Part 34

1.1K 60 2
                                        

Malam dingin yang menyelimuti Zoya, membuat dirinya terbangun dari tidur. Saat itu jam sudah menunjukan tepat tengah malam. Dia memikirkan kata-kata yang Arva ucapkan, bahwa jam tangan ini tidak boleh dia berikan kepada siapapun. 'Baiklah, aku akan mengembalikan jam tangan ini, kepada orang yang telah memberikannya.' Kata Zoya dalam hati.

Sementara Arva sejak tadi tidak bisa terlelap dalam tidurnya. Arva berusaha membuka hati kepada Eva, namun dia tidak bisa. Arva mengingat pesan yang Belvara sampaikan, untuk menjaga Zoya. Hatinya mengatakan untuk tetap mencintai Zoya, namun pikirannya mengatakan untuk berhenti melakukan itu. Bisakah Arva bertahan untuk mendapatkan cinta Zoya? jika Zoya tidak mampu mencintai dirinya, sebenarnya tidak menjadi masalah untuk Arva, tapi setidaknya anggaplah Arva hadir dalam hidup Zoya dan hargai perjuangannya.

Sebelum Zoya berangkat ke kampus, dia sibuk mencari kotak jam tangan yang Arva berikan. Tidak sopan jika jam tangan ini di kembalikan tanpa pelindungnya.
Akhirnya Zoya menemukan kotak yang dia cari di laci meja depan sofa tempat Arva memberikan jam tangan itu saat Arva mengira bahwa hari itu adalah hari ulang tahun Zoya. Seketika Zoya tersenyum mengingat tingkah lucu Arva.

Berbeda dengan hari kemarin, Eva memandang kedatangan Zoya dengan penuh amarah. Zoya juga tidak berkata apapun kepada Eva. Namun, Zoya tetap memilih tempat duduk di samping Eva.
Diantara mereka saling diam membisu, hingga saatnya tiba Zoya mulai memecahkan kesunyian diantara mereka.
"Eva."
Eva sibuk memaikan ponselnya.
"Maafkan aku tentang masalah kemarin. Aku tidak tahu apa yang Arva katakan padamu, yang aku tahu pasti Arva menyakiti hatimu karena aku." Kata Zoya.
"Jika kamu tahu Arva akan menyakiti hatiku karena ulahmu, kenapa kamu memberikan jam tangan itu kepadaku? aku tidak pernah memintamu untuk memberikan barang itu kepadaku. Selamat Zoya, kamu berhasil membuat Arva mengira aku yang mengambil jam tangan itu dari kamu. Kamu jahat Zoya." Eva beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan Zoya.
Zoya hanya terdiam memandang temannya itu. Apa yang dikatakan Eva memang benar, dia tidak pernah meminta jam tangan itu sebelumnya.

Selama mata kuliah sedang berlangsung, Eva belum kembali sejak pagi tadi. Dosen mata kuliah itu pun bertanya pada Zoya, karena seperti biasanya Eva selalu bersama dengan Zoya. Perasaan khawatir mulai menyelimuti batinnya saat ini, Zoya takut jika Eva melakukan hal yang membahayakan dirinya sendiri.

Jam mata kuliah itu sudah selesai, namun rasa khawatir Zoya belum selesai. Hingga pada suatu waktu rasa khawatir itu musnah saat Eva sudah kembali ke dalam kelas.
"Eva, kamu dari mana? dosen tadi nanyain kamu." Tanya Zoya penuh perhatian.
"Zoy, kamu disuruh pak Barlin ke lab ujian praktek. Dia minta kamu untuk mengambil daftar nilai anak-anak." Eva tidak menjawab pertanyaan Zoya.
"Kenapa pak Barlin tidak langsung menghubungi aku ya?" Zoya mulai merasa bingung.
"Anaknya sakit, jadi dia tidak hadir saat ini. Aku juga di kasih tahu sama bu Tri untuk menyampaikan hal ini ke kamu." Eva pun duduk dibangkunya.
Zoya merasa senang karena temannya sudah mau berbicara lembut dengannya.
"Iyaudah. Nanti daftar nilainya aku berikan ke siapa?" tanya Zoya sambil tersenyum.
"Keee.... oh, kamu bawa pulang saja. Iya kata bu Tri disuruh kamu yang membawa daftar nilai itu. Kalau pak Barlin sudah bisa hadir, baru kamu kasih ke dia." Jawab Eva gugup.
"Iyaudah, aku ke lab dulu ya." Zoya tersenyum lembut pada Eva.
Eva pun membalas senyuman itu dengan senyum licik.

Saat dalam perjalanan menuju lab, Zoya mengirim pesan pada Arva untuk menemuinya di taman dekat lapangan basket, ada yang ingin Zoya sampaikan pada Arva. Beruntung, ponselnya yang hancur sudah selesai diperbaiki. Zoya pun menyimpan ponselnya di saku celana jeans.
Suasana sekitar lab sangat sepi dan gelap, walaupun siang hari. Tidak ada cahaya yang menerangi kegelapan lab itu, hanya terdapat satu buah bohlam yang menerangi lab. Dengan langkah yang gemetar, Zoya memasuki lab itu seorang diri. Dia kebingungan dimana daftar nilai yang pak Barlin maksud. Zoya mulai mencari daftar itu diantara tumpukan kertas-kertas yang terletak di atas meja kayu yang sangat besar. Ketika Zoya sedang fokus mencari daftar nilai, pintu lab yang tadinya terbuka lebar menjadi tertutup. Yang mengejutkannya lagi, Zoya mendengar suara pintu terkunci dari luar lab. Segeralah Zoya berlari ke pintu.
"Siapa diluar?" Zoya mencoba membuka pintu namun tidak bisa.
"Siapa sih yang iseng!!!" teriak Zoya kesal.
Tidak ada jawaban apapun dari luar lab. Zoya mulai menjerit meminta pertolongan.

Regrets of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang