patah hati part 1

22.3K 526 12
                                    

###***###***###

                Karisa memandang taman dengan kesal. Karisa sudah meneriaki ojek yang ditumpanginya dari apartemen Ratna agar cepat sampai di rumah, tapi sesampainya di rumah malah disuruh jaga rumah. Karisa sempat panik karena ditelpon Mbok Inah tiba-tiba. Bahkan dia harus berbohong kepada Pete bahwa dia ada urusan di apartemen Ratna. Untung saja apartemen Ratna tidak jauh dari rumah.

Tante Siwi malas ikut arisan kompleks sehingga dia menyuruh Mbok Inah sendiri yang datang seperti biasanya. Pak Gimin disuruh pergi beli bibit tanaman anggrek karena Tante Siwi mau memulai bisnis tanaman hiasnya. Sedangkan Tante Siwi sendiri dengan santainya pergi ke mall buat cuci mata. Alhasil Karisa terdampar di rumah yang kosong ini sendirian disuruh jaga rumah.

Ketika sedang melamun, Karisa terpikirkan sebuah ide. Sewaktu kedatangan Tante Siwi, dia belum sempat melihat kamar Mama. Dengan semangat ’45 Karisa mencari tempat rahasia dimana Mbok Inah menyimpan kunci-kunci kamar utama. Baru saja Karisa hendak mengambil kunci itu, suara pintu dibanting dengan keras mengagetkan Karisa. Setelah menutup tempat rahasia itu, Karisa mencari sumber kegaduhan itu. Ternyata suara itu berasal dari Raka yang sedang berdiri kesal di tengah-tengah ruang keluarga.

Raka sangat kesal karena pacarnya memutuskannya lewat sms beberapa saat yang lalu. Raka yang masih kesal melampiaskan kekesalannya dengan melempar barang-barang di sekitarnya mulai dari bantal sofa sampai barang kecil seperti asbak rokok. Karisa yang tidak ingin pajangan Mamanya habis dihancurkan oleh Raka langsung menghampiri Raka dan merebut vas yang akan dilemparnya. “ Jangan sembarangan lempar barang orang dong. Ini semua kan milik Bu Wibowo,” seru Karisa yang masih canggung menyebut Mama dengan sebutan Bu Wibowo.

“ Minggir lo! Gue lagi kesel tau!” bentak Raka berusaha merebut vas yang dipegang Karisa.

“ Kalo lagi kesel liat-liat sekitar dong! Tinggal disini aja numpang, mau sok belagu!” balas Karisa tidak mau kalah sambil mendorong Raka sekuat tenaga. Raka kehilangan keseimbangan dan jatuh terduduk. Bukannya bangkit dan membalas Karisa, Raka malah teriak histeris lalu menyembunyikan wajahnya diantara kedua lututnya seperti anak kecil.

Karisa menjadi merasa bersalah karena mendorong Raka dengan sekuat tenaga. Setelah menaruh vas Mama di tempat yang aman, Karisa duduk di samping Raka dan berusaha menenangkannya. “ Aduh, saya minta maaf, Den. Jangan marah lagi ya,” hibur Karisa. Namun, Raka tetap terdiam dan semakin membenamkan wajahnya. Sebenarnya Karisa senang karena melihat manusia yang paling dibencinya menderita, namun di sisi lain dia merasa bersalah melihat Raka frustasi seperti orang gila.

Tak berapa lama ada seseorang mengetuk pintu. Karisa membukakan pintu dan terkejut melihat Pete yang sudah berdiri dengan gagahnya sambil tesenyum manis di ambang pintu. Karisa yang salah tingkah melihat pesona Pete langsung menyuruh Pete masuk lalu kabur ke pantry agar Pete tidak mengajaknya ngobrol. Pete hanya tersenyum melihat Karisa lalu tatapannya beralih ke Raka yang masih terduduk seperti anak autis. Sebenarnya Pete tidak senang melihat tingkah sepupunya yang kekanak-kanakan tetapi dia mencoba menghibur Raka dengan duduk di sofa di sampingnya. “ Kenapa lo?” tanya Pete.

“ Gue abis diputusin, lewat sms lagi. Puas?” jawab Raka datar.

“ Gitu aja mewek, ngambek. Telpon dong minta kejelasan,” sahut Pete santai.

Raka langsung mengangkat wajahnya dan mengambil HP yang dilemparnya ke sofa. Untung saja Hpnya tidak rusak. Dengan wajah yang ketakutan Raka menelpon pacarnya dan berjalan mondar-mandir sambil harap-harap cemas. Pete yang masih bete karena insiden Mark bertemu dengan Erika memutuskan mencari hiburan dengan numpang nimbrung di pantry. Karisa yang kaget dengan kedatangan Pete hanya bisa pasang tampang innocent. “ Ada apa, Den? Kok diem aja?” tanya Karisa yang risih karena Pete hanya diam saja disampingnya.

“ Lagi bete aja. Pengen nyari hiburan, si Raka malah lagi ada masalah,” gerutu Pete.

Ekspresi cemberut Pete sangat lucu dan membuat Karisa tertawa. Muka bule Pete tampak aneh dengan ekspresi cemberutnya. Pete yang merasa tersinggung makin cemberut dan melipat tangan di depan dadanya. “ Kok malah ketawa sih. Seneng liat orang lagi bete?” gerutu Pete sambil membelalakkan matanya yang makin membuat Karisa tertawa.

“ Ng.. Nggak kok,” ucap Karisa sambil menahan ketawanya. “ Mukanya Den Peter lucu aja kalo lagi cemberut.”

Pete hanya membuang muka dan masih memasang tampang kesal. Karisa merasa tidak enak dan mencoba menghibur Pete. “ Kalo lagi kesel, makan aja salak,” ujar Karisa asal sambil mengambil sebuah salak dari keranjang buah. “ Nanti keselnya ilang deh,” Karisa menarik tangan Pete dan meletakkan buah itu ditangannya. Pete mengangkat alisnya heran sambil menatap salak dan Karisa bergantian. “ Masa sih?” tanya Pete ragu.

“ Coba aja. Rasanya kayak semua kekesalan kita makan sampai habis dan hilang untuk selamanya.”

Pete masih bingung dengan hubungan salak dengan kekesalannya bahkan dia masih bingung dengan benda yang dipegangnya, tapi dia tertantang untuk mencoba saran Karisa. Dengan polosnya Pete menggosok-gosokkan buah salak di bajunya agar bersih lalu langsung menggigit buah itu tanpa dikupas. Spontan Pete langsung memuntahkannya karena rasanya tidak enak. Karisa yang melihat adegan itu tak kuasa menahan tawanya. “ Pweh! Rasanya nggak enak! Lo mau ngerjain gue ya?” gerutu Pete sambil membuang sisa salak ke tempat sampah.

“ Hahaha.. Belum pernah makan salak ya?” tanya Karisa menahan tawa.

Sesaat Pete terdiam. Jujur dia belum pernah melihat buah yang disebut salak ini. Walaupun bahasa inggrisnya snake fruit tapi tetap saja dia belum pernah makan buah ini selama dia tinggal di Amerika. Mungkin dia pernah mencobanya sewaktu dia masih tinggal di Indonesia. Tapi waktu itu umurnya masih 6 tahun dan dia belum tahu apa-apa. “ Belum sih. Aku belum pernah makan ini,” jawab Pete sambil menunjuk benda yang ada di tangannya.

“ Jelas aja nggak enak. Makan salak tuh kulitnya dikupas dulu baru dimakan,” sambil menahan tawa Karisa mengambil buah salak yang lain dan mengupas kulitnya yang berwarna coklat tua dan bertekstur seperti kulit ular lalu memberikan daging buahnya yang berwarna putih kepada Pete. “ Hati-hati, bijinya keras.”

Sesaat Pete ragu untuk mencoba memakan salak yang kedua kalinya. Tapi, dari pada menahan malu Pete lebih memilih mengambil resiko dengan mengambil buah salak yang ditawarkan Karisa dan mencoba memakannya. Tekstur daging buah salak yang padat dan sedikit berair terasa asing di mulut Pete. Rasanya yang manis-manis sepat memberikan sensasi tersendiri selama mengunyahnya. Pete sempat terkejut ketika melihat sebuah benda kecil berwarna coklat tua di dalam daging buah salak. Pete mencoba menggigitnya, namun benda itu sangat keras dan tidak bisa dimakan. “ Apa ini?”

“ Itu biji salak. Kan aku udah bilang, hati-hati bijinya keras,” ujar Karisa mengambil biji salak di tangan Pete dan membuangnya ke tempat sampah.

Suasana hati Pete sudah tidak segalau tadi. Senang rasanya bisa menghilangkan kekesalan yang sempat mencekiknya. Walaupun dengan cara yang aneh (makan salak?), Pete kembali ceria dan sedikit terhibur karena keberadaan Karisa sebagai Risa sang pembantu. Pete seakan menemukan teman pelipur lara yang bisa mengobati masalahnya. Sepertinya Pete semakin tertarik kepada Risa. “ Thanks, ya. Kamu udah bikin aku ceria lagi,” ujar Pete plus senyum maut andalannya.

Risa alias Karisa hanya bisa tertunduk malu dan salting mendapat pujian dari Pete. Senyumnya yang tulus membuat hatinya gembira dan berdebar-debar. Ada apa ini? Mengapa hati Karisa menjadi berdebar-debar melihat senyum manis Pete? Karisa menggeleng-gelengkan kepalanya dan berusaha menenangkan dirinya. “ Ini pasti cuma efek jurus tebar pesona andalannya Pete,” pikir Karisa.

Sesaat suasana hening karena mereka sama-sama salah tingkah. Mareka bingung topik apa yang harus dibicarakan. Baru saja Pete ingin bicara tiba-tiba terdengar suara kaca pecah dan jeritan seseorang. “ BEMBY!!!” jerit Raka dari arah ruang keluarga. Karisa dan Pete yang terkejut saling berpandangan dan segera bergegas ke arah ruang keluarga.

******************************************

Sorry, chapter ini kepisah jadi 2 part. Laptopku lagi bermasalah jadi aku baru bisa up load seadaanya. Tapi, bagaimana pendapat kalian tentang pete yang sedang patah hati?

saranku, kalau makan salak jangan lupa dikupas kulitnya dan dibuang bijinya.. :)

Hope u enjoy it

comment and vote please!!!

Billion Dollar MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang