Next plan

29.3K 847 18
                                    

###***###***###

Karisa memandang geram dari pantry melihat tingkah Raka. Raka mengangkat satu kakinya ke atas kursi ketika makan. Ketika mengunyah terdengar bunyi mencecap dan tidak enak di dengar. Makannya pun belepotan tidak rapi. Karisa semakin yakin dengan cerita Opa bahwa keluarga Raka sempat merasakan hidup susah makanya mereka tidak begitu memperhatikan sopan santun. “Dasar OKB!” pikir Karisa dalam hati.

Raka merasa ada yang memperhatikannya. Setelah selesai makan, Raka mengambil piringnya dan menaruhnya di hadapan Karisa yang sedari tadi memperhatikannya. “ Ngapain liat-liat? Ngefans sama gue?” tanya Raka merasa risih diperhatikan.

“ Suka-suka gue dong. Mata punya gue apa urusan lo,” gerutu Karisa dengan suara pelan sambil memandang kesal kea rah Raka.

“ Apa lo bilang?”

“ Ng.. Nggak kok. Mmhh.. kenapa piringnya dikasih ke saya? Den Raka mau nambah?” tanya Karisa mengalihkan pembicaraan.

Raka mengerutkan keningnya tanda tidak mengerti. Dia sudah biasa jika selesai makan piringnya diletakkan di tempat cucian piring agar dicuci oleh ibunya atau akan dicuci olehnya jika disuruh oleh ibunya. “ Gue udah selesai. Makanya gue kasih piring gue ke elo biar dicuci.”

“ Nggak usah repot-repot, Den. Ditinggal di meja aja. Nanti saya bereskan,” ujar Karisa sambil memberikan senyum kecut.

Raka menjadi salah tingkah dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Karisa tertawa kecil melihat tingkah Raka yang tidak biasa dengan lingkungan baru. “ Oh.. ya udah. Beresin meja makannya. Mama makan diluar,” ujar Raka sambil pergi meninggalkan Karisa yang memandang dengan tatapan penuh kemenangan.

Tak berapa lama Mbok Inah datang membawa rokok yang diminta Raka. Raka langsung mengambilnya tanpa basa basi dan pergi ke teras untuk merokok. Setelah yakin Raka sudah menjauh, Mbok Inah memandang khawatir kepada Karisa. “ Non Karisa nggak apa-apa? Kejam sekali mereka menganggap Non sebagai pembantu. Mereka belum tahu siapa Non Karisa,” geram Mbok Inah.

“ Udahlah, Mbok. Karisa disuruh kerja jadi pembantu disini sama Opa Ramlan. Katanya, hitung-hitung belajar mandiri dan menjadi ibu rumah tangga yang baik,” Karisa merangkul bahu Mbok Inah sambil tertawa kecil.

“ Tenang aja, Non. Mbok Inah siap ngajarin Non Karisa biar jadi pembantu super,” ujar Mbok Inah sambil menepuk-nepuk dadanya bangga.

Keceriaan mereka terganggu dengan suara langkah kaki high heels dan gerutuan wanita jenjang dengan make up tebal dan terburu-buru menghampiri mereka. “ Gimana, Mbok? Udah ketemu kuncinya?” tanyanya dengan nada sinis.

“ Belum Nyonya. Kamar-kamar di atas sudah lama dikunci atas permintaan Non Karisa. Saya sudah lupa dimana kuncinya,” jawab Mbok Inah dengan wajah polos. Ketika melihat kedatangan Tante Siwi dan Raka di lantai bawah, Mbok Inah yang masih bersih-bersih di lantai atas berinisiatif mengunci semua kamar atas seperti sedia kala dan menyimpan kuncinya. Dan ternyata benar saja. Kedua makhluk itu akan tinggal di rumah ini. Untung saja ada kamar tamu dan kamar eyang putri yang tidak terpakai di lantai bawah.

“ Oh, ya udah. Kamar di lantai bawah juga besar kok. Saya cuma mau lihat-lihat kamar atas,” Tante Siwi tampak mencurigakan. Dia langsung pergi meninggalkan Karisa dan Mbok Inah di dapur.

“ Makasih, Mbok,” ujar Karisa dengan tatapan penuh arti. Mbok Inah yang sudah melayani Karisa sejak ia lahir memeluk Karisa dengan sayang.

###***###***###

“ Gila gue, bisa gilaa!!” seru Karisa sambil menghentak-hentakkan kakinya kesal. “ Tiga hari jadi pembantu disana berasa di neraka. Badan gue remuk gara-gara jin iprit bernama ‘RAKA’ itu,” gerutu Karisa member tekanan pada kata-kata Raka.

Billion Dollar MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang