chapter 3

26K 770 19
                                    

            Hari-hari yang berat dilalui Karisa dengan pekerjaan yang tiada habisnya. Mencuci, menyapu, mengepel, membersihkan pajangan, dan masih banyak lagi. Baru kali ini Karisa merasa tidak senang memiliki rumah besar, mewah dan dipenuhi hiasan kristal dan guci mahal. Koleksi kristal Mama seakan tiada habisnya. Mbok Inah sudah sibuk menyeterika dan membersihkan kamar Tante Siwi dan Raka yang seperti kapal pecah sehingga tidak ada yang bisa membantunya.

Untung saja Tante Siwi dan Raka jarang di rumah sehingga setelah letih seharian bekerja Karisa bisa dengan santai merebahkan badannya di atas tempat tidur saat siang hari. Selama Karisa bekerja sebagai pembantu, barang-barang Karisa diletakkan di kamar sebelah kamar Mbok Inah dan Pak Gimin. Walaupun tidak terlalu besar setidaknya cukup untuk sekedar beristirahat di tengah-tengah pekerjaan yang menumpuk.

Setelah selesai mengepel seluruh lantai atas dan bawah, Karisa merebahkan badannya di atas tempat tidur seperti biasanya. Baru saja Karisa memejamkan matanya dan terlelap dalam mimpinya suara gaduh dari dari arah taman depan mengusik tidurnya. Sayup-sayup dia mendengar nama Pak Gimin diteriakkan. Karisa mencoba bangun dan mencari Pak Gimin di kamar sebelah. Ternyata Pak Gimin sedang tidur terlelap dan sulit dibangunkan. Kesal mendengar suara teriakan Raka yang cempreng dan merusak dunia, Karisa memutuskan untuk menghampirinya. “ Kenapa sih teriak-teriak. Ini rumah, bukan lapang bola,” sembur Karisa kesal.

“ Mana Pak Gimin?” tanya Raka dengan nada tinggi.

Karisa merasa tidak enak mengganggu tidur Pak Gimin yang sepertinya sedang kelelahan. Dia pun mengambil inisiatif. “ Pak Gimin.. lagi keluar beli mur baut. Katanya ada jendela yang rusak jadi mau dibenerin.”

Raka diam sesaat sambil berkacak pinggang. Tatapannya menerawang seperti sedang mencari solusi lalu menatap Karisa dengan alis terangkat sebelah. “ Lo beresin taman sekarang juga. Sapu semua daun-daun kering dan siram semua tanaman. Sebentar lagi ada tamu mau datang,” perintahnya sambil menunjuk ke arah taman depan yang cukup luas.

Waduh, ternyata inisiatif Karisa berujung dengan kerja tambahan. Baru saja Karisa mau protes tapi sudah dicegah dengan tatapan maut dari Raka. “ Pokoknya sebelum tamu datang, taman harus udah beres.” Karisa yang takut diintimidasi dengan tatapan antagonis langsung mengangguk dan berlari ke belakang rumah untuk mengambil sapu taman. Sepertinya Karisa harus melatih kelemahannya yang satu ini.

Ketika hendak kembali ke taman, Karisa menyempatkan diri mengecek hapenya. 5 missed calls dari Ratna. Karisa langsung memasang Bluetooth headset dan menelpon Ratna. Rambut Karisa dikuncir kuda karena siang itu udara cukup panas. “ Thank God akhirnya kamu nelpon. Dari mana aja sih, Ka?” tanya Ratna khawatir.

“ Sorry, tadi dipanggil majikan. Ada apa?” tanya Karisa to the point.

“ Jam 7 nanti ada meeting dadakan dengan Mr. Philip…”

Karisa pun mengerjakan tugasnya membersihkan halaman dari daun-daun kering sambil membicarakan masalah bisnis dengan Ratna. Ratna menjelaskan masalah pertemuan penting nanti malam dan apa yang akan mereka bahas. Raka yang sedang mengutak-atik laptopnya di teras mendengar Karisa seperti berbicara dengan orang lain. “ Risa. Lo ngomong sama siapa?” celetuk Raka sambil melihat kanan-kiri mencari siapa yang diajak ngomong.

Karisa gelagapan mendengar pertanyaan Raka. “ Aku.. nggak ngomong sama siapa-siapa kok. Dari tadi nyapu,” jawab Karisa sambil menunjuk sapunya.

“ Gue yakin tadi lo ada suara orang lagi ngomong di taman.”

“ Oh.. mungkin suara saya kali. Saya memang senang nyanyi sambil bekerja. Sela..mat malam.. duhai kekasih,” Karisa pura-pura bernyanyi sambil asyik menyapu.

Billion Dollar MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang