Part 44 : Tak berlari pun tetap lelah, hati ini

950 71 9
                                    

Beberapa menit yang lalu, aku masih dengan diriku yang menangis tersedu-sedu sambil menyandarkan kepalaku di pundak Nico. Kini Nico mulai mengusap air mataku sampai kering. Ia menyuruhku untuk mengatur pernafasanku agar lebih tenang dari sebelumnya. 

Entah sudah berapa lama aku dan Nico habiskan di tempat ini, kita hanya tau tiba-tiba pintu keluar terbuka dan banyak orang yang ada di dalam bioskop itu keluar, termasuk Willa dan Oka. 

"Oh ternyata kalian di luar, pantes gue cariin gak ada di dalam," ucap Oka heran. 

"Kalian dari mana aja sih?" timpa Willa. 

"Gak, kita gak kemana-mana. Cuma agak bete aja kali Jefanka, makanya gue temenin di luar sini," jawab Nico menutupiku. 

Aku di sana hanya tersenyum ke arah Willa dan Oka sebagai tanda bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi.


Kita pun memutuskan untuk berjalan mengikuti langkah kaki. Kalaupun aku menemukan dress cantik di sela-sela toko pakaian yang ada di dalam sini, mungkin aku akan mampir, dan mencoba memakainya untuk kupakai di pesta pertunangan kak Yugo nanti. Aku tau tak hanya aku yang mendambakan memakai gaun cantik untuk datang ke suatu acara di mana ada orang yang paling kita nantikan untuk memuji apa yang kita pakai. 

Bahkan hampir rata-rata orang yang ada di dalam mall ini berpikiran yang sama. Entah cewek atau cowok, pasti di pikiran mereka masing-masing, mereka ingin dipuji oleh orang yang mereka cintai, ingin di-noticed tentang sesuatu yang berbeda yang ada pada diri mereka. Aku berpikir semua itu manusiawi, pada dasarnya manusia ingin sekali dipuji. 

Namun di satu sisiaku berpikir apakah masih pantas berharap dipuji oleh cowok yang sebentar lagi akan menjadi kepunyaan seseorang. Meski belum dikatakan memiliki seutuhnya, tapi mereka akan mendapatkan ikatan sebelum nikah. Bahkan habis bertunangan pun aku tak tau apa yang ada dalam pikiran mereka. Bisa saja seminggu kemudian sudah ada surat undangan pernikahan di tanganku. Untuk berandaikan hal tersebut saja aku tak kuat, rasanya dada ini sesak sekali untuk menerima segala kenyataan yang ada.


Aku mengedip-ngedipkan mata, ketika ada seseorang melambai-lambaikan tangannya tepat di wajahku. Kira-kira jaraknya hanya beberapa cm dari mataku. 

"Je, lo gakpapa kan? gue liat lo lama banget ngeliatin dress itu," ucap Nico menyadarkanku. 

Aku tak sadar apa yang sudah aku pikirkan sambil menatap mini dress yang super cantik ini. Dengan berwarna biru safir yang tidak mencolok di mata, dress ini memikat mataku seutuhnya. Tanpa pikir panjang lagi, aku langsung masuk ke dalam toko. Lalu lekas membeli dress itu. Entah apa yang membuatku terpikat dengan dress ini, kenyataannya dress ini bisa membuatku menjadi flash back kembali di mana saat pertama kali aku mengenal Yugo dan Nico.

Ketika aku keluar toko dan mengenakan dress itu, semua mata tertuju padaku. Pandangan Nico juga tak henti-hentinya menatapku lekat. 

"Je, ini dress yang tadi dipajang kan?" tanya Oka tak percaya. 

Aku mengangguk untuk merespon pertanyaannya. 

"Je, lo.." 

Entah apa yang dikatakan Nico, tapi aku melihat bola matanya berbinar-binar seperti sedang melihat sesuatu yang sangat ia dambakan selama ini. 

"Aaaaa kayak tuan putri!!!" teriak Willa. 

"Apaan sih lo Will! Berisik tau gak?!" protesku sambil melihat keseliling yang ternyata semua orang sedang melihat ke arahku, karena dampak teriakan Willa tadi. 

Because of HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang