang pelayan mulai membawa daftar menu yang di sediakan dari restaurant ini.
Belvara tidak ingin melihat menu tersebut, ia meminta pada pelayannya untuk memberikan makanan yang menjadi favorite di restaurant ini dan memesan sebuah wine. Mendengar pesanan wine, Zoya pun terkejut dan menatap Belvara bingung.
"Untuk malam ini saja." Jelas Belvara dengan penuh kelembutan.

Makanan yang menjadi favorite restaurant ini akhirnya tiba dan tidak lupa dua cangkir wine. Zoya dan Belvara terlihat sangat menikmati makan malamnya. Perlahan Belvara mengeluarkan sebuat kotak kecil berwarna biru tua dari saku jasnya. Zoya yang memandang kotak itu pun terkejut saat Belvara perlahan membukanya.
Sebuah kalung berlian berliontin huruf B dan Z tampak sangat cantik. Belvara kemudian bangkit berdiri dan berjalan ke arah Zoya, laki-laki itu mulai memasangkan kalung indah tersebut pada leher Zoya dengan tangannya. Jantung Zoya saat ini sangat berdetak kencang.
Setelah Belvara selesai memasangkan kalung itu pada leher Zoya, ia kembali duduk.
"Kamu beli ini dimana? kamu kan tidak tahu daerah Jogja." Zoya menyentuh lembut liontin itu.
"Aku membeli ini sudah lama, sejak aku pulang dari rumah kamu. Kamu masih ingat?" Belvara menatap Zoya dengan penuh cinta.
Zoya yang mendengarkan perkataan Belvara mulai terasa sesak di dadanya. Ia sangat sedih namun bahagia. Selama ini Belvara memiliki perasaan yang sama terhadapnya.
"Simpan kalung ini baik-baik ya, meskipun nanti aku tidak ada bersamamu, kalung ini yang bisa mengingatkan kamu akan kenangan bersamaku." Belvara menyentuh jemari Zoya dengan lembut.
"Tidak kalung ini. Kamu yang akan selalu bersama aku Belva. Kamu sudah janji padaku. Selamanya, kamu akan selalu ada untukku." Zoya mulai merasa takut dengan perkataan Belvara.
'Akankah Belva pergi meninggalkan aku sendirian lagi?' batin Zoya.

Keesokan harinya di kampus, Arva memandang Zoya yang melewati dirinya. Wajah gadis itu terlihat sangat bahagia, sangat berbeda seperti biasanya. Kini seseorang sudah mengembalikan senyum manisnya. Apakah seseorang yang mengembalikan senyumnya dan merenggut senyumnya adalah orang yang sama? Arva terus bertanya dalam hatinya. Saat ini, kegelisahan selalu menyelimuti dirinya. Ingin sekali ia berkata yang sejujurnya pada Zoya, bahwa ia sangat mencintai dirinya. Tapi itu semua mustahil, Zoya sudah memiliki kekasih. Namun?
"Arrrggghhhhh!" Arva mulai geram dengan apa yang ia rasa.

Regrets of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang