34

95.1K 5.3K 340
                                    

Jacob tersenyum tipis melihat Diba yang semangat buat ngabisin steak yang Jacob pesankan untuknya. Sementara makanannya sendiri ia biarkan, melihat Diba makan saja dia sudah kenyang.

Diba merasa kalau ada yang memperhatikannya, menaikkan wajahnya dan menatap Jacob. Pacarnya itu tiba-tiba mengalihkan pandangannya kearah lain. Diba terkekeh melihat Jacob yang tiba-tiba membuang muka.

"Terciduk. Ngapain kamu ngeliatin aku segitunya?" tanya Diba sambil menunjuk Jacob dengan pisau.

"Jangan main pisau! Aku gak ngeliatin kamu, kok. Gak usah kepd-an!" bantah Jacob, ia gelagapan.

Diba malah tertawa, "Ya ampun, sampai salting gitu ... Ada yang mau diomongin ya?" tanya Diba masih diselingi tawa kecil.

Jacob terdiam, tatapannya berubah sayu. Ia menatap Diba datar, tapi kemudian tersenyum tipis.

"Kamu makan dulu, nanti selera makannya bisa hilang kalau aku bicara sekarang," kata Jacob. Diba mengangguk, ia tak mau pusing-pusing karena makanannya tinggal sedikit dan sekarang dia sangat penasaran dengan apa yang mau Jacob bicarakan.

"Alhamdulillah ... Udah nih! Ayo bilang!" Diba menyesap air minumnya. Menatap Jacob penuh tanda tanya.

Jacob menghirup udara sebanyak-banyaknya. Kemudian membuang napas secara perlahan.

"Aku .... "

Rasanya terlalu sulit untuk mengatakan beberapa kata kepada gadis didepannya.

"Kamu kenapa?" tanya Diba heran.

"Kamu tahu kan, kalau bentar lagi mau UN? Aku ... Bakalan-"

"Minta break biar gak ganggu belajar?" tanya Diba memotong pembicaraan Jacob yang menurutnya lama sekali.

"Bukan itu .... " cicitnya.

"Terus?"
"Duh, kamu yang bener ngomongnya! Aku gak ngerti, tahu?!" protes Diba.

"Aku bakal kuliah di Ausie, dan aku dijodohin!"

"Hah?"

ΔΔΔ

Diba nangis sesenggukan, Naomi yang mau masuk kamar terpaksa nunggu dikamar Azzam. Sejak pulang dari jalan dengan Jacob tadi, Diba ngurung diri dikamar sambil nangis. Matanya memerah, hidungnya juga ikutan memerah. Dia tadi pulang menggunakan taksi, sementara Jacob membiarkannya pergi tidak berniat mengejarnya.

Ya memang sih, kalau dikejar juga percuma. Diba memang butuh waktu untuk sendiri. Jacob mengerti perasaannya, tapi ya mau bagaimana. Kedua orang tuanya yang membuatnya harus melakukan seperti ini.

"Dib, ayo keluar ... Kasian tuh cacing perut udah demo," bujuk Azzam dari luar kamar. Diba tak menggubrisnya. Gadis itu masih setia menangis dibalik selimutnya.

"Dib ... Gue dobrak juga nih?"

"Woi, kak! Gue ngantuk nih, setan!" umpat Naomi, dia menahan kantuknya karena Diba tadi menariknya keluar saat dia baru saja terlelap.

Bayangkan.

Diba pulang menggunakan taksi, kemudian masuk kedalam rumah sambil menangis. Lalu berlari kearah kamarnya dan membuka pintu kamar dengan kasar. Naomi baru saja terlelap, ia bangunkan dan dia tarik keluar kamar. Naomi masih setengah sadar, jadi tidak memberontak. Setelah mengeluarkan Naomi dari kamar, gadis itu menutup pintu kamar dengan keras dan menguncinya dari dalam.

Fake Nerd ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang