Masih di tempat yang sama, suasana yang sama, dan dengan orang yang sama pula. Aku masih merasa heran dengan apa yang ada di pikiran Yugo saat ini. Mengapa ia bisa terang-terangan berkata seperti itu padaku. Namun bodohnya diriku adalah masih terus mencuri-curi pandang ke arahnya. Aku seperti ingin sekali membaca gerak-gerik tubuhnya ataupun hal yang ia pikirkan.
"Kenapa lo, Je?"
Mampus.. dia menangkap basah mataku.
"Apa? gak ada apa-apa,"
jawabku dengan menegakkan dudukku dan mengalihkan pandanganku ke bartender yang sedang asyik mengocok milkshake pesanan milik orang.
"Alah.. bohong," katanya tak percaya.
"Ih beneran!" di sini aku malah ngegas.
"Iya deh iya.. biar cepet. Yuk sekarang!"
"Hah?!"
Dia beranjak dari kursinya, lalu menuntunku keluar café.
Dia masih menuntunku sampai memasukanku ke dalam mobil. Lagi-lagi aku merasakan seperti diculik.
"Kak Yugo! Gue itu orang tauuuu!!!" ucapku protes.
"Lah kapan gue bilang lo bukan orang, Je?"
tanyanya seraya membuatku langsung mematung.
Bener juga sih.. kapan dia bilang aku bukan orang?!
Dengan perlahan ia mengendarai mobilnya, tapi beberapa menit kemudian ia mulai memacu kendaraannya lebih cepat. Entah itu sudah di atas 90 km/hour atau belum. Yang jelas aku melihat pohon-pohon yang berada di deretan samping berjalan seperti sedang berlarian.
Aku pun mulai merasa takut dan berteriak,
"Kak Yugooooo!!! Kalau lo gak mau tunangan jangan seret-seret gue ke rumah sakit juga!!!"
Dia pun hanya merespon tertawa dan mulai mengurangi kecepatannya.
"Kak! Kalau lo ngelakuin itu lagi. Gue bakal tuntut lo buat bayar gue liburan ke Norwegia!!" sentakku yang masih terengah-engah seperti habis lari marathon.
Dia masih dengan tertawaannya yang suaranya mulai membuatku kesal.
"Kak Yugoooooo," teriakku sekali lagi.
"Iya, iya maaf.. tau gak gue seneng banget liat lo ketakutan kayak tadi."
"Jahat lo!"
"Ya maaf.. janji deh gak bakal ngulangin lagi," katanya memohon.
Kali ini aku tidak menjawab perkataannya, yang aku lakukan adalah memanyunkan bibir dan memberikan tatapan sinis kepadanya.
"Yah ngambek beneran," ucapnya dengan masih tertawa.
Semenjak kejadian konyol tadi, aku jadi tidak memperhatikan jalan. Padahal jelas-jelas mataku tertuju ke arah jalan sedari tadi. Disaat mobil berhenti di sebuah parkiran yang lumayan ramai, aku mulai menyadari sesuatu.
"Kak Yugo?" tanyaku dengan masih melihat ke sekelilingku.
"Hmm?"
"Ngapain kita ke sini?"
Kali ini dia tidak menjawab pertanyaanku. Tiba-tiba ia turun dari mobilnya, dan membuka pintu mobil yang ada di samping kiriku.
"Ayo turun!" perintahnya.
Mendengarnya berkata demikian, aku langsung turun dari mobilnya. Aku berjalan perlahan di belakangnya, dan merasa tak percaya dengan yang terjadi sekarang. Semakin lama, ia semakin jauh berada di depanku. Aku berhenti sejenak di tempatku berdiri. Entah apa yang ada dipikiranku, mataku hanya tertuju padanya, masih tertuju padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because of Him
RomanceBerawal dari siswa-siswi yang tak saling mengenal, antara lain Jefanka dan Yugo. Mereka bertemu secara tak sengaja di sebuah waktu yang tak terduga. Kejadian demi kejadian membuat mereka dekat dan sesuatu hal yang tak diharapkan terjadi, tumbuh...