Amnesia

8.5K 395 28
                                    

Amnesia

                Hola.. author balik lagi. Mohon maaf kalau lama up date cerita yang satu ini. Laptop author abis di upgrade ke windows 8. Banyak data yang hilang dan masih bingung pake windows yang baru. Hehehe.. ketahuan gapteknya nih.

                Oh iya, author lagi UAS nih. Doakan semoga lancar dan dapat nilai bagus ya. Author juga doain temen-temen readers yang lagi UAS. Semoga diberi kelancaran dan dapat nilai yang memuaskan.

                Doakan semoga author  September ini bisa selesain BDM. Jadi reader nggak perlu lama-lama nungguin kelanjutannya. Love you all my beloved reader!!

                Author POV

                Mark cukup terkejut dengan kedatangan Adam. Karena setahunya, Mr. Harold sudah jarang contact dengan keluarga Bimantara untuk urusan bisnis, apalagi menghubungi Adam yang tidak jelas kabarnya setelah kejadian penembakan beberapa tahun silam. Ada yang janggal disini, tapi Mark masih belum tahu jawabannya. Saat ini, yang bisa dilakukan oleh Mark adalah mengikuti permainan Adam sampai dia mengetahui motif dibalik kembalinya Adam.

                Setelah Adam dicek dan digeledah dengan alasan prosedur keamanan, Mark mengantarkan Adam ke ruangan dimana Karisa dirawat. Sebenarnya Mark tidak ingin siapa pun selain dirinya dan orang yang dipercayainya masuk ke ruang rawat VIP dimana Karisa dirawat. Namun, mengingat status Adam yang masih tunangannya Karisa, Mark tidak punya alasan untuk menghalangi Adam menemui Karisa.

                “ Rasanya lega sekali bisa bertemu dengannya. I miss her so much,” ucap Adam sambil menatap wajah Karisa dalam-dalam dan membelai pipinya dengan lembut.

                “ Dari mana kau tahu Karisa dirawat disini?” tanya Mark tanpa basa-basi.

                “ Mr. Harold menghubungiku tadi pagi dan kebetulan aku sedang ada di Singapore. Aku langsung membatalkan semua jadwalku hari ini dan segera kemari,” jawab Adam sambil mencari kursi untuk duduk di samping tempat tidur. “ Kali ini aku tidak akan melewatkan momen-momen berharga untuk bisa bersamanya. Kau tahu kan betapa aku mencintainya,” ucap Adam tulus tanpa melepaskan pandangannya dari Karisa.

                “ Kau mencintainya? Lalu kemana saja kau selama ini?” cibir Mark sambil menyilangkan kedua tangannya di dadanya. Memandang salah satu ‘musuhnya’ dengan ekspresi tidak percaya.

                Sesaat tubuh Adam menegang, namun dengan lihai dia menguasai tubuhnya kembali dan memandang kea rah jendela seakan bingung menjawab dengan jawaban yang tepat. “ It’s.. a little bit complicated. Ada banyak masalah yang harus kuseesaikan sendiri dan aku tidak ingin melibatkan Karisa karena dia sedang dalam fase yang sangat rapuh. Untuk itu, demi kebaikannya aku memutuskan untuk pergi.”

                “ Tanpa kabar dan alasan yang jelas?” Mark berusaha mengontrol emosinya agar tidak menghajar lelaki yang dengan seenaknya duduk di samping tempat tidur Karisa dan menggenggam tangannya.

                “ Semakin sedikit yang Karisa tahu, semakin baik,” jawab Adam sambil menaikkan bahunya.

                Baru saja Mark ingin melanjutkan sesi interogerasinya, namun iPhone miliknya berbunyi. Dengan kesal Mark mengeluarkan gadget itu dan melihat layarnya untuk mengetahui siapa yang menghubunginya. Ternyata Mr. Harold.

                Kini dilemma mengganjalnya. Dia ingin berada di samping Karisa, menggenggam dan mengecup tangannya lembut sampai mata abu-abu itu terbuka. Mark ingin dialah yang pertama kali dilihat Karisa. Mark ingin melihat senyum Karisa terkembang setelah Karisa siuman. Namun, tugas memanggilnya. Dia tidak mungkin mengabaikan atasannya untuk keegoisannya. Dan yang membuatnya semakin tidak rela adalah kehadiran Adam saat ini. Dia semakin tidak rela momen berharganya direbut oleh saingannya.

Billion Dollar MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang