6

192K 13.5K 395
                                    

Adiba menundukkan kepalanya saat melewati beberapa kakak kelas yang berkumpul di koridor. Ada yang berbisik tentangnya, ada juga yang langsung melontarkan kata-kata tidak enak untuknya. Entah untuk keberapa kalinya, pagi ini ia menghela napas.

"Adiba!"

Ia membalikkan badannya, menatap orang yang memanggilnya tanpa ekspresi.
"Lo udah baikan? Kok sekolah?" tanya Jacob.

Ah, entahlah. Sejak kemarin Jacob jadi ingin dekat dengan gadis misterius ini.

"Gue udah baikan ... Duluan ya, kak," pamitnya, kemudian meninggalkan Jacob. Jacob hendak menahannya, tapi tidak jadi karena Azzam tiba-tiba datang dan menariknya untuk masuk kedalam kelas.

"Jac, jangan bilang lo juga suka sama si cupu pencari sensasi?" tanya salah seorang teman sekelasnya.

"Enggak, gue cuma nanya keadaan dia doang salah? Kemarin dia habis jadi korban bully, lo tau sendiri."

"Ya gue tau, tapi kan tetap aja. Gue ngerasa ada yang janggal? Dia dideketin sama lo semua, emang gak ada apa-apa?"

"Kepo banget sih, lo!" elak Azzam dengan nada tak suka.

ΔΔΔ

Adiba memasuki kelasnya, beberapa siswi menyapanya. Entahlah, apa mereka bersimpati atau hanya merasa kasihan. Yang penting Diba tidak bersikap sombong.

Adiba duduk dikursinya yang sudah ditunggui oleh Raina dan Ghyta.

"Diba!"

"Lo baik-baik aja, kan?" tanya Raina.

"Lo kenapa sekolah? Jangan dipaksain kalau masih sakit, Dib .... " tambah Ghyta.

Diba tersenyum menampakkan gigi.
"Aku gak kenapa-kenapa, kalian khawatir banget, sih? Kepala aku udah baikan, kok." Raina dan Ghyta menghela napas lega.

"Syukur kalau gitu."

"Dib, gue mau nanya deh, boleh kan?"

"Apa, Rain?"

"Lo ada hubungan apa sama kak Azzam? Kalian kayak deket, dari awal lo kesini. Dikantin, pas Khaila ngancam lo, dan kemarin. Gue ngerasa aneh," kata Diba.

Senyum Diba seketika luntur. Hanya senyum tipis yang menghiasi wajahnya sekarang.

"Kalau gue bilang ... Kalian pasti kaget, gue takut. Ini belum waktunya kalian berdua tau .... " cicitnya.

Ghyta cemberut, begitu juga reaksi Raina.
"Kita sahabatan, Dib. Yang namanya sahabat ya saling berbagi, kalau lo ada masalah lo bisa bilang sama kita berdua, gitu juga kita. Itu gunanya sahabat, Diba ... Kalau kayak gini gue jadi ngerasa lo gak mau sahabatan sama kita," kata Ghyta.

Diba menundukkan kepalanya.
"Gue ... Bakalan pikirin dulu, gue belum bisa bilang ke kalian, maaf .... " ucapnya dan memelankan suaranya diakhir.

Raina tersenyum maklum, lalu mengangguk, "Kita berdua gak maksa, kok. Kita tau lo butuh privasi juga ... Kapan pun lo siap cerita, kita pasti bakal dengerin .... " lanjutnya.

"Makasih ya?"

"Iyaaa ... Itu kan gunanya sahabat?" tambah Ghyta diselingi tawa mereka bertiga.

ΔΔΔ

Azzam berjalan sedikit tergesa-gesa kearah kelas Diba. Ia akan menjaga adiknya mulai saat ini. Tidak peduli yang orang katakan, yang penting sekarang Diba jauh dari jangkauan makhluk bernama Khaila, Farah dan Sabrina.

Azzam tiba didepan kelas, tepat saat Diba dan kedua temannya hendak keluar.
"Kebetulan banget!" kata Azzam, nafasnya tidak beraturan dan masih terlihat lelah karena berlari.

Diba menatapnya heran, "Kenapa?" tanya Diba.

"Ke kantin sama gue, nanti lo di apa-apain Khaila, bahaya."

Diba menggelengkan kepalanya, menolak permintaan Azzam.
"Gak, nanti makin heboh. Udah, abang duluan aja, aku bisa sama mereka berdua .... "

Azzam menggelengkan kepalanya juga.
"Lo berdua, ikut juga." Lelaki ini memang seenaknya, Diba terpaksa menurut karena kedua temannya juga ingin bersama Azzam.

Ya siapa yang tidak mau makan di kantin dengan geng penguasa sekolah.

Kecuali Diba.

Khaila melihat mereka berempat dari kejauhan. Tangannya mengepal dan matanya memanas.
"Kenapa sih, dia gak jera-jera habis gue bully?! Atau dia pengen lebih dari yang kemarin?!" Gadis itu menghentakkan kakinya kesal.

"Itu anak udah miskin, jelek, pasti pakai pelet. Malah deket-deket sama Rafa!" gerutu Farah.

"Rafa emang dari sananya gatel!" seru Khaila kesal.

"Tapi, biasanya Rafa ngeliat tampang juga kali, dia jelek gitu kenapa Rafa bisa deketin juga ... Ditambah sama Jacob, kemarin ada yang bilang Jacob nawarin diri buat gendong dia buat dianterin pulang," tambah Sabrina.

"Beneran lo?! Ih sumpah, Khaila yang cantik gini aja gak dilirik, masa yang jelek gitu?! Gue beneran yakin dia ngeguna-guna mereka."

"Iya kali, buat dimanfaatin, kan geng Azzam kaya semua .... "

"Ah, kalian bisa diem gak sih?!" bentak Khaila, matanya menatap kedua sahabatnya sinis.

ΔΔΔ

Mereka semua duduk dimeja biasa tempat Azzam dan teman-temannya duduk.

Diba berada didepan Jacob dan disebelah Azzam dan juga Raina.
"Dib, gue minta kontak lo ... Boleh?" tanya Rafa.

Diba menggelengkan kepalanya.
"Gak main HP, kak." bohong. Ia tidak mau karena Azzam menendang kakinya dibawah sana.

Raina dan Ghyta langsung menatap Diba tak percaya. Diba juga ikut menendang kaki Raina, begitu juga Raina. Akhirnya mereka paham dan kembali makan.

"Ah, lo bohong, ya? Azzam aja punya ... Kemarin gue liat line dia," ucap Rafa keukeuh.

"Udah sih, anak orang gak mau ngasih lo paksa-paksa ... Lo pasti udah tahu ya, Dib? Kalau si Rafa playboy tingkat akut?" tanya Aiden bermaksud mencairkan suasana.

Diba terkekeh, "Iya, banyak yang ngasih tau .... " Rafa memasang wajah cemberutnya.

"Dapat lo gue berubah, deh .... " kata Rafa dengan wajah memelas.

Diba hanya menanggapinya dengan senyum tipis, lalu kembali makan.
Ah, ia tak bisa berbuat banyak. Rafa mengetahui siapa dia sebenarnya, kemarin Azzam yang memberi tahu. Mereka berdua bahkan hampir bergelut dilapangan hanya karena Diba.

Rafa mendesaknya, sementara Azzam tetap bungkam. Hingga akhirnya Rafa berusaha memukul Azzam, mengancam akan meninggalkan geng mereka.

Azzam awalnya tetap keukeuh untuk bungkam, tapi mengingat mereka semua berteman sejak dibangku SD membuatnya harus mengatakan yang sebenarnya ke Rafa. Setelah itu lelaki bernama lengkap Rafael Aqlan itu, mengatakan akan mendekati Diba.

"Gue deketin, gak bakal gue tinggalin, kok."

Janjinya begitu, tapi Azzam tau itu hanyalah janji manis belaka. Azzam sudah sering mendengar kata-kata itu dari mulut Rafa saat ia mendekati seorang perempuan.

Fake Nerd ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang