Hayo votenya jangan lupa^^
"Itu si Azzam kenapa jadi gitu?" tanya Jacob pada teman-temannya. Yang lain mengangkat bahunya tidak tahu.
"Paling bentar lagi itu anak beneran jadi bahan bully-an."
"Ayo balik, bentar lagi mau bel," ajak Ghyta. Raina buru-buru menghabiskan jusnya dan akhirnya berdiri menyusul Ghyta dan Adiba yang sudah berjalan duluan.
"Eh!" kaget Diba saat seseorang tiba-tiba menariknya kasar. Ah, itu Khaila. Teman sekelasnya, dan 2 siswi lain bersamanya.
"Lo! Jangan sok cantik! Lo pikir lo siapa disini? Gak usah deketin Azzam deh! Lo itu cuma bakteri, jadi gak usah centil deketin dia, ya! Awas aja kalau sekali lagi gue liat lo deket sama Azzam, gue habisin lo!" ancamnya. Setelah itu gadis bernama Khaila melepaskan cengkraman tangannya pada lengan Diba.
"Aku gak takut."
Adiba meninggalkan tempat, sementara Raina dan Ghyta mengikutinya dari belakang. Khaila yang mendengar ucapan Diba tadi, langsung berbalik badan.
"Heh miskin! Gak usah belagu lo! Paling masuk karena beasiswa, belagu banget!" balas Khaila.
Adiba menghentikan jalannya. Lalu berbalik menatap Khaila, "Nyadar diri makanya! Bokap kamu perusahaannya udah mau bangkrut aja belagu!" setelah itu Adiba kembali melanjutkan jalannya. Raina dan Ghyta hanya bisa melongo dibuatnya.
Sementara keadaan di koridor kelas 12 tadi, orang-orang yang berdiri disana menatap Khaila sinis karena ucapan Adiba barusan.
"Apa?! Lo pada percaya sama ucapan dia? Bego, lo semua!" setelah itu juga pergi karena sudah malu.
ΔΔΔ
Rafa masuk kedalam kelas dengan tersenyum sinis, "Gue bilang juga apa, itu anak pasti dibully. Tuh liat, kerjaan si Khaila. Ngancam anak orang karena lo deketin tadi," kata Rafa, ia menunjuk Azzam yang duduk didepannya.
Azzam menatap Rafa, tidak sepenuhnya percaya. "Beneran lo?" tanyanya.
"Iya, tapi si cupu ngelawan. Katanya bokap si Khaila udah mau bangkrut tapi dia masih aja belagu, soalnya si cabe manggil dia miskin." lelaki itu menjelaskan dengan cepat, entah dari mana dia mendapat informasi.
Azzam menggelengkan kepalanya, "Tapi kalian semua tau, keluarga dia emang bakalan bangkrut, kalau aja bokap gue gak mau bantu, mungkin udah malu tu anak, " kata Aiden.
Azzam mengangguk membenarkan, "Tolong, kalau lo tau ada kasus bully lagi, bilang sama gue," kata Azzam.
"Lo suka sama dia?" tanya Jacob.
"Enggak, pokoknya kalau kalian liat langsung panggil gue," kata Azzam keukeuh tidak mau memberitahu yang sebenarnya.
ΔΔΔ
Adiba memasukkan semua peralatannya kedalam tas. Bel sudah berbunyi 5 menit sebelumnya.
"Ayo, Dib .... " ajak Raina. Diba menganggukkan kepalanya. Betapa senangnya dia, Raina dan Ghyta khawatir sekali setelah insiden bersama Khaila tadi.
Sekarang pun mereka akan menemani Adiba untuk ke parkiran, takut ada yang mengganggu Diba lagi.
"Heh!" baru saja dibilang, Khaila kembali memanggilnya.
"Lo gak usah sok berani, gue penguasa disini, jadi lo gak usah sok-sokan deh. Lo tu gak cocok sekolah disini, ini sekolah elit! Isinya kaya semua, gak kayak lo. Miskin, cupu, iiihh .... "
Adiba menatap Khaila datar.
"Terus aku peduli? Kamu pikir kamu siapa bisa ngatur aku se-enaknya? Oh ya, masalah Bang Azzam. Aku punya hak buat deketin siapa aja, kamu gak punya hak buat larang aku. Kamu kan bukan siapa-siapa, jadi gak usah sok berkuasa buat nyuruh aku jauhin dia!" balas Diba.
"Oh, udah berani ngelawan ya?" tanya Khaila, tangannya terayun untuk menampar Adiba.
Tapi tidak sebelum akhirnya Azzam datang bersama teman-temannya, menegur Khaila yang hendak menampar Adiba.
"Jauhin tangan lo dari dia .... " desis Azzam.
Khaila langsung menurunkan tangannya, "Ini gak kayak yang lo liat kok, gue mau ngelus bahunya dia, soalnya tadi kita tabr- .... "
"Bacot lo, mending diam aja," potong Jacob malas.
Diba mengalihkan pandangannya ke Jacob. Dia ... Dingin sekali.
Azzam menatap Diba khawatir.
"Gak papa kan?" tanya Azzam. Diba tersadar dari lamunannya setelah menatap Jacob, ia jadi kelabakan sendiri dan malu saat Jacob menatapnya juga.
"I- iya aku enggak kenapa-kenapa, kok. Makasih," kata Diba.
"Pulang lo!" usir Aiden ke Khaila. Khaila menatap Aiden sinis. Kalau bukan karena perusahaan papa-nya, ia tak akan takut kepada Aiden.
"Lo pulang sama gue aja, nanti gue nyuruh orang buat anterin motor lo kerumah. Gak nutup kemungkinan buat Khaila nyelakain lo di jalan," kata Azzam. Diba mengangguk patuh. Mengikuti Azzam dari belakang.
"Aku duluan ya, Rain, Ghyta .... " pamitnya.
"Kak, makasih ya!" serunya kepada Rafa, Aiden dan Jacob. Tapi, matanya juga tidak sengaja menatap mata Jacob yang juga sedang menatapnya.
ΔΔΔ
"Tadi diapain aja sama dia?" tanya Azzam.
"Gak diapa-apain, cuma tadi ditarik kuat banget, ini sampai berbekas gitu kukunya dia," kata Diba melihatkan lengannya yang memerah dan ada bekas cengkraman.
Azzam menggelengkan kepalanya, khawatir? Tentu saja.
"Sakit?" tanyanya.
"Udah enggak ... Gak usah khawatir gitu! Aku masih baik-baik aja," kata Diba meyakinkan.
Azzam menatapnya sayu, sedang lampu merah sekarang.
"Lain kali kalau ada dia jauhin aja ya? Atau suruh temen kamu panggil abang," katanya lembut, berakhir dengan kecupan singkat dikening Diba.
"Iyaa abang, gak usah berlebihan," kata Diba diselingi tawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Nerd ✔️
FanfictionHighest rank #13 in Teenfiction #14 in remaja #1 in fanfiction Ini cerita yang akan menceritakan tentang gadis yang berubah menjadi seorang nerd, demi mendapatkan teman yang benar-benar real dan tidak ha...
