Part 38

1.5K 58 1
                                    

Pesawat yang Zoya, Arva dan ayah tumpangi mendarat dengan sempurna di bandara Soekarno-Hatta.

Zoya menghampiri Arva yang sedang menunggu pengambilan barang. "Aku ke toilet dulu ya"
Arva mengiyakan perkataan Zoya dan tetap berdiri tegak memperhatikan barang-barang yang melintasi dirinya satu persatu.

Seseorang menepuk bahu Arva. Dia menoleh cepat ke arah tersebut.
"Om." Arva menghembuskan napasnya lega.
"Ada yang ingin om sampaikan padamu." Ayah terlihat serius menatap Arva.
"Ya, om?" sekali lagi, jantung Arva kembali berdebar.
"Apa kamu serius pada Zoya?" tanya ayah.
"M..ma..maksud om?" tanya Arva kembali.
"Apa kamu mencintai Zoya?"
Buliran keringat mulai membasahi kening Arva saat ini.
"Iya atau tidak?" tatap ayah tajam.
Arva menarik napas panjang "Iya om. Saya mencintai Zoya, sejak saya mengenalnya sampai saat ini, saya masih mencintainya."
"Kamu tahu Belva? hati Zoya pernah hancur karenanya. Om minta, jika kamu memang tulus mencintai Zoya, buatlah dia bahagia. Dan ingat, jangan pernah tinggalkan dia." Ayah menekankan kata-katanya.
"Saya sangat tahu om. Om bisa percayakan Zoya pada saya."
"Udah?" teriak Zoya dari belakang.
Ayah dan Arva menoleh sambil tersenyum.
"Sayang, kamu tunggu di situ saja. Ayah dan Arva yang akan mengambil koper." Ayah menunjuk ke arah kursi panjang yang tidak jauh dari tempat mereka berpijak.
Zoya menggelengkan kepalanya. "Ayah aja yang istirahat. Aku yang akan mengambil koper ayah bersama Arva. Iya kan?" Zoya menyenggol tubuh Arva.
Arva yang sedang melamun sejak tadi, tidak paham dengan apa yang Zoya sampaikan. "Apa?"
"Udah iya aja!" decak Zoya berbisik.
"Iya om, iya." Arva tampak gugup menatap ayah.
"Yasudah, ayah ke sana dulu ya." Ayah pun meninggalkan Arva dan Zoya.

"Akhirnya........" Zoya turun dari mobil dengan wajah yang sumringah.
Arva mengambil koper yang berada di bagasi belakang dan membawanya masuk ke rumah Zoya.
"Saya taruh dimana ya om?" tangan Arva penuh dengan koper.
"Disini saja." Jawab ayah.
Arva pun meletakkan koper Zoya dan ayah di teras rumah.
Ayah tersenyum memandangi Arva yang sedang meletakkan koper. "Terimakasih ya nak Arva."
Arva kembali ke hadapan ayah. "Sama-sama om, kalau begitu saya permisi dulu ya."
"Tunggu sebentar. Zoyaaaaa... kemari sayang. Arva ingin berpamitan." Teriak ayah.
Sesampainya di rumah, Zoya terlebih dahulu masuk ke dalam rumah. Dia benar-benar sangat merindukan kamar tidurnya.
"Iya ayah." Jawab Zoya samar.
Ayah kembali tersenyum pada Arva. "Om tinggal dulu ya."
Arva mengangguk sopan.
"Kamu udah mau pulang? ayo mampir dulu.." ajak Zoya.
"Aku langsung pulang aja ya?" tolak Arva.
Zoya terlihat kecewa dengan penolakan yang dia dapatkan. "Yaudah, hati-hati ya."
Arva mengiyakan perkataan Zoya.

Ketika Arva hendak melangkah pergi, dia memikirkan perkataan ayah Zoya saat di airport.
Arva pun membalikan tubuhnya menatap lembut perempuan itu. "Zoya."
Begitu pula sebaliknya. "Ya?"
Arva sedikit berlari menghampiri Zoya.
"Nanti malem, aku jemput jam 7 ya." Ujar Arva.
Perempuan itu mengerutkan dahinya. "Mau kemana?"
"Rahasia." Arva tersenyum lembut pada Zoya.
'Rahasia?' Zoya menatap bingung wajah Arva.
"Aku pulang dulu ya. Bye."
Zoya tetap memasang raut wajah bingung ketika Arva meninggalkan dirinya.

Zoya sibuk mencari pakaian yang akan dia kenakan untuk pergi bersama Arva. Sebelumnya laki-laki itu tidak memberi tahu kemana dia akan membawa Zoya pergi.
"Pakai baju apa nih!" Zoya terus menerus melempari pakaiannya dari dalam lemari putih satu persatu.
Akhirnya pilihannya jatuh pada dress berwarna merah muda salem. Tidak begitu formal namun tetap terlihat elegant.

Suara mesin mobil sudah terdengar dari luar rumah Zoya. "Arva." Zoya menoleh ke arah jam dinding.
Zoya segera meraih tas dan wedges berwarna senada dengan dress yang tampak anggun melekat di tubuhnya yang sempurna. Tidak ketinggalan, perempuan cantik itu menjepit sebelah helaian rambutnya dengan pita kecil berwarna gold.

"Ayah...." Zoya berlari menyusuri anak tangga.
Ayahnya tampak serius menonton televisi, alhasil dia mengabaikan putrinya.
"Ayah...." Zoya menghampiri ayahnya.
Akhirnya ayah sadar akan kehadiran putrinya. "Mau kemana?" tanya ayah bingung.
Bel pintu rumah sudah terdengar saat Zoya hendak menjawab pertanyaan ayah.
"Itu dia." Zoya berlari ke arah pintu.

Regrets of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang