4

193K 13.3K 207
                                    

Jangan lupa vote dan komennya
Terimakasi suda bacaa👌💓

Mereka bertiga berjalan beriringan menuju kelas. Jam pertama adalah jam olahraga. Adiba mengambil bajunya yang diletak didalam laci.

"Dib, baju lo kenapa?" tanya Ghyta dengan wajah kagetnya. Diba mengernyit bingung. Lalu menatap bajunya, membuka lipatan bajunya.

Satu kelas menatap Diba dengan iba, "Miskin ya? Baju aja sobek-sobek gitu, mau sekolah apa mau mulung?" ejek Khaila.

Diba menatap Khaila dalam diam. Lalu menghela nafasnya, berjalan kearah tempat sampah sambil membawa bajunya. Ia membuang bajunya kedalam bak sampah.

"Miskin aja belagu!" teriak salah seorang siswi yang duduk didekat Khaila.

Seketika satu kelas meneriaki Diba, gadis itu hanya diam. Menahan tangisannya. Raina dan Ghyta buru-buru menarik Diba keluar kelas.

"Jangan dipikirin banget ya, Dib?"

"Khaila emang gitu kalau gak suka sama orang, pasti bakalan di bully terus ... Lo yang sabar ya, atau mau gue laporin ke guru aja?" tawar Ghyta.

Diba menggelengkan kepalanya. Lalu meraih HP yang terletak disaku roknya.
Setelah itu menghubungi seseorang disana. Raina dan Ghyta pun hanya bisa terdiam melihat Diba yang tiba-tiba menangis terisak.

"Kalian kenapa diluar?"

"Eh, bapak ... Ini baju Diba digunting sama orang jahil, pak. Dia nangis .... " jawab Raina. Takut kalau Pak Rizal marah karena mereka malah diluar saat bel sudah berbunyi.

Pak Rizal mengalihkan pandangannya ke Diba. Lalu menggaruk tengkuknya, "Adiba, kamu masuk dulu ... Saya gak marahin," kata Pak Rizal. Adiba menganggukkan kepalanya.

Duh, jangan bilang Papa udha ngasih tau gue siapa, gerutunya dalam hati.

"Silahkan ganti baju, langsung kelapangan seperti biasa. Saya tunggu 10 menit, yang tidak bawa baju silahkan tidak usah ikut olahraga. Kali ini saya tidak beri hukuman," kata pak Rizal. Diba menghela nafasnya lega.

Khaila berdecak sebal, "Pak kemarin saya gak bawa baju kenapa disuruh bersihin lapangan?!" protesnya.

"Diem kamu! Ikutin aja perintah saya, atau kamu mau saya hukum lagi?" tanya pak Rizal membuat Khaila terdiam. Khaila lagi-lagi menggerutu. Lalu berjalan dan sengaja menggebrak meja Diba.

"Sinting." gumam Diba sendiri.

Dddrrrttt

"Halo?"

"Gue tunggu didepan ruang ganti cewek, sini deh."

"Tunggu bentar .... "

Diba langsung beranjak dari duduknya, "Ayo Rain, Ghyt, baju aku udah ada!" ajaknya

ΔΔΔ

Ruang ganti perempuan mendadak ramai karena Azzam dan Rafa tengah berdiri didekat sana. Diba buru-buru menghampiri Azzam.

"Makasih," katanya. Lalu pergi.

Rafa yang memang iseng, menarik tangan Diba.
"Makasih ke gue dong, itukan baju punya adek gue," kata Rafa.

Huft, Diba menghela nafasnya, "Makasih kak ... Rafa."

Siswi-siswi yang berada disekitaran sana menatap Diba iri. Mereka menatapnya sinis, termasuk Khaila.

"Centil."

"Ih ... Semua cowok di sekolah dideketin dia, cupu aja belagu."

"Itu, anak baru yang katanya miskin, kok bisa deket sama Azzam .... "

"Centil banget, Rafa aja dideketin. Habis ini siapa ya? Jacob apa Aiden?"

"Cupu gitu kok Azzam mau, dikasih pelet apa tuh?"

"Azzam diguna-guna kali ... Masa mau aja disuruh sama yang model gitu .... "

Diba memilih menghiraukan bisikan yang dilontarkan untuknya. Raina dan Ghyta masih setia disebelahnya, mengusap bahu Diba agar ia sabar.

ΔΔΔ

Sekarang murid kelas 11 IPA 1 ini sedanv beristirahat, setelah pemanasan dan berladi 2 keliling lapangan.
Khaila masih saja menatap Diba sinis, seperti ingin mengajak kelahi Diba detik itu juga. Tapi, Diba tidak peduli. Ia hanya diam, dan mungkin seterusnya hanya itu yang bisa dia lakukan sampai akhirnya dia benar-benar yakin kalau Raina dan Ghyta adalah realfriend nya.

"Hari ini olahraganya saya bebaskan, guru ada rapat. Tolong kerjasamanya, jangan sampai ada yang ke kantin!"

Seketika mereka semua bubar.
Khaila menghampiri Diba. Kekesalannya sudah mencapai puncak.

Dari belakang ia menjambak rambut Adiba.

"Ah!" ringis Adiba.

"Khaila!" bentak Raina, lalu berusaha melepaskan tangan Khaila dari rambut Diba. Teman-teman mereka yang lain hanya mendiamkan dan menonton.

Khaila malah menendang kaki Raina hingga ia terjauh sambil memegangi kakinya.
Ghyta yang tepat berada dibelakang Khaila, menendang kakinya. Khaila sempat meringis, tapi ia makin menarik rambut Diba kuat, sampai akhirnya gadis itu kembali menangis untuk kedua kalinya hari ini.

"Le- ... Lepas, Khaila .... " rintih Diba yang sudah tak tahan. Khaila tak mendengarkan.

"Ini balasan buat lo, yang udah sok berani sama gue. Lo gak tau siapa gue?! Ini juga buat balasan karena kemarin lo bikin gur malu dengan bilang perusahaan bokap gue bangkrut, lo tau apa, hah?!"

Ghyta geram, akhirnya balik menjambak rambut Khaila. Membuat Khaila sedikit oleng dan membalikkan badan, ingin membalas Ghyta. Ia melepaskan tangannya dari kepala Diba.

"Lo mau apa?! Mau sok jadi pahlawan kesiangan, hah?!" tanya Khaila. Ia tak membalas menjambak, tapi hanya membentak.

"Iya, ada masalah?! Lo tuh sadar dong! Gak usah sok berkuasa, gue tau orang tua lo salah satu pemilik saham sekolah, itu cuma 10%, lo pikir segitu banyak?! Belagu banget!"

"Terus lo bilang apa? Diba sok tau kalau keluarga lo bangkrut? Emang iya kan? Kalau bukan karena bantuan papanya Kak Aiden mungkin lo udah jadi gembel di jalanan!" Khaila diam seketika. Para siswi disana pun juga langsung berbisik.

Ghyta beralih ke Raina yang masih meringis, sementara Diba masih menahan sakit dikepalanya. Raina dan Ghyta juga buru-buru menghampiri Diba.

"Dib, lo gak apa-apa?"

Diba tersenyum tipis, air matanya sudah berhenti. Tapi setelahnya, ia kehilangan kesadaran karena efek jambakan Khaila yang terlalu kuat tadi.

Brukkk ....

"Diba!"

Fake Nerd ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang