30

110K 6.4K 319
                                    

Semilir angin menerpa kulitnya, membuat gadis yang tengah duduk dikursi taman sambil memeluk buku diary itu memejamkan matanya menikmati sejuknya kota ini disore hari. Rainaa membuka matanya, melihat sekelilingnya, dimana orang-orang berlalu lalang. Seharusnya jam segini dia sudah pulang, tapi ia memilih untuk tidak pulang karena percuma ... tidak ada orang disana.

Seiiring berjalan waktu, air matanya mengalir secara tiba-tiba. Detik berikutnya ia menangis sesenggukan mengingat beratnya masalah yang ia hadapi saat ini. Bersamaan dengan rintik hujan yang mulai turun membasahi kota dimana mereka berada. Tangisan Raina semakin pecah saat hujan bahkan mulai lebat. Ia tak peduli dengan tas-nya, buku diary, bahkan handphone dan laptop ditas. Untungnya gadis itu sudah meninggalkan semua buku, kecuali buku diary didalam laci mejanya.

Jam menunjukkan pukul setengah enam sore, dia masih setia duduk ditempat yang sedari tadi dia tempati, bahkan orang yang lewat menggunakan payung tidak mau mendekatinya karena merasa kalau gadis itu anak yang aneh.

Tapi, tidak untuk seorang lelaki yang baru saja turun dari mobil dengan terburu-buru.

Raina mengadahkan pandangannya saat ia tidak merasakan lagi air hujan yang membasahinya, yang ia temukan hanyalah payung yang tiba-tiba berubah menjadi warna hitam dan bermotif bintang. Pandangannya ia alihkan kesamping, dimana anak laki-laki yang memakai seragam yang sama dengannya berdiri dan kehujanan demi memayunginya agar tidak kehujanan lagi.

Payung yang berubah warna itu aku dapat inspirasi dari drama korea 'i'm mot robot' hehehe.

Raina berdiri, kemudian mendorong tangan orang itu agar dia memayungi dirinya sendiri, kemudian membereskan barangnya dan buru-buru pergi meninggalkan temannya itu.

Aiden tidak membiarkannya. Ia menahan tangan Raina dan membiarkan gadis itu menabrak tubuhnya. Dia tidak peduli kalau Raina sekarang basah kuyup.

Ia memeluk tubuh Raina berharap tubuhnya memberi Raina kehangatan dan mampu menenangkannya. Sebelah tangannya ia pakai untuk memegang payung.

Raina tak membalas, tapi terus menangis. Taklama kemudian dia baru mengangkat wajahnya dan menatap Aiden dengan mata sembabnya.

ΔΔΔ

Wajahnya sudah bersih, walaupun matanya masih sembab. Pakaian sekolah yang basah tadi sudah berganti dengan baju rumahan yang sempat Aiden beli sebelum mereka pulang kerumahnya.

Iya, sekarang mereka berada dirumah Aiden. Ia tidak mau membawa Raina pulang dengan keadaan seperti tadi, yang ada dia dikira melakukan sesuatu yang buruk padanya.

Aiden memberikan selimut tebal dan memakaikannya dipunggung Raina. Membuat gadis itu mengadahkan kepalanya dan tersenyum tipis ke Aiden. Berkat Aiden, berkat kata-kata penyemangat yang lelaki itu lontarkan mulai dari dia masuk mobil hingga mereka sampai dirumah ini, Raina sedikit tenang dan beban ditubuhnya terasa berkurang.

Aiden kembali lagi dari dapur dengan secangkir coklat panas yang baru saja ia buat sendiri. Ia tersenyum kepada Raina yang duduk bersila dengan selimut menutupinya dan rambutnya yang masih setengah kering. Raina menerima cangkir yang Aiden berikan padanya.

Ia hanya memegang cangkirnya agar tangannya terasa hangat, enggan untuk meminumnya karena sedari tadi Aiden terus memperhatikannya.

"Mau tinggal disini dulu? Gue tinggal cuma sama pembantu, orang tua gue pindah ke Bali ... Lo boleh pakai kamar mana aja."
Raina akhirnya menyesap coklat panas yang sekarang sudah lumayan hangat.

Fake Nerd ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang