Confuse
Karisa POV
C I N T A
Lima huruf satu kata itu adalah satu-satunya kata yang tak terdefinisi dan terdeskripsi. Sangat abstrak bagaikan sekumpulan benang kusut tak berujung. Tak ada yang tahu apa arti dari kata tersebut. Dan membahas kata itu sama saja membahas topic yang sangat sensitive bagi semua umat manusia. Karena satu-satunya cara untuk mengetahui apa arti kata tersebut adalah merasakannya. Dan setelah kurasakan, yang bisa kudeskripsikan dari kata tersebut adalah.. complicated.
Entah sudah berapa lama kami duduk berduaan seperti ini tanpa melakukan apa pun. Kami saling berbaring di atas sofa favoritnya. Kubaringkan kepalaku diatas dadanya. Merasakan detak jantungnya yang stabil dan merdu. Membuat diriku semakin tenang dan damai. Dia mengelus punggungku sambil mengecup puncak kepalaku. Aku hanya bisa tersenyum bahagia sambil menikmati momen-momen ini. Berada di dekatnya entah kenapa membuatku tenang.
Dengan tangan satunya, dia menyingkirkan rambut-rambut halus yang menutupi wajahku dan menyampirkan rambutku ke telingaku. Setiap sentuhannya meninggalkan jejak hangat yang membuat diriku tak hentinya tersenyum. Tatapannya lembut dan menenangkan membuatku tenggelam dan terbuai. Yang kulihat dimatanya saat ini hanya ada diriku. Senyumnya yang menggoda membuat pipiku merona.
“ Manurutmu, apa itu cinta?” tanyanya dengan suara khasnya yang dalam.
“ Tidak tahu,” jawabku seadanya karena aku tak tahu harus menjawab apa. Pertanyaan sederhana yang tidak dapat kupecahkan seperti memecahkan pertanyaan matematika.
“ Kalau begitu, bagaimana dengan cinta pertama?” tanyanya lagi membuatku bingung untuk kedua kalinya.
“ Aku tidak tahu apakah ini cinta pertama atau tidak,” jawabku ragu.
“ So, tell me,” pintanya sambil tersenyum tak sabar untuk mendengarnya.
“ Sejak kecil aku jarang sekali keluar rumah dan bertemu dengan orang asing. Ayahku sangat protektif. Namun, suatu hari dia datang ke rumah dan masuk dalam kehidupanku. Entah kenapa aku sulit untuk mengalihkan perhatianku darinya. Rasa penasaranku padanya sungguh besar. Hingga sulit bagiku untuk berpisah darinya. Aku selalu ingin berada didekatnya dan mendengar suaranya. Melihatnya sibuk dengan pekerjaan lain membuatku kesepian,” jelasku sambil memainkan kancing kemejanya.
Sesaat dia terdiam lalu tersenyum padaku. Tangannya yang bebas membelai kepalaku, menelusuri wajahku dan berhenti di daguku. Menariknya sehingga kini aku menatap matanya. “ Sayang, itu namanya cinta pertama,” ucapnya tenang.
“ Aku tidak tahu. Hingga suatu hari sahabatku satu-satunya mengatakan bahwa dia suka padanya. Saat itu juga aku merasa bagai jatuh dari langit. Tubuhku hancur namun aku masih hidup. Kami selalu bersama setiap hari, tapi aku tidak bisa menyentuhnya karena aku tidak ingin sahabatku pergi. Hidupku terasa hampa dan jurang tak terlihat memisahkan kami. Bukankah cinta pertama seharusnya sangat berkesan dan tak tergantikan?” tanyaku bingung.
“ Kalau cinta pertama selalu berkesan manis, maka tidak akan ada yang namanya cinta kedua atau ketiga. Jika kau tidak ditakdirkan untuknya, maka kau ditakdirkan untuk orang lain yang lebih tepat,” ucapnya sambil membelai pipiku lembut.
“ Ya. Lagi pula ada dirimu. Bisa jadi kau orang yang tepat untukku,” ucapku sambil tersenyum malu. Aku tidak begitu ahli dalam urusan percintaan apalagi mengucapkan kata-kata romantis.
“ Aku akan selalu ada kapan pun kau butuhkan,” ucapnya lembut namun lama-lama semakin jauh dan jauh. Membuat rasa takut akan kehilangannya meruak. Dirinya terasa dekat sekaligus jauh secara bersamaan. Aku mulai panik.
![](https://img.wattpad.com/cover/824701-288-k535502.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Billion Dollar Maid
RomanceKarisa sangat terkejut karena adik dari ibunya tanpa minta izin langsung menempati rumah milik Ibunya yang akan diwariskan kepada Karisa. Karisa menyamar sebagai pembantu untuk memata-matai adik ibunya beserta anaknya tersebut. Tapi konflik cinta da...