Belvara memeriksa kitchen set dan lemari pendingin. Tidak ada bahan makanan sama sekali. Padahal laki-laki itu ingin memasak sesuatu untuk Zoya, pasti gadis itu sudah kelaparan, sejak pagi ia hanya memakan semangkuk sereal dan segelas susu. Belvara mempunyai niat untuk meninggalkan apartemen dan mengunjungi supermarket terdekat.
Mata indah itu mulai terbuka. Zoya sudah terbangun dari tidurnya setelah dua jam berlalu.
Hal yang pertama ia rasakan adalah kebahagiaan. Meskipun ia telah kehilangan sosok bunda dalam hidupnya. Zoya telah mengikhlaskan kepergian bunda yang sangat ia sayangi. Dan hal yang membuat ia tersenyum sendiri adalah, Belvara berada bersamanya saat ini.
Dengan senyuman yang menghiasi wajahnya yang cantik, Zoya bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan ke arah pintu. Suasana apartemen sangat terasa sepi, sama seperti hari-hari biasanya. Tidak ada aktifitas apapun yang menunjukan kehadiran Belvara. Apa gadis itu hanya bermimpi atas kehadiran Belvara?
"Belva..." Zoya menelusuri seisi apartemen.
Zoya terkejut saat pintu apartemen terbuka. Terlihat Belvara yang sangat kesulitan membawa banyak kantung plastik di kedua tangannya.
"Kamu dari mana?" Zoya menghampiri Belvara.
Belvara meletakan barang belanjaannya di meja makan.
"Apa kamu tidak kelaparan selama ini? tidak ada bahan makanan sedikitpun di dapur kamu." Belvara mengeluarkan satu persatu isi belanjaannya.
"Kan makan diluar." Jawab Zoya enteng.
"Hah? gila." Belvara menggelengkan kepala.
"Kamu tuh." Zoya mendorong tubuh Belvara.
Ada hal aneh yang terjadi, tubuh Belvara terlihat sangat lemas. Tampak saat Zoya mendorong tubuhnya, keseimbangan Belvara menjadi terganggu. Zoya merasa hentakan dari tangannya sama sekali tidak kencang.
"Ih lemah banget." Zoya meledek saat melihat tubuh Belvara hampir terjatuh.
"Cape tahu!" Belvara mulai menyeimbangkan tubuhnya.Zoya teringat pada kamarnya. Ia berjanji pada Belvara akan membersihkan kamarnya, tetapi ia tertidur saat itu. Zoya tidak ingin mendengar ocehan Belvara lagi, gadis itu berlari menuju kamar dan mulai membersihkan kamarnya yang sedikit berantakan.
Saat sedang membersihkan kamarnya, tercium aroma sedap yang berasal dari dapur. Dengan aroma yang sangat menggoda, Zoya mendekat pada sumber aroma tersebut. Ternyata Belvara sedang memasak sesuatu untuk Zoya.
"Kamu masak apa?" tanya Zoya penasaran.
Belvara berhasil menutup-nutupi apa yang ia masukan dalam makananya dengan tubuhnya yang tinggi.
"Kamu tunggu saja sana." Belvara mengusir.
Zoya menuruti perkataannya meskipun ia sangat merasa jengkel.
Gadis itu mulai mencari remote televisi, biasanya ia meletakannya diatas meja, tapi sekarang remote itu berada dimana?
"Belvaaaaaa.. remote televisinya kamu simpan dimana?" tanya Zoya sedikit berteriak.
"Di laci meja televisi."
Zoya mendekati lalu membuka laci itu dan mendapatkan apa yang ia cari. Tidak ada tayangan yang menarik pandangannya saat itu, Zoya sibuk memindah-mindahkan channel televisi. Sebuah tontonan yang membosankan bagi Zoya, ia pun memutuskan untuk mematikan layar televisi. Tidak lama, Belvara datang dengan membawa masakannya. Laki-laki itu mendekat ke arah Zoya.
"Kita makan di meja makan ya?" tangan kanan Belvara menarik pergelangan tangan kiri Zoya.
"Disini sajaaaaaa..." pinta Zoya manja.
Melihat sikapnya yang manja, Belvara tidak mampu menolak. Perlahan ia tersenyum dan duduk di samping Zoya.
Belvara adalah seseorang yang sangat disiplin, dia terbiasa makan di meja makan, orangtuanya mendidik Belvara sejak kecil dengan sangat hati-hati. Sebenarnya ia tidak suka jika makan di sofa.
Belvara memasak chicken wrap.
"Ih, sayur.." Zoya mendengus geli saat melihat isi dari wrap itu.
"Kamu coba dulu.. itu enak banget Zoya." Belvara menyuapi makanan itu tepat di depan mulut Zoya.
Perlahan Zoya membuka rahangnya.
Saat melahap wrapnya, mata Zoya tertutup dan saat mulai mengunyahnya rasa nikmat dari chicken mampu menjadi dominan dari sayur-sayur yang ada pada wrap itu.
"Enakan?" Belvara menggoda.
Zoya menganggukan kepalanya dan melahap chicken wrap itu dengan tangannya sendiri.
"Sehat itu tidak menyiksa Zoya." Kata Belvara lembut.
"Jika kamu yang memasaknya."
Senyum laki-laki itu mulai mekar saat mata Zoya memandang dirinya dengan penuh perasaan.Asyik dengan santapannya itu, Zoya tidak sengaja menumpahkan saus tomat di kain sofa putih tersebut.
"Aduuuuhh, kamu gimana sih.." Belvara mulai beranjak dari sofa itu dan mencari kotak tissue.
"Maaf maaf...." Zoya mencoba meraih sehelai tissue yang berada di genggaman Belvara.
"Aku kan sudah katakan tadi, makannya diatas meja makan, jangan di sofa Zoya." Belvara menghindarkan kotak tissue dari tangan Zoya yang mulai mendekat dan membersihkan noda itu dengan tangannya sendiri.
Apa daya, noda saus itu tetap saja tertinggal. Belvara mengendus kesal.
Zoya yang mampu membaca raut wajah Belvara pun sadar akan kekesalannya.
"Hal seperti ini saja kamu marah? hanya noda saus Belva, ini bukan hal yang perlu di besar-besarkan." Gadis itu mulai meninggikan suaranya dan pergi meninggalkan Belvara. Zoya memang terbiasa dengan sifatnya yang kekanak-kanakan.
Tak mampu laki-laki itu menahan langkah Zoya. Memang hal ini bukanlah hal yang serius, tapi Belvara ingin mengajarkan kepada Zoya, bahwa segala sesuatu memiliki aturannya.Terdengar suara pintu yang mulai terbuka.
"Tidak seharusnya aku marah." Belvara berdiri di depan pintu.
Demi kebaikan bersama, Belvara memutuskan untuk mengalah.
"Kamu sadar?" Zoya tidak berpaling dari ponsel yang ia genggam.
Pada kenyataannya gadis itu tidak fokus dengan ponselnya, ia hanya mencari alasan saja untuk tidak menatap Belvara.
"Iya aku tahu..."
"Kamu terlalu berlebihan Belva." Zoya memotong ucapan Belvara.
"Aku tahu aku salah, tapi cobalah kamu mengerti. Kamu adalah seorang gadis yang sudah dewasa. Bersikaplah selayaknya kamu sudah dewasa, tinggalkanlah sifat kekanak-kanakan kamu." Belvara mencoba berbicara dengan nada yang lembut.
"Hanya makan di sofa kamu bilang seperti anak-anak?" Zoya tertawa meledek.
"Dari hal yang kecil saja kamu tidak mengerti Zoya." Belvara berjalan mendekat.
"Apa yang harus aku mengerti. Ini hanya noda saus Belva." Zoya bangkit berdiri di hadapan Belvara.
"Kamu harus mempedulikan lingkungan sekitar kamu. Jika kamu tidak menjaganya, maka akan banyak penyakit yang mudah masuk dalam tubuh kamu." Belvara mengelus pipi Zoya.
"Belum tentu orang yang menjaga lingkungan dan dirinya tidak penyakitan. Iya kan?" Zoya menangkis perkataan Belvara.
Seketika Belvara mulai tersedak, entah karena apa. Laki-laki itu pun tidak sedang makan ataupun minum sesuatu.
"Iya kamu benar. Tapi, orang yang menjaga tubuhnya saja mampu terkena penyakit, apa lagi orang yang tidak menjaga tubuhnya."
Zoya hanya menganggukan kepalanya.
"Maafkan aku Zoya, untuk hal yang terjadi tadi. Tapi aku tidak bermaksud seperti itu."
"Aku mengerti." Zoya tersenyum dan langsung memeluk tubuh Belvara.
"Kamu tahu?" Zoya mulai memecahkan lamunan mereka berdua.
"Tidak." Belvara tetap tidak melepaskan pelukannya.
"Aku rasa, aku memiliki voucher laundry sofa." Zoya pun melepaskan pelukannya.
Mereka berdua bertatapan untuk beberapa detik dan tertawa geli satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regrets of Love
RomanceKamu berhasil menyadarkanku makna cinta yang sesungguhnya. Semua tampak jelas bagaimana caramu menjagaku. Hingga aku mendengar kata yang sudah lama kunanti terucap dari bibirmu. Cinta... Begitulah kedengarannya, sangat manis bukan? Tapi tidak bagik...