Karisa POV

21.4K 484 21
                                    

Hai readers.. aku kembali lagi dengan chapter yang terbaru.. supaya nggak pada bingung baca novelku, mulai sekarang aku bakal bikin alur ceritaku jadi lebih lambat dan lebih mudah dimengerti.

Well, langsung aja deh.. selamat membaca :D

*****************************************************************************************************************

Karisa POV

                Kurebahkan tubuhku di atas kasur empukku. Sudah beberapa hari aku sibuk dengan tugas dan pekerjaanku sampai-sampai aku lupa betapa nikmatnya tidur di atas kasur kesayanganku. Hari ini aku bekerja super keras gara-gara insiden Raka ngamuk di rumah. Pete tidak terlalu membantu karena sudah kapok jari-jari halusnya tergores pecahan kaca, setidaknya aku bisa langsung pulang setelah pekerjaanku selesai karena Tante Siwi iba melihatku membereskan pecahan pajangan-pajangan itu. Kulirik jari-jemariku yang dibalut plester karena terkena pecahan vas yang sangat tajam. Tanganku masih berdenyut-denyut nyeri karena luka, tapi langsung kuabaikan karena aku senang bisa beristirahat malam ini.

                Untung saja hari ini hari sabtu dan aku sudah menyelesaikan semua tugasku. Kulirik jam dinding berwarna perak yang menunjukkan pukul 8 lebih 15 menit. Sepertinya tidak ada salahnya jika kuhabiskan malam ini dengan menonton film sambil makan popcorn. Namun, mataku terlalu berat dan badanku sakit semua sehingga tidak bisa diajak kompromi untuk bangun dari tempat tidur. Tak berapa lama  aku pun menyerah dan membiarkan mataku tertutup untuk istirahat.

**Di dalam mimpi**

                Kilatan petir dan suara gemuruh guntur menggetarkan apartemen dan membangunkanku dalam tidurku. Spontan aku berteriak histeris melihat kilatan-kilatan petir yang terlihat jelas dari jendela apartemenku. Suara guntur yang keras membuatku takut setengah mati sehingga otomatis membuatku meringkuk seperti bola. Aku meringkuk gemetaran di ujung tempat tidur, masih teriak histeris ketika kilat menyambar.

Tiba-tiba listrik padam dan ruangan menjadi gelap gulita. Suara angin diikuti hujan deras terdengar seakan mencabik-cabik jendela dan siap melahapku. Aku paling benci dengan cuaca ini. Badai di tengah malam dan membangunkanku dari tidurku. Karena kejadian beberapa tahun yang lalu badai angin juga menerpa rumah dan merengut orang-orang yang kusayang. Badanku berguncang hebat, keringat dingin membuat tubuhku semakin tidak nyaman. Petir kembali menyambar dan aku kembali teriak histeris. Berdoa dalam hati cuaca ini akan cepat berlalu.

Tanpa kusadari sesosok bayangan besar muncul dari arah pintu. Bayangan itu tak bersuara, semakin mendekat dan membuatku semakin ketakutan. Tenggorokanku tercekat, tak kuasa untuk berteriak minta tolong. Bayangan itu mengingatkanku dengan sosok pembunuh beberapa tahun lalu. Pembunuh yang sudah menghancurkan keluargaku dan meninggalkan bekas luka yang mendalam di hatiku. Mataku semakin melebar, tubuhku semakin berguncang, aku semakin panik seiring dengan mendekatnya sosok bayangan itu ke tempat tidurku. “ Pergi,” pintaku lemah.

Sosok itu semakin mendekat dan dapat kupastikan dia seorang lelaki bertubuh tinggi besar. Sosok pembunuh bayaran itu pun kembali terngiang-ngiang di kepalaku. Pembunuh bayaran yang membawa pistol dan membunuh Mama tanpa belas kasihan. Pembunuh bayaran itu mengejarku dan akan membunuhku! “ Pergi!” seruku sambil menutup mataku dan semakin kuringkukkan tubuhku. Ya Tuhan, kalau pembunuh bayaran itu mau mengambil nyawaku sekarang, aku berharap langsung mati dan tidak merasakan siksaan yang terlalu lama.

Detik-detik menjelang kematianku terasa lama dan membuat jantungku semakin berdebar. Bukannya tusukan pisau atau suara tembakan pistol, namun sebuah pelukan hangat yang kudapat. Pelukan yang terasa nyaman dan aman. Pelukan yang biasa kudapatkan jika aku sedang bersedih atau ketakutan. Pelukan yang sudah lama kurindukan. “ It’s alright, Karisa. Everything gonna be alright (tidak apa-apa Karisa. Semuanya akan baik-baik saja),” bisiknya lembut di telingaku.

Billion Dollar MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang