5

189K 14K 183
                                    

Votenya jangan lupa yaaa

"Otak lo dimana, HAH?!" bentak Rafa. Khaila diam. Sudah 10 menit berlalu sejak kejadian tadi, Rafa masih setia membentak Khaila karena sudah geram. Biasanya kalau ia mau mem-bully orang, tidak sampai seperti ini. Bahkan sekarang masalahnya hampir ke guru. Untung saja Azzam langsung mengancam mereka agar tidak sampai ketelinga guru. Soalnya, kalau sudah ke guru otomatis pasti akan terdengar oleh kedua orang tuanya. Dah itu artinya semua perjuangan Adiba sia-sia. Dan yang pasti anak itu akan merajuk berkepanjangan.

"Heh! Jawab! Lo tuli? Gak bisa bicara?" tanya Rafa. Khaila mengangkat kepalanya, wajahnya sudah memerah. Ia kesal, sejak tadi Rafa terus membentaknya.

"Gue benci dia bisa deket sama Azzam, gue benci dia jadi anak kesayangan guru! Puas lo?!" balas Khaila juga membentak. Rafa menatapnya sinis.

"Kalau dia sampai geger otak gimana?! Otak dipakai dong! Gak punya urat malu? Lo cewek! Sadar diri, kalau mau deket sama Azzam gak gini caranya!" tambah Aiden.

"Lo juga semuanya! Kalau sampai ada yang ngeliat dia ngebully Adiba, langsung lapor gue, Aiden, Azzam atau Jacob."

Yang lain mengangguk, ada yang berbisik.
"Masih untung Azzam gak minta bokapnya keluarin lo dari sini, hhhh. Untung lo cewek, kalau gak gue patahin leher lo!" gerutu Jacob.

Jacob geram sendiri, akhirnya meninggalkan Khaila yang sekarang benar-benar terisak. Mereka bertiga meninggalkan Khaila. Berjalan menuju uks, Diba pingsan.

ΔΔΔ

"Mau pulang gak?" tanya Azzam. Diba menggeleng, lalu berpindah posisi membelakangi Azzam.

Kepalanya rasanya sakit sekali. Ia tidak mood untuk bertemu siapapun dan dia ingin sendiri. Raina dan Ghyta saja ia suruh keluar. Hanya mereka berdua disini.

"Pulang aja ya? Biar istirahat dirumah aja, nanti abang temenin deh," bujuk Azzam. Diba menggelengkan kepalanya. Lalu memejamkan mata.

Azzam menghela napasnya, "Abang gendong?" katanya. Giliran Diba yang menghela napas.

"Iya." lalu bangkit dari tidurnya. Azzam dengan sigap menahan bahu Diba agar ia tidak terjatuh.

Azzam memasangkan sepatu Diba, lalu berbalik, menyodorkan punggungnya. Diba malah mendorongnya dan berusaha berjalan sendiri.
"Ih, Diba ... Nanti jatuh!" tegur Azzam.

Diba yang sudah tidak mood hanya berdehem. Ia meraih lengan Azzam sebagai pegangannya, kepalanya masih sedikit pusing.

Pintu UKS terbuka, melihatkan 3 siswa dan 2 siswi dengan wajah khawatir mereka.
"Gimana?" tanya Azzam.

"Udah kita beresin, lo mau bawa kemana nih?" tanya Rafa.

"Gue anterin pulang, kasian banget anak orang."

"Raina sama Ghyta ikut, boleh gak kak?" tanya Raina.

Azzam menggelengkan kepalanya. Lalu menatap Diba, dia malah tertidur sambil bersandar di bahu Azzam.

"Eh, dia tidur .... " kata Jacob.

"Sini gue gendong," lanjutnya.

Azzam menahan Jacob dengan menyuruhnya stop. Azzam mengangkat Adiba.
"Tolong lo berdua ambilin tasnya. Jac, tolong izinin gue keguru nanti ya." setelah itu Azzam pergi meninggalkan semua temannya.

Raina dan Ghyta pergi ke kelas mengambil tas Diba. Jacob, Rafa, dan Aiden ke meja piket untuk mengizinkan Azzam. Setelah itu kembali ke kelas masing-masing.

ΔΔΔ

Adiba membuka matanya. Sudah sekitar 5 jam ia tidur. Sekarang jam menunjukkan pukul 2 siang.

"Bibi!"

Pintu bercat putih itu terbuka menampilkan sosok paruh baya yang sudah bekerja sejak Adiba kecil disini.
Adiba tersenyum menatapnya.

"Bi, Diba lapar ... Ambilin makan ya, Bi? Sekalian obat sakit kepala," ucapnya.

Bi Inah menganggukkan kepalanya,
"Tunggu ya, bibi ambil dulu," katanya. Lalu pergi berlalu hingga hilang dari pandangan Diba.

Diba mengalihkan pandangannya kesamping, meraih HP nya. Banyak line masuk dari Ghyta, Raina dan Azzam. Ia membuka satu-satu roomchat mereka dan membalasnya.

Azzam masuk kedalam rumah, langsung pergi kearah dapur untuk mengambil makan siang Diba.

"Bi, buat siapa?" tanya Azzam.

Bi Inah menoleh, "Oh, buat Diba ... Lapar katanya, kamu mau bawain? Atau bibi aja?" tawarnya.

"Azzam aja," jawab Azzam.

Ia naik keatas dengan nampan berisi makan siang serta obat. Lalu membuka pintu dengan sebelah tangannya dan tampaklah Diba yang masih terbalut baju olahraga dan sedang bermain HP.

"Gimana kepalanya? Masih sakit gak?" tanya Azzam.

"Sedikit, kok udah pulang?"

Azzam meletakkan nampan tadi di meja. Kemudian mengambil piring berisi nasi untuk Diba.

"Suapin ya?" kata Diba dengan wajah imut yang dibuat-buat. Azzam tertawa, lalu mengangguk.

Ia menyuapi Diba, sesekali bercerita tentang masalah tadi.
"Gimana kalau besok ngaku aja kamu itu adik aku? Gak tega ngeliat kamu," kata Azzam. Diba menggelengkan kepalanya.

"Ih, jangan! Gak mau. Gini aja dulu, Raina sama Ghyta aja belum tau aku siapa," kata Diba.

"Terserah kamu .... " katanya, lalu menarik hidung Diba gemas. Diba tertawa sambil melepaskan tangan Azzam dari hidungnya.

Fake Nerd ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang