Billion Dollar Maid

89.5K 1.2K 34
                                    

Chapter 1

                Angin sepoi-sepoi memainkan anak rambut Karisa yang sedang berdiri sambil memejamkan matanya di balkon kamar utama. Karisa tersenyum sambil merasakan ketenangan dan segarnya angin sore. Suasana ini seakan-akan menerbangkan beban berat yang sedang dipikulnya. Namun, kenyataannya beban berat itu tidak berkurang sama sekali.

                “ Mama, udah lama Karisa nggak main ke rumah ini. Rumah ini nggak berubah semenjak kepergian Mama,” ujarnya lirih. Air mata mengalir dari sudut mata Karisa. “ Karisa kangen Mama,” isaknya.

                Seorang wanita separuh baya menghampiri Karisa dan mengelus punggungnya dengan lembut dan penuh kasih sayang. “ Masuk yuk, Non. Di luar dingin.” Karisa dan wanita itu pun masuk ke dalam kamar. Wanita itu menutup jendela balkon dan tersenyum ke arah Karisa.

                “ Mbok Inah, hari ini Karisa mau tidur disini,” ujarnya sambil menghapus sisa air mata.

                “ Aduh, Non. Semua kamar utama disini kotor dan berdebu. Kan Non Karisa sendiri yang minta kamar utama nggak boleh di utak-atik. Terus, Non Karisa mau tidur dimana?”

                “ Aku tidur di kamar bawah aja. Masih banyak kan kamar pembantu yang kosong. Aku cuma nginep sehari aja kok.”

                Sesaat Mbok Inah terdiam. Ada satu pertanyaan yang mengganjal di pikirannya semenjak kedatangan Karisa yang mendadak. “ Non. Kok tumben pengen liat rumah Ibu hari ini?” tanyanya takut-takut.

                Karisa tersenyum simpul mendengar pertanyaan Mbok Inah. Semenjak kepergian Mama, Karisa selalu sedih dan mendapat mimpi buruk selama tinggal di rumah ini. Ketakutan karena kehilangan Mama membuat Karisa jadi paranoid dan tidak tenang. Akhirnya Karisa memutuskan untuk tinggal di apartemen bersama Opa Ramlan. Kejadian empat tahun yang lalu belum bisa dilupakan Karisa sampai saat ini.

                “ Karisa nggak mau selalu sedih setiap lihat rumah ini. Karisa mau mencoba mengobati luka lama dengan melupakan masa lalu. Mumpung lagi libur, Karisa mau bersih-bersih rumah ini supaya cantik seperti sediakala,” jawabnya berusaha tegar. Mbok Inah terharu dan memeluk Karisa. Empat tahun sudah membuat Mbok Inah merasa kehilangan Karisa yang semangat dan pantang menyerah seperti dulu. Kesedihan dan kesepian membuat Karisa menjadi pendiam dan layu.

                “ Tenang aja, Non. Besok Mbok Inah bantu bersih-bersih.”

                Keesokan harinya Karisa, Mbok Inah, dan Pak Gimin suaminya membantu Karisa membersihkan seluruh kamar dari debu dan sarang serangga yang sudah menumpuk selama tiga tahun lebih. Keinginan terakhir Karisa sebelum pergi dari tempat itu adalah membiarkan kamar utama yang biasa digunakan Karisa dan keluarganya dulu selama tinggal disana.

                “ Pasti Mbok Inah dan Pak Gimin kesepian ya tinggal di rumah sebesar ini berdua aja?” tanya Karisa ketika istirahat di dapur.

                “ Kesepian sih nggak. Soalnya anak kami, Jono dan Astri sering main kemari kalau liburan. Katanya serasa punya vila pribadi,” jawab Mbok Inah sambil terkekeh.

                “ Sekarang mereka dimana?”

                “ Astri masih sekolah di kampung. Tapi sebentar lagi lulus. Kalau Jono dapat beasiswa, ngambil jurusan ekonomi. Katanya cita-citanya pengen jadi bos besar kayak Non,” ujarnya sambil mengambil bahan makanan di kulkas. “ Oh iya, Non Karisa mau makan apa?”

                “ Apa aja deh. Aku mau bikin lemon tea sendiri,” jawab Karisa sambil mengambil gelas dan sebutir lemon untuk membuat lemon tea. Resep lemon tea dari neneknya dari pihak ayah secara turun temurun tidak akan dia lupakan. Sampai saat ini dia belum menemukan restoran yang menandingi lemon tea resep dari neneknya. Setelah lemon tea siap, Karisa meletakkannya di meja makan. Namun, dia segera kembali ke dapur untuk mencari biscuit untuk menemaninya minum lemon tea.

Tanpa Karisa sadari, seseorang masuk ke dalam rumah dan melihat-lihat isi rumah. Orang itu tampak kagum dengan interior rumah. Ketika orang itu melihat ada segelas lemon tea di atas meja makan, orang itu langsung menghampiri meja makan dan meminum lemon tea itu. “ Aah.. nikmat banget. Nggak nyangka dateng-dateng udah dapet welcome drink.”

Ketika Karisa kembali ke ruang makan, Karisa terkejut setengah mati mendapati ada orang asing di meja makan. “ Hei! Siapa lo!? Seenaknya aja masuk rumah orang,” Karisa melihat orang itu menghabiskan minuman yang dibuatnya, “ Minum minuman orang lagi. Kurang ajar!” seru Karisa geram.

Orang itu tampak bingung sambil melihat gelas dan Karisa bergantian. “ Kamu sendiri siapa? Pembantu disini ya?” tanya orang itu sambil memperhatikan Karisa dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Sesaat Karisa tersadar bahwa tubuhnya kotor penuh debu dan saat itu dia sedang mengenakan baju milik Mbok Inah yang sudah usang. “ Apa!? Enak aja nuduh orang pembantu! Lo sendiri ngaca dong main masuk rumah orang sembarangan kayak pencuri,” tuduh Karisa.

“ Pencuri? Hell-oo gue pemilik rumah ini. Emang sih baru hari ini gue lihat rumah ini. Lo pasti pembantu di rumah ini. Kenalin, gue majikan baru lo, Raka,” cerocos lelaki itu sambil melirik tajam ke arah Karisa.

Karisa terkejut setengah mati mendengar pernyataan Raka. Pemilik rumah ini? Itu tidak mungkin. Rumah ini milik Mama dan tidak mungkin ada yang menjual rumah ini tanpa sepengetahuannya. Karisa hanya berdiri mematung tidak percaya apa yang di dengarnya. “ I.. itu.. nggak mungkin. Rumah ini resmi milik keluarga Wibowo. Lo nggak usah sok ngaku deh,” geram Karisa.

“ Rumah ini memang milik keluarga Wibowo dulu,” jawab seorang wanita bertubuh jenjang yang menghampiri lelaki bernama Raka itu. Dari penampilan wanita yang kira-kira berumur empat puluhan itu, sepertinya dia ibu dari Raka. “ Tapi untuk sementara waktu, kami akan tinggal disini sampai kami mendapatkan surat-surat resmi kepemilikan rumah ini,” ujarnya sambil tersenyum licik.

“ Maksud anda?” tanya Karisa masih dengan ekspresi bingung.

“ Sebelum pewaris rumah ini berusia 21 tahun, rumah ini tidak bisa dijual atau digadaikan tanpa seijinnya. Tapi, karena kami masih satu trah keluarga dengan keluarga pemiliknya, kami berhak tinggal di rumah ini.”

“ A.. Anda siapa?”

“ Kenalkan, saya Raden Roro Octasia Nayasiwi. Adik dari pemilik rumah ini sebelumnya.”

Billion Dollar MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang