"Kamu juga harus tanggung jawab .... "
Adrian menghela napasnya. Menganggukkan kepalanya.
"Besok aku temuin Jacob, kamu bujuk Diba jangan sampai pergi ikut Neneknya ... Dia masih gak mau bicara sama Aku, bisa?" tanya Adrian. Mauren menganggukkan kepalanya.Ia pergi menuju kamar Diba. Baru masuk, ternyata dia sudha tidur, sementara Naomi masih berkutat dengan buku soal latihan untuk UN.
Padahal ini masih semester satu."Udah belajarnya, Nao ... Udah jam 10, tidur gih," suruh Mauren membuat Nao menoleh kebelakang. Ia mengangguk patuh, lalu menutup semua bukunya. Beranjak pergi kearah kasur.
"Besok pagi suruh kakak kamu sarapan dulu, ya? Ada yang perlu dibahas," kata Mauren.
"Iya-iya," jawab Naomi.
"Yaudah tidur, Mama matiin nih lampunya."
ΔΔΔ
Rafa dan Aiden sibuk dengan pikiran masing-masing. Mereka sekarang berada di kamar Rafa.
Rafa sibuk memikirkan Diba. Aiden sibuk memikirkan hubungannya dengan Jacob yang semakin lama semakin merenggang. Bahkan lelaki itupun enggan untuk membalas pesannya.
Aiden dan Rafa menghela napas bersamaan. Lalu mereka bertatapan. Detik selanjutnya kembali terdiam.
Detik berganti menit. Keduanya meraih ponsel masing-masing. Jacob baru saja mengirim pesan lewat grup mereka semua.
Jacob : Besok pulsek dirumah Azzam, ada yg perlu dibahas.
Keduanya saling menatap.
"Ini dia mau keluar dari kita, atau gimana?" tanya Rafa langsung. Wajahnya cemas.Aiden mengangkat bahunya.
"Udahlah, besok datang aja. Gue yakin ini penting, kalau gak penting gak mungkin dikumpulin dirumah Azzam. Lo tau kan awal ini semua ada di Diba?" tanya Aiden."Lo jadi kayak nyalahin Diba!" seru Rafa.
"Gue gak nyalahin, emang kenyataannya kayak gitu, kan? Kalau aja kalian ngikutin saran gue buat kasih tau Jacob kemarin, gak bakal kayak gini jadinya!" balas Aiden.
Rafa menatapnya sinis.
"Otak lo cetek banget buat ngerti keadaan sekarang! Mikir lah! Lo kira enak diposisi Diba?! Disini dia dibilang jadi awal masalah, padahal disini kita juga salah! Gak usah nyalahin Diba buat semua masalah ini, sampah lo!" bentak Rafa. Ia kesal sekali dengan sikap Aiden sekarang.Aiden hanya diam. Kemudian bangkit dari duduk dan meraih jaketnya. Lelaki itu pergi meninggalkan Rafa begitu saja.
ΔΔΔ
Mereka semua berkumpul, termasum Diba, Papanya, Mamanya. Raina dan Ghyta juga ada.
"Om dulu yang mulai ... Diba seharusnya emang diam aja, ya? Sampai dia benar-benar yakin buat ngasih tau ke kamu, Jacob. Dia gak ada maksud buat bohongin kamu ... Seharusnya kemarin om gak buru-buru gitu, ya. Jadi Diba gak salah disini, dia gak maksud buat bohongin kamu ... Dia mau bilang, cuma waktunya belum tepat. Dia kepaksa buka jati dirinya, karena itu keputusan om. Om gak mau sampai Diba diperlakuin makin jauh dari kemarin, om gak siap kalau misalnya kehilangan anak cuma karena perasaan dendam dari anak yang kemarin om masukin penjara."
Adrian menghela napasnya. Lalu menatap Jacob serius.
"Jadi, gimana?" tanyanya pada semua remaja yang sekarang berkumpul dirumahnya."Jacob ngerti, om. Disini Jacob yang egois, seharusnya Jacob dengerin kalian dulu ... Gak langsung pergi gitu aja, terus marah-marah gak jelas, Mama udah bantu Jacob buat mikirin ini semua. Jadi ... Jacob bakal dengerin penjelasan kalian," kata Jacob, membuat semuanya menghela napas lega.
"Disatu sisi gue juga salah, seharusnya waktu kita kumpul dirumah lo, kita ngasih tahu semuanya. Tapi gue ngelarang mereka karena gue tau lo suka sama Diba .... " sambung Azzam.
Diba menoleh, pipinya memerah. Mauren dan Adrian seakan mengerti, mereka pergi terlebih dahulu.
"Gue juga minta maaf ... Gue kemarin ngedesak lo buat ngaku, padahal posisi lo disana gak tahu apa-apa," kata Diba.
"Gue minta maaf ... Gara-gara gue, hubungan kalian ber-empat jadi renggang. Padahal yang bohong gue, kalian malah kena imbasnya. Terutama buat bang Aiden, gue tahu pasti lo kesel sejak kejadian di Aula. Lo gak bisa nyembunyiin itu," kata Diba lagi.
"Buat lo Bang, gue tau gue salah ... Tapi gue juga gak punya pilihan lain kemarin, tadi udah dijelasin Papa."
"Gue udah gak marah ... Lo gak perlu minta maaf, gimana kalau ini semua kalian lupain aja? Anggap gak pernah terjadi ... Gue pengen kita balik aja kayak kemarin lagi, biasa aja," kata Jacob.
"Gue udah maafin lo," kata Aiden tiba-tiba.
Rafa tersenyum sinis, ia mendengus.
"Kebanyakan gaya lo! Kemarin aja lo nyalahin dia karena dia biang masalahnya?" sindir Rafa.Aiden juga kembali menatapnya sengit.
"Kemarin, kan? Lo gak liat sekarang situasinya udah beda? Semuanya udah jelas disini. Gak usah ngungkit yang kemarin, gak guna!" balas Aiden tak kalah sengit."Apasih lo berdua?! Masalah yang ini udah kelar, sekarang lo lagi yang bermasalah?!" tanya Azzam.
"Dia tuh!" gerutu Aiden sambil menunjuk Rafa.
Rafa menulikan telinganya. Berpindah tempat duduk disebelah Diba.
"Ntar malem jalan, yuk? Hitung-hitung balesan buat gue yang udah nemenin lo selama tiga hari?" ajak Rafa.
Diba mendengus, "Kalau gak ikhlas mending gak usah bang, gue juga gak seneng kemarin lo kerumah," kata Diba kesal.
"Oooww, sakit nya tuh disini!" sindir Naomi sambil tertawa terbahak-bahak bersama yang lain.
"Nyebelin lo, sana sama Jacob aja! Gak jadi deh gue deketin lo," katanya membuat yang lain tertawa lagi.
ΔΔΔ
Udah kan.
Damai nih
Diba gajadi pindah, okeh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Nerd ✔️
FanfictionHighest rank #13 in Teenfiction #14 in remaja #1 in fanfiction Ini cerita yang akan menceritakan tentang gadis yang berubah menjadi seorang nerd, demi mendapatkan teman yang benar-benar real dan tidak ha...