Part 15 : Panggilan teman atau cinta? (2)

6.5K 256 0
                                    

Lama kelamaan suasana ini menghimpitku dan membuatku menjadi canggung. Aku beropini apa karena pemandangan yang indah dan duduk bersama orang yang disukai ini yang membuatku menjadi canggung. Berdua kita saling menatap sekitar dan pandangan kita jatuh pada mata masing-masing. 

Seketika aku langsung membuang pandangan itu dengan tersipu malu. Anehnya Yugo tak henti-hentinya menatapku. Semakin terasa malu-malu. Kalau bisa dilihat, pasti jidat aku sudah tertulis kata 'malu' yang tertera disana. Semakin lama pandangan Yugo semakin lekat dan dekat.

Tiba-tiba dia mencodongkan wajahnya ke arahku. 

"Kak Yugo, lo ngapain sih ngeliatin gue kayak gitu?" 

mataku pun melunak seiring tajamnya mata dia melihatku. 

Aku tak tahu harus berbuat apa, aku pun berfikir untuk menutup mata dan ternyata.. 

"Nih Je, ada kumbang di poni lo," jawab Yugo santai.


"WHAAAAT? Kenapa juga harus ngeliatin gue kayak gitu banget!! Gue kan jadi mikir yang bukan-bukan" gerutuku dalam hati. 

"Kenapa muka lo jadi lesu gitu?" tanya Yugo dengan memasang mimik wajah tanpa dosa. 

"Hah? Gak, gue cuma, cuma, cuma.." 

Entah alasan apa yang harus aku ucapkan sekarang. 

"Haha lo kecewa ya gara-gara bianglala nya udah mau berhenti?" 

Yugo tertawa masih tanpa dosa. 

"Haha iya nih, padahal gue masih pengen muter lagi!" 

Aku membuat berekspresi seperti dibuat-buat. 

Kalau dibatin sih, "Ya ampun Yugo lo gak peka banget sih?!

Tangan Yugo menggandeng tanganku. 

"Mau kemana kita sekarang?" 

"Kemana aja deh.." dengan muka idiot aku pun menggenggam tangannya. 

"Heh kalian berdua, jangan asyik berduaan kayak orang beneran pacaran deh!" 

Perkataan Willa langsung menancap di hati. 

"Oh iya ya, kita kan gak pacaran, kenapa juga harus kayak gini!" Aku pun langsung buru-buru melepaskan genggaman tangan Yugo.


Hampir seluruh wahana kita masuki dan naiki hanya dalam waktu 5 jam. Sudah puluhan jepretan kita ciptakan untuk mengabadikan momen langka ini. Tepat di depan sebuah restoran, perutku berbunyi. 

"Aduh malu-maluin banget" bisikku pelan. 

"Lo laper Je?" Tanya Nico. 

"Mmm gak kok Kak." 

Aku berlagak jaga image

"Haha ya ampun, gak usah ditahan gitu deh. Yuk kita cari makan aja," tambah Nico diiringi tertawa kecilnya yang jarang aku lihat. 

"Aduh.. gue juga laper nih!" 

Oka mengelus-elus perutnya seperti ibu hamil. 

"BODO AMAT!!" ucap Yugo, Nico, dan Willa kompak. 

"Kok kalian pilih kasih sih! Aku juga kan gadis imut yang sedang kelaparan sama seperti Jefanka." 

Mendengar perkataan Oka, Yugo membuat ekspresi seperti orang yang sedang membuang ludah. 

"Gak usah sok imut lo!" ucap Nico sambil memukul perut Oka. 


Tak berapa lama mereka bertiga pun tertawa terbahak-bahak bersama. Entah kenapa aku selalu terkagum-kagum jika melihat persahabatan yang dijalin oleh para cowok-cowok. Selanjutnya tanpa memakan banyak waktu Yugo langsung menggandeng tanganku, diikuti oleh Oka, Nico, dan Willa yang masih bercanda dengan persoalaan yang tadi. 

Kita pun singgah di suatu restoran dekat dengan parkiran. Tak ramai, tapi tak sepi juga. Banyak yang sedang makan bersama keluarga, adapun makan bersama pasangannya. Interior yang dinilai cukup unik karena menghadirkan warna-warna berani seperti merah, kuning, dan biru muda dipadukan jadi satu dalam sebuah restoran keluarga. Setelah duduk beberapa menit, Nico langsung memanggil waiter. 

"Mau pesan apa mas?" kata waiter itu. 

Kita berlima memesan gurame bakar, capcay, kepiting asam manis, tumis sayuran, lima porsi nasi, dan masing-masing minuman.

Tak sampai 30 menit, makanan dan minuman kita pun dihidangkan. Aku dan Yugo seperti sudah kenal lama. Tak seperti sebelumnya, kini tidak ada rasa canggung diantara kita. Setelah mengobrol panjang lebar nampaklah matahari telah terbenam, aku mengajak mereka untuk pulang. Perjalanan pulang tak sesuai dugaanku, kita terjebak macet hingga satu jam, jadi jarak tempuh ke rumahku memakan waktu 2 jam. 


Setelah berjibaku dengan kemacetan, Yugo yang kali ini mengendarai mobilnya sendiri, mengantarkanku sampai rumah. 

"Bye! Hati-hati ya Kak Yugo." 

Aku tersenyum riang sambil melambaikan tangan ke arahnya. 

"Tuh mulai lagi kan. Jangan kira dunia ini milik kalian berdua deh." 

Willa mengernyit padaku. 

"Trus kita disangka ngontrak gitu?!" kata Nico. 

Entah sadar atau tidak Willa dan Nico saling mengangguk tanda memiliki satu pemikiran. 

"Tau nih. Kenapa Roma selalu kau abaikan, Ani!" 

Perkataan Oka lantas membuat kita semua tertawa. 

"Mulai sakit lagi nih anak!" 

Yugo berusaha menjangkau dahi Oka, bukannya menempelkan tangannya di dahi Oka, ia malah bertindak luar biasa konyol. 

"Nic, ambil handuk kecil yang ada di belakang jok gue." 

Perintah Yugo langsung dilaksanakan Nico. 


Beberapa detik kemudian handuk kecil yang berwarna abu-abu dan keliatan lusuh itu langsung di taruh di muka Oka. 

"Apaan nih, Go! Kok bau banget!" 

Oka langsung melempar handuk itu ke arah Yugo. 

"Itu handuk bekas gue olahraga minggu lalu dan lupa gue cuci. Dengan adanya handuk itu gue berharap lo langsung sadar, dan benerkan lo langsung sadar!" 

Suara tertawa Yugo, Nico, Willa, dan aku langsung pecah. Sedangkan Oka masih sibuk mengelap mukanya dengan tissue basah. 

"Yaudah ah Willa dan Kakak-kakak aku mau masuk dulu, udah malem banget nih. Kalian hati-hati ya!" 

Aku melambaikan tangan ke mereka, begitu juga mereka kepadaku. Hanya sekedar melihat dia melambaikan tangan ke arahku, jantungku berdegup dengan cepat. Permintaan konyol tiba-tiba muncul dalam pikiran. 

"Coba aja hari ini waktu bertambah jadi 30 jam sehari." 

Entah kenapa aku jadi ingin cepat-cepat tidur, dan berharap memimpikan dia. Membayangkan seharian ini bersama dia, terlintas lah satu kata dalam benak. 

"Cinta? Apa ini cinta?"

Sekarang giliran aku yang tertawa di depan pagar rumah, malam-malam, dan sendirian.. Seketika aku langsung berpikir bahwa aku sedang menjalin cinta lokasi bersama lawan mainku yang tampannya bak pangeran dan kita pun sedang bermain di sebuah film bergenre romance-comedy.

Next Part 16

*Terima kasih masih setia baca cerita ini. 

*Bagi kalian yang punya kritik dan saran bisa langsung komen ya. Vote nya juga jangan lupa kalo emang menurut kalian cerita ini bagus.

*Nantikan next part dua minggu lagi. bye^^

Because of HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang