Seperti hari-hari biasanya, Diba berjalan di koridor sendirian. Baru saja ia mau masuk kedalam kelasnya, matanya tak sengaja bertemu dengan mata Farah. Diba memberhentikan langkahnya. Sudah lama, sekarang ia melihat lagi wajah Farah, dan disampingnya ada Sabrina.
Diba membuang jauh-jauh pikiran buruknya, ia mempercepat langkahnya untuk masuk kedalam kelas.
ΔΔΔ
Waktu berlalu, ini akhir bulan. Seperti bulan sebelumnya, guru selalu mengadakan rapat diakhir bulan. Diba keluar kelas berniat untuk pergi ke toilet. Ia merasa ada yang tidak beres dengan perutnya. Gadis sakit perut, rasanya seperti hari pertama lampu merah. You know what i mean.
Diba keluar dari toilet, ia merasa lega ternyata dia tidak halangan. Gadis itu berjalan santai, sesekali bersenandung menyanyikan lagu baby don't stop milik boyband korea NCT U. *Lah ini mah gue lur .
Tanpa dia sadari, Farah berjalan dibelakangnya diam-diam. Kali ini dia sendirian. Gadis itu mengeluarkan sapu tangan yang sudah diguna-gunanya, atau lebih tepatnya diberi sesuatu yang seperti penculik. Enggak tau itu namanya apa:(
Farah tersenyum miring saat menyadari mereka berada dikawasan tanpa cctv. Sebenarnya ada, tapi banyak yang mengatakan kalau cctv itu sedang rusak. Pihak sekolah juga belum sempat mengganti dengan yang baru.
Sekolah elit mah bebas, rusak langsung ganti, ga perlu diperbaiki dulu, ok.
Farah melakukan tugasnya dengan baik, ia menutup mulut dan hidung Diba menggunakan sapu tangan tadi. Lalu, menyeret Diba kearah gudang yang tak jauh dari tempat mereka sekarang.
Diba disandarkannya dibalik rumpukan kardus. Itu membuat Diba tidak terlihat dari luar. Farah memulai aksi keduanya, yaitu mengikat Diba, melumuri Diba dengan telur, tepung, dan wajahnya ia coret. Gadis itu sekarang terlihat sangat buruk.
Farah tersenyum miring, lalu memainkan ponselnya sebentar. Ia mengirim pesan singkat kepada seseorang, seseorang yang bersekongkol dengannya.
Diba membuka matanya. Sedikit terkejut dengan yang terjadi padanya. Ia memicingkan matanya, menatap Farah dalam diam. Farah menolehkan pandangannya saat ia sudah selesai dengan urusannya.
"Eh, udah bangun?" tanyanya dengan nada dibuat-buat.
Diba menatapnya sinis, "Mau lo apa sih?!" bentak Diba. Farah sedikit panik, takut ada yang mendengar.
"Lo tidur lagi, kalau bisa selama-lama nya!" geramnya. Ia kembali menutup pernafasan Diba dengan kain tadi. Kurang kejam ya?
Farah keluar dari gudang dan membersihkan tangannya. Ia berjalan kearah toilet dan mencuci tangan. Saat keluar, warga sekolah sudah beramai-ramai berjalan dengan beberapa memasang wajah panik.
"Kenapa, nih?" tanya Farah pada seseorang adik kelas.
"Kak Diba hilang, kak. Gak ada dimana-mana!"
Farah mengangguk, lalu berjalan berlawanan arah dengan yang lain. Ia tersenyum senang, lalu masuk kedalam kelasnya.
"Waktunya tidur nyenyak .... " gumamnya.
ΔΔΔ
"Diba!"
"Dib!"
"Dib, lo dimana sih!"
"Gini aja, kita mencar ... Gue kearah kantin sama gedung belakang. Jacob ke gudang, Lo berdua ke toilet cewek. Lo berdua cari dikelas-kelas." suruh Azzam. Mereka semua mengangguk paham. Lalu mulai berpencar. Mencari Diba ramai begini tidak akan membuahkan hasil, karena mereka hanya terfokus pada satu titik.
Jacob menelusuri jalan kearah gudang, ia terus menyerukan nama Diba. Sampai akhirnya ia tiba dipintu gudang.
"Kebuka?" gumamnya.
Dia buru-buru membuka pintu gudang. Melihat kesetiap arah, tapi nihil tak menemukan apapun.
Ia menghela napas kasar. Kembali menutup pintu gudang dan berjalan pergi.
Brukk
Lelaki itu menghentikan jalannya saat mendengar benda terjatuh dari arah gudang.
Ia kembali masuk dengan sedikit perasaan takut. Maklum saja, gudang sepi dan gelap. Jarang sekali ada orang yang kesini kecuali kalau ada barang yang harus diletakkan disana.
Jacob menatap kardus yang tadinya tersusun rapi sekarang sudah berantakan. Ia mulai berjalan mendekati tumpukan kardus tadi. Awalnya ia melihat kepala seseorang, tapi ia juga ragu. Beberapa saat ia terdiam, masih memikirkan apakah dia harus maju apa keluar dari sini.
Ya siapa yang tidak takut, ini ruangan remang-remang karena tidak terkena cahaya matahari. Ditambah lagi sepi. Jacob akhirnya milih buat maju, dia ngangkat kardus yang nutupin badan Diba.
"Ya allah .... " lirihnya.
Dia sudah melihat Diba yang pingsan, berlumuran telur, tepung, diikat, parahnya wajahnya dicoret menggunakan lipstick.
"Diba ... Bangun!" Jacob berusaha membangunkan gadis itu dengan menepuk pipinya.
"Dib ... Ayo bangun, ini gue ... Lo gak mati kan?" Jacob panik sendiri, Diba tak kunjung bangun. Ia mendekatkan jarinya ke hidung Diba, apakah gadis itu masih bernafas atau tidak.
Diba mengerjapkan matanya.
"Kak .... " lirihnya. Jacob yang tadi hampir putus asa untuk membangunkan Diba, sekarang mengangkat kepalanya cepat.
"Gue kirain lo ... Ah, udahlah. Lo gak apa-apa? Ada yang sakit?" tanya Jacob.
Diba memejamkan matanya sebentar.
"Gue gak pa-pa .... " sambil membuka matanya.
Jacob menghela napas lega. Ia mengeluarkan sapu tangan yang selalu dibawanya, keluar mencari air dan kebetulan ada botol berisi air. Ia membasahkan sapu tangan tadi dan kembali ketempat Diba.
"Kita bersihin muka lo dulu, ya? Gue gak mau liat lo nanti diejekin karena muka lo belepotan gini .... " kata Jacob.
"Emang muka aku kenapa?" tanyanya.
Jacob tersenyum simpul, menunjukkan layar HP nya.
Diba yang melihat pantulan dirinya langsung menunduk dan menyembunyikan wajahnya. Membuat Jacob gemas.
Taklama gadis itu terisak. Jacob juga sedikit kaget, padahal Diba tadi terlihat baik-baik saja.
"Kok nangis? Ada yang sakit?" tanya Jacob khawatir.
"Gue malu ... Muka gue jelek banget, ditambah gue kotor banget .... " jawabnya.
Jacob gemas sendiri, huh ... Ingin rasanya ia menarik Diba, kemudian memeluknya dan menguyel pipi chubby Diba.
Akhirnya ia mengangkat wajah Diba.
Gadis itu sudah berhenti menangis, tapi wajahnya basah karena menangis.
Jacob mulai membersihkan muka Diba dengan hati-hati. Takut nanti dia merasa sakit karena terlalu kasar saat mengusapnya.
Wajahnya tidak sepenuhnya bersih, tapi setidaknya lebih baik dari yang tadi.
"Kita ke UKS, ya? Kuat jalan gak?" tanya Jacob.
Diba mengangguk, ia masih malu.
Jacob membantunya berdiri, tapi ia hampir jatuh karena efek obat yang diberi Farah tadi. Kepalanya terasa pusing.
Jacob terkekeh pelan. Lalu jongkok, ia menunjuk punggungnya.
"Ayo naik!" suruhnya. Diba ragu-ragu.
Tapi akhirnya ia naik dan Jacob mulai berjalan keluar dari area gudang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Nerd ✔️
FanfictionHighest rank #13 in Teenfiction #14 in remaja #1 in fanfiction Ini cerita yang akan menceritakan tentang gadis yang berubah menjadi seorang nerd, demi mendapatkan teman yang benar-benar real dan tidak ha...
