Part 30

1.2K 63 2
                                        

Sebelum Arva meninggalkan mall, dia menghentikan langkahnya di depan toko kue. Arva melihat sebuah kue yang terpajang di lemari kaca pendingin yang berjejer di depan toko. Ketika Arva ingin masuk ke dalam toko tersebut, dia melihat kue strawberry cheesecake seharga 320.000
Melihat harga yang tidak sesuai dengan uang yang Arva punyai, niatnya pun menghilang.
Seketika Arva mendapatkan ide. Dia menghampiri supermarket yang berada di mall tersebut dan mencari resep untuk membuat strawberry cheesecake di ponselnya.
Akhirnya Arva mendapatkan resep yang dia cari. Dengan penuh semangat, Arva mulai mencari bahan-bahan untuk membuat kue itu satu persatu.

Sesampainya Zoya di apartemen, tubuhnya terhempas ke sofa. Tubuhnya benar-benar terasa sangat pegal. Perempuan cantik itu meraih ponselnya dan menatap sebuah foto yang tersimpan di galerinya. Sebuah foto jam berwarna rose gold dengan permata yang sangat indah. Namun harganya mampu membuat Zoya menarik napas sedalam-dalamnya. Dengan harga yang sangat fantastis tidak mungkin dia menguras habis uangnya untuk sebuah jam tangan. Keinganan untuk menghubungi Belvara mulai muncul dalam pikiran Zoya. Dia sangat merindukan kekasihnya itu. Baiklah dia akan menghubungi Belvara, kerinduan Zoya sudah tidak mampu tertahan lagi.
Panggilan pertama tidak terjawab. Panggilan kedua juga tidak terjawab. Panggilan ketiga tidak ada perubahan.
Ini panggilan terakhir, jika Belvara tidak menjawab, Zoya tidak akan menghubunginya lagi.
Sebuah keajaiban bagi Zoya, di detik terakhir panggilannya akhirnya Belvara mengangkat ponselnya.
"Belva!" sapa Zoya dengan teriakan.
"Kenapa Zoya?" tanya Belvara tidak semangat.
"Kok kamu tanya kenapa sih?" suara Zoya terdengar sedih.
"Ada apa maksud aku." Jelas Belvara.
"Apa aku harus mempunyai alasan untuk menghubungi kekasihku sendiri?" Zoya menggoda Belvara.
Tidak ada jawaban apapun dari Belvara.
"Belva!" teriak Zoya kembali.
"Iya?" tanya Belvara.
"Kamu tidak senang ya aku telfon? baiklah, jika aku mengganggumu akan ku matikan ponselnya." Ancam Zoya.
Tidak ada respon apapun yang diberikan Belvara. Dia sama sekali tidak mencegah Zoya menutup panggilannya.
Dengan penuh kekesalan, Zoya menutup panggilannya dan melempar ponselnya hingga terjatuh di lantai dekat pintu apartemen.
"Aku mohon, jangan ulangi lagi Belva." Air mata Zoya mulai jatuh perlahan.

Keesokan hari setelah Arva selesai dengan mata kuliahnya, dia segera pulang. Arva sudah tidak sabar membuat kue untuk Zoya.
Eva yang melihat Arva sedang terburu-buru menuju mobilnya mulai merasa kesal.
"Eva." Sesorang menyentuh lembut bahu Eva.
Eva terkejut dan membalikkan tubuhnya.
"Zoya." Eva merasa lega.
"Kamu ngapain disini?" tanya Zoya bingung.
"A...aku nunggu supir. Aku mau langsung pulang." Eva memaksakan senyuman untuk Zoya.
"Oh.. iyaudah, aku duluan ya." Zoya menyentuh bahu Eva.
"Iya." Kata Eva.
"Ternyata kamu bukanlah teman bagiku Zoya." Eva menatap benci Zoya yang melangkah semakin menjauh.

Arva sangat bersemangat membuat kue untuk ulang tahun Zoya. Resep yang tertera pada ponsel Arva sudah diikuti dengan benar. Arva tidak ingin ada kesalahan satupun dalam masakannya. Zoya harus tahu betapa Arva sangat bekerja keras untuk membuat kue ini.

Sekitar pukul 11 malam, akhirnya kue yang dibuat dengan tangan Arva sudah jadi. Wanginya begitu sedap, namun entah bagaimana rasa kue ini seperti apa. Sentuhan terakhir, satu lilin kecil diatasnya. Dia tidak tahu berapa usia Zoya saat ini, karena Eva hanya memberi tahu tanggal lahir Zoya, tidak beserta tahunnya. Arva berharap rasa kue buatannya tidak buruk, sehingga dia mendapatkan pujian dari Zoya.
Arva mulai membungkus rapi kue itu di dalam kotak kue dan mengambil kotak jam tangan yang sudah dihias pita berwarna merah muda di dalam kamarnya.
Kue dan hadiah sudah, sekarang Arva siap pergi menuju apartemen Zoya.

Arva menunggu di depan pintu apartemen Zoya. Hari belum berganti. Dia harus menunggu jam menunjukkan pukul 00:00
Beberapa menit berlalu, Arva tetap setia menunggu di depan pintu apartemen Zoya seperti seorang kurir yang mengantar makanan. Saat ini dia harus bersiap-siap dengan kuenya. Perlahan Arva membuka kotak kue di tangannya dan menyalakan lilin kecil diatas kue itu. Sementara memegang kue, tangan satunya memegang hadiah untuk Zoya.
'Tiga... Dua... Satu..." Gumamnya sambil melirik jam tangan miliknya.
"Waktu yang tepat!" Arva mulai menekan bel apartemen Zoya.
Dengan wajah yang sangat cerita, Arva terus memandangi kue yang dominan dengan buah strawberry dan kotak yang berhias pita merah muda di kedua tangannya.
Zoya tidak membukakan pintu apartemennya. Baiklah sekali lagi Arva menekan tombol bel. Tidak ada respon apapun. Arva terus mencoba sekali lagi. Benar-benar sepi suasana saat itu, tampaknya tidak ada aktifitas apapun di dalam apartemen Zoya.
"Apa dia sudah tidur?" Arva tampak kecewa menatap lilin kue yang perlahan meleleh.
Arva terus mencoba menekan tombol bel. Hingga lilin kue itu benar-benar sudah padam. Usahanya kali ini sungguh sia-sia. Zoya tidak membuka pintu apartemennya.
"Mungkin kamu sudah tidur. Selamat ulang tahun Zoya." Air mata Arva mulai berlinang menatap kue yang dia buat susah payah.
Sebelum Arva melangkah meninggalkan apartemen Zoya, terdengar suara seseorang sedang berjalan dan gagang pintu mulai terbuka.
"Siapa?" tanya Zoya dengan nada yang tidak begitu jelas.
Arva berdiri tegap menatap Zoya.
"Arva?" Zoya mengucak lembut matanya.
"Hai." Sapa Arva canggung.
"Kamu ngapain tengah malem datang kesini? ini apa lagi? yaampun Arva. Soal kemarin aku marah ke kamu itu, sebenarnya bukan kamu yang salah, tapi aku. Aku yang seharusnya minta maaf. Kamu tidak perlu repot-repot bawain aku kue." Zoya tersenyum menatap Arva.
"Ku..kue ini bukan..." Arva mencoba menjelaskan.
Belum selesai Arva berbicara, Zoya sudah menarik Arva masuk ke dalam apartemen. Zoya mempersilahkan Arva duduk di sofa dan Arva pun duduk.
Zoya mengambil segelas air mineral di dalam dapur dan membawakan untuk Arva. Arva mulai kebingungan dengan apa yang terjadi kali ini. Apa Zoya lupa jika hari ini adalah hari ulang tahunnya?
"Zoy.." Panggil Arva lembut.
Zoya meletakkan air mineral di meja depan sofa dan duduk di samping Arva.
"Ya?" Zoya menaikkan alisnya.
"Kamu lupa kalau hari ini kamu ulang tahun." Kata Arva.
"Ulang tahun?" tanya Zoya bingung.
Arva menganggukan kepalanya.
"Sekarang tanggal berapa?" Zoya ingin pergi mencari ponselnya di kamar.
Namun Arva menarik lengannya.
"16 November." Jawab Arva.
Zoya tertawa mendengar jawaban Arva. Dia terus menerus tertawa dan sesekali memukul lembut bahu Arva. Perutnya terasa geli saat memandang wajah Arva.
"Sok tahu kamu." Zoya terus mentertawai Arva.
Wajah Arva semakin bingung.
"Zoy.." Panggil Arva.
Zoya tetap tidak berhenti tertawa.
"Zoya." Arva terus memanggil namanya.
Tetap saja Zoya menghiraukan panggilan itu dan tetap melanjutkan tawanya.
"Zoya." Arva menutup bibir Zoya dengan jari telunjuknya.
Seketikan tawanya terhenti.
"Jadi, ulang tahun kamu bukan sekarang?" tanya lembut Arva.
Zoya menggeleng kuat kepalanya.
"Terus kapan?" tanya Arva.
"Kemarin." Jawab Zoya enteng.
"Apa?" mata Arva terbuka sangat lebar.
"Bohong deh. Ulang tahun aku itu 14 Febuari." Kata Zoya sambil tersenyum manis.
"Berarti semua ini percuma." Arva memandang kue dan hadiah yang dia pegang dari tadi.
"Tidak lah!" Zoya meraih kue dari tangan Arva.
Perempuan itu pergi ke dapur dan mengambil sebuah pisau. Setelah itu, dia kembali duduk di samping Arva.
"Karena kamu sudah beli kue ini untuk aku, anggap saja hari ini merayakan ulang tahun aku beberapa bulan yang lalu." Zoya memotong kue pertama dan diberikan pada Arva dengan tangannya sendiri.
Arva menahan tangan Zoya yang mengarah ke bibirnya.
"Beli? aku buat sendiri." Arva mulai memasang raut wajah kecewa.
"Oh ya? kalau begitu biar aku yang mencoba duluan kue ini." Zoya mengarahkan kue itu pada bibirnya sendiri.
Arva tampak takut dengan reaksi yang akan Zoya tunjukan.
"Gimana?" tanya Arva gugup.
Zoya memejamkan matanya tanpa berkata-kata.
"Zoy, kamu tidak keracunan kan?" Arva menggoncangkan tubuh Zoya.
"Apa sih! kalau ngomong sembarangan." Mata Zoya mulai terbuka.
"Gimanaaa???" tanya Arva penasaran.
"Enak.... enak banget! kamu harus coba." Zoya menyuapi kue itu pada Arva.
Arva memakannya dengan perasaan takut. Napasnya pun lega setelah mengetahui rasa kue yang dia buat tidak buruk.
"Enak kan?" tanya Zoya dengan nada yang sangat ceria.
"Yaaaa, lumayan. Setidaknya kue ini bisa aku telan." Jawab Arva sambil tertawa.
Zoya mendorong tubuhnya pelan. Akhirnya mereka berdua saling tertawa bersama. Bagi Arva, hari ini atau besok, Zoya ulang tahun atau tidak, bukanlah masalah yang besar untuknya. Jika diizinkan, Arva akan selalu membahagiakan Zoya dan menciptakan senyuman di wajahnya, selalu.

Regrets of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang