mysterious guy

26.6K 691 12
                                    

###***##**##

Karisa memandangi mata abu-abu miliknya lewat cermin. Mata yang diwariskan oleh ayahnya, Harold de Keyser, yang pergi meninggalkannya semenjak kematian ibunya. Ayah yang sangat disayanginya yang pergi karena suatu keterpaksaan. Ayah yang dengan berat hati  meninggalkannya sendiri di Indonesia.

Paras ayunya didapatkan dari perpaduan antara keanggunan ibunya dan ketegasan ayahnya. Rambut gelombangnya yang merah kecoklatan dibiarkan panjang hingga sepunggung. Kecerdasannya didapat dari ayahnya yang tidak pernah mengeluh jika menghadapi masalah apa pun karena dia pasti dapat menemukan solusinya.

Mata abu-abunya lah yang kemarin hampir membongkar penyamarannya. Lelaki itu memergoki mata abu-abu Karisa ketika dia lupa mengenakan kontak lense setelah mandi. Untung saja Mbok Inah sudah menyiapkan barang-barang Karisa di garasi sehingga dia bisa langsung kabur keluar rumah dan menemui Ratna. Tapi, siapakah lelaki itu? Jika lelaki itu adalah sepupu Raka, dia pasti mengenalnya.

Erik yang sedari tadi memperhatikan dosen menjadi gerah melihat Karisa hanya terdiam disampingnya sambil memandangi kaca. “ Sampai kapan kamu mau narsis di depan kaca melulu,” celetuk Erik. Sedari tadi Erik sudah curiga denga perubahan sikap Karisa yang diam seharian.

“ Sampe kacanya pecah,” sahut Karisa asal. Pikirannya sedang kacau balau saat ini.

“ Sampe lebaran monyet tuh kaca nggak bakalan pecah kalo cuma diliatin terus. Ada apa sih, Ka. Hari ini kamu diem banget,” ada nada khawatir dalam pertanyaan Erik.

Karisa hanya terdiam. Semenjak bertemu dengan lelaki bule itu hatinya menjadi tidak tenang. Bagaimana jika seandainya lelaki bule itu menceritakan kecurigaannya kepada Raka atau Tante Siwi. Sampai saat ini Karisa belum menemukan alasan Tante Siwi dan Raka tinggal di rumah Mama. Eyang kakung punya banyak rumah tapi kenapa rumah Mama yang dipilih? Masih banyak teka-teki yang harus dipecahkan.

“ Karisa!!” lamunan Karisa langsung buyar setelah Erik meneriakkan namanya tepat di telinga kirinya. “ Apa sih!?” gerutu Karisa kesal sambil menutupi telinga kirinya, bersiap jika Erik akan berteriak lagi.

“ Kelas udah bubar. Sampai kapan kamu mau melongo kayak orang dongo disini.”

Karisa melihat sekitar. Tidak ada orang lagi di dalam kelas kecuali mereka berdua. Karisa celingak-celinguk seperti orang kebinggungan. Erik sudah gemas melihat tingkah sahabatnya yang aneh sejak tadi. “ Ada apa sih, Ka? Hari ini kamu aneh banget. Kalau ada masalah, cerita dong. Itu kan gunanya sahabat.”

Mata Karisa berkaca-kaca mendengar ucapan Erik. Senang rasanya masih ada yang memperdulikannya dalam keadaan genting seperti ini. “ Thanks, Rik. Tapi masih ada yang harus aku selidiki sebelum aku certain semuanya,” Karisa bangkit dari duduknya, “ Ayo kita samperin Erika. Dia pasti udah bête banget nungguin kita di taman.

Benar saja, Erika sudah manyun-manyun sambil memasang muka cemberut ketika Karisa dan Erik menghampirinya. Sudah setengah jam dia menunggu mereka di taman. Tapi ada yang tidak biasa. Erika duduk di samping seorang lelaki dan mereka sedang asik menikmati jus jambu di bawah pohon. “ Udah lama nunggunya?” tanya Karisa basa-basi.

“ Nggak liat nih udah numbuh uban gara-gara nungguin kalian. Dari mana aja sih?” gerutu Erika sambil memainkan gelas plastic yang berisa jus jambu.

“ Tadi…,” Karisa bingung bagaimana menjelaskannya.

“ Tadi dosennya lupa waktu, jadi agak molor,” Erik sengaja membuat alasan palsu agar Erika tidak curiga.

Erika memiringkan kepalanya ke kanan tanda sedang berpikir. “ Makanya aku jadi kangen masa-masa sekolah yang pake bel, jadi nggak bakal molor kayak gini,” Erika teringat sesuatu lalu menggandeng tangan lelaki di belakangnya. “ Oh iya, aku mau ngenalin kalian ke Pete, teman baruku di kelasnya Pak Budi. Jadi aku nggak bakal boring lagi di kelasnya Pak Budi,” ucap Erika terkekeh sambil menunjuk lelaki di belakangnya.

Billion Dollar MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang