Adiba berjalan sendirian di koridor. Hari ini jadwal piket Raina dan Ghyta. Jadi, ia pergi ke parkiran sendirian. Azzam juga tidak kelihatan setelah jam istirahat tadi.
Adiba membuka jok motor dan mengambil helmnya.Baru saja ingin memakai helm, tapi seseorang membalikkan badannya. Adiba terlonjak kaget, selanjutnya ia merasakan panas dipipinya.
Plakkk
"Lo kok gak tau diri banget, sih?!" bentak Khaila. Farah dan Sabrina berada dibelakangnya.
"Ayo, buruan!" desak Khaila. Farah dan Sabrina buru-buru menarik Diba kearah gedung belakang. Disana sepi. Tepatnya, tidak ada cctv.
"Gue udah bilang jauhin Azzam kan?! Lo kok makin berani?!"
"Udah bosan hidup? Lo mau gue keluarin dari sini?!"
"Heh! Ngomong! Gak punya mulut?!"
Anak itu terus membentak Diba. Diba hanya bisa berdoa, berharap seseorang menyelamatkannya. Ia tak bisa melawan, kedua tangannya ditahan oleh Farah dan Sabrina. Kakinya dipijak juga dipijak agar tidak bisa bergerak.
"Lo mau gue bikin babak belur dari ini?" tanya Khaila. Diba menggelengkan kepalanya, tapi ia tetap diam.
"Awas ya, kalau sampai ini bocor ketelinga orang-orang ... Gue gak bakal segan-segan buat ngelakuin hal lebih. Juga, berhenti nyari muka depan guru, Azzam, dan semua orang! Gak usah sok melas gitu muka lo! Jijik, tau gak?!"
"Cabut," ucapnya. Diba dilepaskan, tapi lengannya lagi-lagi merah karena pegangan Farah dan Sabrina sangat kuat.
Tubuhnya merosot kebawah. Ia memeluk lututnya dan menangis karena merasa sakit. Tidak ada seorang pun yang datang. Diba akhirnya bangkit dan berjalan tertatih kearah parkiran. Kakinya juga luka karena Khaila menendang betisnya tadi.
Diba menatap pantulan wajahnya dikaca spion motornya. Pipinya memerah, ia tidak bisa pulang dengan keadaan seperti ini. Gadis itu meraih HP nya.
"Kenapa sayang?"
"Mah, aku mau main kerumah temen sebentar, ya? Nanti aku pulang sebelum jam makan malam, kok."
"Ooh, kamu gak kenapa-kenapa kan?"
"Enggak kok, aku baik-baik aaj, boleh gak Ma?"
"Boleh, hati-hati ya!"
"Yaudah, assalamu'alaikum."
Adiba mematikan sambungan telfon setelah Mauren membalas salamnya. Kemudian kembali memasukkan HP nya kedalam saku. Ia memakai masker, kemudian helm.
'"Diba!"
Ia menoleh, Raina menghampirinya dengan buru-buru.
"Lo dari mana? Gue nyariin, jok lo kebuka dan lo gak ada ... Gue kira lo di culik!""Aku ... Rain, aku bisa kerumah kamu?"
ΔΔΔ
Adiba keluar dari kamar mandi menggunakan baju tidur milik Raina. Pipinya sudah tidak memerah dan matanya juga sudah tidak sembab lagi. Kakinya baru saja diobati oleh pembantu di rumah Raina.
"Makasih banget, Rain .... " ucapnya. Raina tersenyum, menganggukkan kepalanya. Ia menepuk bagian kasur disebelahnya, bermaksud menyuruh Adiba untuk duduk disana.
"Dia apain lo, Dib?" tanya Raina.
"Dia tiba-tiba datang, terus nampar aku ... Aku kaget, temennya juga nyeret aku kebelakang gedung ... Mereka nahan tangan aku, terus kaki aku juga di pijak biar gak gerak. Pas mereka mau pergi, Khaila sempat nendang betis aku, makanya sampai jadi gini," ucap Diba menjelaskan.
Raina mengusap bahunya lembut.
"Lo pulang nanti dianterin supir gue, ya? Gue takut lo kenapa-kenapa .... " Diba tersenyum, menganggukkan kepalanya. Hatinya menghangat."kamu beneran tulus ya, temenan sama aku?" tanya Diba berubah serius.
Raina tertawa, "Kalau gue gak tulus, ngapain gue sampai bawa lo kerumah, terus ngobatin kaki lo? Yang ada gue langsung pulang ninggalin lo," katanya.
"Sadis!" seru Diba kesal. Raina tertawa melihat reaksi Diba. Tangannya terulur melepaskan kacamata yang Diba kenakan. Penampilannya terlihat tidak asing, wajah Diba sudah bersih karena ia baru saja mandi. Gadis itu buruk dalam hal menyamar untuk kali ini.
"Lo .... "
"Ugh, iya ini gue. Adiba, adiknya bang Azzam .... "
"Diba?!"
Beginilah jadinya, Ghyta dipanggil Raina beberapa menit yang lalu. Akhirnya mereka berdua mengetahui siapa Diba sebenarnya. Sekarang mereka bertiga masih dikamar Raina. Bercerita banyak hal tentang Diba yang merubah penampilannya.
Jam menunjukkan pukul 6 sore. Sudah 3 jam Diba disini.
"Gue balik ya? Pakai motor juga gak apa-apa kok," kata Diba.Raina menggelengkan kepalanya.
"Gak, kaki lo belum sembuh ... Tadi yang bawa motor gue, lo dianterin Ghyta aja, dia bawa mobil."Diba beralih menatap Ghyta.
"Mau gak nganterin gue?" tanyanya.Ghyta menggeleng, "Gak, bensin gue mahal," katanya.
Diba cemberut, "Yaudah."
(unnie, stop being cute 😌😩)
"Hahaha ... Iya, ayo pulang!"
ΔΔΔ
Beda banget gak sih sama yang lama?! Hahahahaha
Aku lebih srek sama yang ini, soalnya yang kemarin gak jelas gitu, serius. Dan juga kayaknya beda alur gitu sama yang lama ya? Huhu, gatau kenapa aku srek banget sama yang sekarang ㅠㅠ
BTW, PART HABIS INI DI PRIVATE ACAK YA! Aku update lagi besok, soalnya hari ini udah update banyak. Hehehe😅
Oiya, follow ig bole kali 😏
Ig : @snynjw_
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Nerd ✔️
FanfictionHighest rank #13 in Teenfiction #14 in remaja #1 in fanfiction Ini cerita yang akan menceritakan tentang gadis yang berubah menjadi seorang nerd, demi mendapatkan teman yang benar-benar real dan tidak ha...