I Love You

13.6K 418 50
                                    

Maaf baru upload..

Author pengen banget upload. tapi chapter ini berat banget untu author upload karenaa...

temukan jawabannya.

I LOVE YOU

                “ Sudah berbulan-bulan kita tidak menemukan mereka. Bagaimana sih kerja kalian!?” seru Markov sambil menggebrak mejanya kesal. Segala umpatan dalam bahasa rusia dikeluarkan untuk melampiaskan kekesalannya.

                “ Maaf, bos. Kami sering terkecoh dengan petunjuk palsu yang mereka berikan,” jawab salah satu anak buah Markov yang berambut hitam sambil menunduk takut.

                “ Dasar bodoh! Gunakan otakmu dengan benar!” bentak Markov tepat di depan wajah si anak buah yang malang itu. “ Bagaimana pun caranya, berikan aku petunjuk apa pun itu, hari ini juga!” Beberapa anak buah Markov yang berada di ruangan tersebut saling pandang bingung. Bagaimana mungkin mencari petunjuk hanya dalam waktu beberapa jam? sedangkan mereka sudah memantau hamper seluruh pulau jawa untuk mencari tahu keberadaan target mereka.

                Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu dan menyembulkan kepalanya dari balik pintu. “ Mmh.. Bos,” panggil anak buah Markov yang lainnya setelah mengangkat telepon.

                “ Apalagi!?” bentak Markov.

                “ Mereka menemukan Mark,” jawab si anak buah dengan takut-takut.

                “ Dimana?” tanya Markov penuh semangat.

###***###***###

Mark memfokuskan pandangannya pada papan target berwarna merah yang berjarak 15 meter dari posisinya berdiri. Dalam satu tarikan nafas, Mark menembakkan peluru ke arah papan target tersebut menggunakan Sig Sauer miliknya sebanyak tiga kali. Ketiga peluru tersebut mengenai papan target tepat di tengah. Mark mengganti papan targetnya dan melakukan hal yang sama. Semua tembakannya tepat mengenai sasaran.

Namun, tidak ada perubahan ekspresi dari wajah Mark walaupun tembakannya selalu tepat sasaran. Ekspresi wajahnya datar dan sulit dibaca. Banyak penembak wanita yang memperhatikannya dan mengagumi ketampanan wajahnya. Mark mengenakan atasan Polo  berkerah dan jeans, menunjukkan kesan santai sekaligus maskulin. Para wanita menahan nafas kagum ketika Mark menembakkan pelurunya sehingga menunjukkan otot-otot lengannya yang kekar. Tapi Mark terlalu sibuk dengan pikirannya sehingga lebih memilih untuk focus pada papan targetnya dari pada para wanita yang menggodanya sedari tadi.

Seorang pria botak yang tak kalah kekarnya dengan Mark berjalan menghampirinya lalu menepuk bahunya. “ Kukira kemampuan menembakmu sudah berkurang. Ternyata tetap tepat sasaran seperti biasa,” ucap pria itu dengan nada british yang khas.

“ Tetap saja aku tidak akan bisa mengalahkan seorang sniper sepertimu, Liam,” balas Mark sambil tersenyum ke arah sahabat lama yang sudah lama tidak ditemuinya. Mereka saling berpelukan melepas rindu.

“ Apa yang kau lakukan disini? Bukankah kau sedang dalam misi rahasia?” tanya Liam sambil menaikkan alisnya sebelah.

“ Aku sedang rehat sejenak sambil menikmati udara segar,” jawab Mark seadanya sambil membereskan barang-barangnya.

“ Kau tidak perlu berbohong padaku, Mark. Sejak kapan seorang Mark mengambil rehat jika yang kau jaga adalah separuh dari hatimu? Apa kau sedang bertengkar dengannya?” Liam langsung menebak ke inti permasalahan yang membuat hati Mark semakin sakit jika mengingatnya.

Billion Dollar MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang