Pete pov

24.4K 591 16
                                    

###***###***###

Pete POV

Sejak pertama kali bertemu dengannya, aku tidak mengerti mengapa jantungku berdetak dengan cepat setiap melihat senyumnya.

Aku memiliki wajah tampan dengan tubuh atletis yang diidolakan para wanita. Dengan mudah kudapatkan wanita yang kuinginkan. Mereka selalu tidak tahan untuk merayuku dan menarik perhatianku. Tapi aku tidak tertarik dengan mereka. Mereka hanya wanita gatal yang mati-matian mempercantik tubuhnya agar bisa memikat para lelaki demi kepuasan nafsu semata. Bagiku mereka semua sama, hanya mainan. Ya, sebut saja aku playboy. Aku memang tidak pernah serius pada seluruh wanita yang kukencani. Karena aku tidak pernah jatuh cinta.

Kecuali kepada satu orang. Seorang gadis cantik dengan mata abu-abunya yang memikat. Mata abu-abu yang polos dan penuh daya tarik. Mata abu-abu yang dapat menghipnotis siapa saja yang melihatnya. Aku ingin sekali mencari tahu siapa dirinya. Tapi ada satu hal yang ingin aku pastikan. Aku pernah melihat mata abu-abu yang mirip dengan mata gadis yanga kusuka. Aku ingin memastikan apakah ada orang lain yang memiliki mata abu-abu yang memikat selain dia. Atau.. mereka adalah orang yang sama?

Dengan tidak sabar kumasuki rumah Raka, sepupuku. Rumah yang menjadi tempat tinggal mereka sementara. Entah sementara atau selamanya. Tapi setahuku rumah ini bukan milik mereka dan mereka tinggal disini atas seijin eyang kakung. Saat kumasuki rumah bergaya minimalis tradisional itu, suasananya tampak sepi. Tiba-tiba suara teriakan seorang gadis memecah keheningan. Spontan aku berlari mencari sumber suara.

“ A..Ampun Nyonya,” pinta gadis itu dari arah kamar mandi belakang. Aku segera mendekati sumber suara. Tak berapa lama suara air yang diguyur bercampur dengan suara teriakan gadis itu kembali terdengar.

“ Dasar pembantu malas! Lihat! Udah jam berapa sekarang! Bukannya kerja malah asik-asikan tidur. Semalem abis ngapain aja!” bentak Tante Siwi kepada gadis yang terduduk pasrah di dalam kamar mandi. Gadis itu memegangi kepalanya dan badannya gemetaran.

“ Maaf Nyonya. Semalam saya nungguin Den Raka sampai tengah malam,” jawab gadis itu takut-takut. Bibirnya bergetar, badannya terguncang hebat. Sepertinya dia tidak biasa mendapat perlakuan seperti itu.

“ Alesan aja! Raka udah gede. Nggak usah ditungguin juga bisa,” seru Tante Siwi sambil mengguyur seember air ke tubuh gadis itu. Gadis itu hanya bisa teriak dan terduduk pasrah.

Entah kenapa aku merasa iba dengan gadis itu. Tiba-tiba badanku bergerak dengan sendirinya dan berdiri di hadapan Tante Siwi dengan posisi melindungi gadis itu. “ Tante. Kalau mau ngehukum pembantu, bukan begini caranya. Kasian dia,” ucapku tepat di hadapan wajah Tante Siwi.

Tante Siwi terkejut melihat kedatanganku yang tiba-tiba dan melindungi gadis pembantu di rumah ini. “ Dia pembantu di rumah ini. Jadi suka-suka tante mau ngehukum dia atau nggak! ” geram Tante Siwi sambil membanting ember yang dipegangnya lalu berjalan pergi meninggalkan kami berdua. Aku membalikkan badanku menghadap gadis itu. “ Kamu nggak apa-apa?”

Gadis itu masih terdiam sambil menunduk. Tubuhnya berguncang hebat dengan wajah yang tampak sangat shock. “ Aku nggak apa-apa,” ucap gadis itu sambil menggaruk-garuk kepalanya. Entah kenapa selama dihukum Tante Siwi, gadis itu hanya melindungi kepalanya. Aku jadi semakin tertarik dengan gadis ini.

“ Hai. Aku Peter,” ucapku sambil mengulurkan tangan dan membantunya berdiri.

“ Risa,” jawab gadis itu malu-malu membalas jabatan tanganku. Tangannya begitu lembut dan mungil. Kulitnya yang putih membuatku terheran. Bagaimana bisa gadis secantik ini menjadi pembantu? Kurangkul tubuhnya dan kubawa keluar kamar mandi. Seorang wanita separuh baya yang sepertinya pembantu yang lain memberikan handuk kering kepada Risa dan cepat-cepat pergi karena Tante Siwi sudah teriak-teriak memanggilnya.

Billion Dollar MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang