Dengan kepala yang menyender di kursi dan mata yang memandang lurus ke atas atap. Satu kali nafas terbuang, namun terdengar seperti mengeluh. Jarum pendek yang dari tadi tidak ke mana-mana, dan masih bertengger di angka 10, membuatku merasa geregetan. Willa sedari-tadi pamit untuk ke kantin, nyatanya tidak juga kembali. Begitupun dengan Zike, Nika, dan Genta.
Di kelas ini hanya menyisakan aku seorang, karena yang lain pasti sedang pergi ke kantin atau sekedar mengobrol di luar kelas. Walaupun ragaku masih di sini, pikiranku sudah melalang-buana semenjak bel istirahat berbunyi tadi. Pikiranku masih terpaku persoalan kemarin.
Sebenarnya aku tidak mau menyerah begitu saja, karena aku sudah bersusah payah untuk masuk daftar pemain yang akan ikut school sport competion nanti. Namun bagaimana aku bisa melanjutkan mimpiku itu kalau partnerku saja bersikap seperti itu padaku. Sekali lagi aku membuang nafas dengan lirih. Membanting tas di atas meja, lalu membenamkan mukaku di sana.
"Woi Je? Kok malah tidur?"
Sumber suara yang aku tau itu Genta, tidak aku pedulikan.
"Je???"
Suara yang berbeda dari yang tadi mulai membangunkanku dengan menggoyang-goyangkan badanku dengan tangannya.
"Hmm?"
Jelas saja yang berani seperti itu adalah Willa.
"Lo kenapa lemes banget gitu sih? Ngantuk? Atau soal Nico ya?"
Aku malas sekali kalau membicarakan hal yang menyangkut Nico kepada Willa, karena nama Nico dipikiran Willa sudah di blacklist semenjak kejadian di lapangan basket yang lalu.
"Gak kok.. cuma ngantuk aja sih," ucapku pelan.
Tiba-tiba Genta menempelkan sekaleng vanilla latte di keningku.
"Nih tempelin di jidat lo, biar ngantuknya ilang," kata Genta.
"Lah emang ada efeknya? Bukannya kita harus minum, baru ada efeknya?" tanya Zike tanda tak setuju.
"Seenggaknya ada sensasi dingin yang buat mata jadi melek haha," jawab Genta dengan tertawa.
"Oh ya gimana latihan lo sama Kak Nico?"
Pertanyaan Genta dengan cepat merubah moodku.
"Yaelah lo, Ta. Kenapa nanya itu sih?!" Willa mencumbit lengan kiri Genta.
"Aw! Emang gue salah ya? Kan kita sama-sama ikut kompetisi itu."
Wajar aja kalau Genta menanyakan seperti itu, karena satu-satunya orang yang tidak tau permasalahanku dengan Nico hanya dia. Semalam aku melihat Greyson Chance di salah satu channel tv. Aku tau betul Zike suka sekali dengannya, jadi aku memberitahukannya dengan menelpon.
Setelah itu kita malah curhat, dan secara tak sengaja aku membicarakan perihal Nico kemarin. Zike pun membuat group call, lalu menelpon Willa dan Nika. Namanya juga perempuan, jika sudah mengeluarkan unek-unek kepada teman-teman dekatnya, mereka akan merasa lega, karena beban pikirannya sudah berkurang.
Fiuh.. entah sudah berapa kali aku membuang nafas dengan liriihnya sampai-sampai jam pelajaran sudah berakhirpun, aku tak menyadari itu sama sekali.
"Je, gue balik duluan ya, tante gue udah nungguin di rumah nih," ucap Willa dengan semangat.
Dengan tingkah lakunya seperti itu, aku tau yang sedang menunggunya adalah tante Mita, dan tante Mita suka sekali mengajak Willa ke tempat kesukaannya yaitu ke toko-toko yang menjual barang-barang old school.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because of Him
RomanceBerawal dari siswa-siswi yang tak saling mengenal, antara lain Jefanka dan Yugo. Mereka bertemu secara tak sengaja di sebuah waktu yang tak terduga. Kejadian demi kejadian membuat mereka dekat dan sesuatu hal yang tak diharapkan terjadi, tumbuh...