Part 6 : Kakak kelas rasa musuh

9.2K 287 3
                                    

Seperti biasa aku berangkat sekolah terlalu awal, karena aku paling tidak suka dengan yang namanya telat. Setelah sarapan tadi, Papah menawariku untuk diantar ke Sekolah, tapi aku menolaknya dengan sopan. Aku hanya ingin bisa lebih mandiri, jadi aku lebih memilih menggunakan busway. Sesampainya di sekolah, Aku melihat ke arah parkiran yang masih sepi. Entah kenapa mataku tertuju ke arah situ. Langkah demi langkah aku tapaki, pemberhentian terakhir adalah kelas. 

"Eits, gue lupa bawa minum. Gue mesti ke kantin dulu nih!" pikirku. 

Aku pun buru-buru berjalan ke arah kantin dan membeli satu botol air mineral. Walaupun masih pagi, suhu hari ini terbilang tidak terlalu dingin. Saat aku kembali ke kelas, aku mendapati sepucuk surat di atas mejaku. Padahal di ruang kelas tidak ada siapa-siapa, hanya ada aku sendiri. 

"Surat apaan nih? Perasaan sekolah masih sepi. Mencurigakan sekali!" ucapku sambil menyibakan rambut. 

Aku buka surat itu dan aku baca.

"Sehabis pulang sekolah tepat pukul 2, tunggu di lorong loker lama sekolah. Jangan sampe gak dateng!"

Tidak ada nama pengirimnya, dan itu membuatku sangat heran. Apa itu dari Yugo? Atau Willa lagi menjalankan keisengannya?

15 menit berlalu, sekolah mulai ramai berdatangan siswa-siswi. Willa masuk kelas bersama Genta. 

"Hi Jejeeee" Dia berlari menghampiriku, dan memelukku dengan erat. 

"Will, gue gak bisa nafas!!" 

"Eh iya sorry Je." Willa melepaskan pelukannya. 

Genta hanya tertawa melihat tingkah kita berdua. 

"Je, lo dari pagi disini?" tanya Genta.

"Iya, seperti biasa jam 6 gue udah sampe sini," jawabku. 

"Itu loh Ta, dia sekalian mau bersih-bersih sekolah." Willa mengacak-acak rambutku. 

"Sialan lo Will!!" Aku merapihkan kembali rambutku.


Teng..teng.. bel sekolah berdenting, tanda pelajaran akan dimulai. Murid-murid di kelasku lantas duduk dengan rapi. 

"Bonjour," Pak Pierre, guru Bahasa Perancis memberi salam. 

"Bonjour, Monsieur." Murid-murid membalas. 1 jam setengah dilalui dengan lancar, lalu pelajaran selanjutnya adalah Bahasa Indonesia. Aku mempelajari 5 bahasa asing sekaligus. Bahasa Jepang, Bahasa Perancis, dan Bahasa Mandarin diajarkan di sekolah ini. Sementara dua bahasa lainnya adalah Bahasa Jerman dan Bahasa Korea, aku pelajari di guru les pribadiku. Mungkin bagi orang awam, itu semua sedikit berlebihan, tapi nyatanya aku memang suka mempelajari bahasa yang baru. 

Saat istirahat tiba, aku dan Willa menuju ruang mading. Kita mendapatkan tugas untuk membuat 2 karya yang berbeda. Ketua mading, yaitu Kak Billy, bilang kalau 2 karya tersebut terserah kita yang membuat. Entah kita mau buat cerpen, puisi, syair, sajak, berita, resensi buku/film, atau gambar, apa saja boleh. 2 Karya tersebut harus dikumpulkan 2 minggu yang akan datang.

Bel istirahat telah usai, aku dan Willa hanya sempat membeli dua jus apel untuk mengganjal perut yang sudah keroncongan. Pelajaran selanjutnya adalah Fisika, tata boga dan Kimia. Entah sudah berapa jam untuk melalui pelajaran-pelajaran tersebut. Kenyataannya aku lapar sekali. 

"Will, jajan dulu yuk," ajak Willa. 

"Kemana?" 

"Ke kantin aja lah yang deket, udah laper banget nih!" Wila memegang perutnya yang sudah berbunyi dari tadi. 

Because of HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang