Part 4 : Siap untuk tidak siap

9.5K 328 2
                                    

Tau-tau hari ini sudah hari senin lagi saja. Hari ini aku tidak diantar Papah karena beliau harus buru-buru ke kantor. Aku pun naik taksi untuk berangkat ke sekolah. Sesampainya di sekolah, aku langsung berjalan menuju kantin. Aku memesan hot chocolate untukku bawa ke kelas. Sesaat memasuki kelas, seorang murid satu kelas denganku yang bernama Genta, menyapaku dengan riang. 

"Hi Jefanka?." 

Dia memasang senyum yang lebar.

"Hi juga Ta..," jawabku. 

"Oya lo udah ngerjain tugas matematika Pak Ardan belum?" 

Kemudian dia duduk di depanku. 

"Oh tugas itu, udah kok. Kenapa? Lo belum ya Ta?" tanyaku sambil menunjuk ke mukanya. 

"Enak ajaaa.. udah dong. Btw lo beli hot chocolate dimana?" 

"Oh udah, gue kira belum. Beli di kantin. Kebetulan suhu hari ini agak dingin, jadi gue beli ini deh," jawabku sambil memegang hot chocolate dengan kedua telapak tanganku. 

"Iya sih emang agak dingin. Kayaknya nanti bakalan hujan deh. Yaudah deh gue mau ke kantin dulu ya, mau beli juga nih hehe," jawab Genta sambil terkekeh.

Genta adalah salah satu siswa yang mendapat peringkat nomer satu di kelas ini. Saat aku mengobrol dengannya tadi, aku melihat bola matanya yang berwarna cokelat cerah cukup indah dipandang. Rambutnya yang berwarna cokelat gelap memberikan kesan matching dalam dirinya. Setelah aku pikir, mungkin dia juga mempunyai darah campuran luar negeri.


Aku mengambil buku biology-ku. Aku baca dari bab I sampai bab II. Tak lama murid-murid lain mulai masuk kelas. Setelah ku perhatikan, ternyata jarum panjang sudah menunjukkan ke arah 7. Tiba-tiba Willa masuk dengan hebohnya. 

"Je.. Je.." 

Willa langsung duduk di sampingku dengan cepatnya. 

"Apa sih Will?" tanyaku pelan. 

"Je.. lo kemarin abis main badminton bareng Kak Yugo?" tanya dia kepo. 

"Terus emangnya kenapa Will?" jawabku santai sambil menyeruput hot chocolate yang sudah mau habis. 

"Ya ampun Je.." jawab dia kaget. 

"Eits, ntar dulu! Lo tau dari siapa gue main bareng sama Kak Yugo?" tanyaku lebih kepo. 

"Dari anak kelas 12, Je.." 

"Demi apa, Will? Kok bisa?" 

Saking kagetnya, aku langsung terjerembak. 

"Iya tadi pas gue baru masuk gerbang sekolah, kumpulan kakak-kakak senior ngomong tentang lo sama Kak Yugo main badminton bareng di Gor Serbaguna," jawab Willa samil mendudukan aku. 

"Ih apaan sih tuh kakak-kakak gengges banget. Gue kan cuma main badminton bareng. Lagian di gor itu juga ada banyak temennya Kak Yugo. Yang jelas gue gak berduaan sama dia," jawabku kesal. 

"Aduh Je, lo siap-siap aja deh serangan kekepoan kakak-kakak senior kita. But.. tenang aja gue ada di depan lo! HAHAHA," jawab Willa sambil tertawa terbahak-bahak.

Tak lama setelah obrolan panjangku dan Willa, guru biology masuk kelas dan memberikan beberapa materi pelajaran. Pelajaran biology selesai, dilanjuti matematika dan fisika. 


Teng..teng.. Bel istirahat berdenting. 

Aku buru-buru membereskan buku-buku pelajaranku dan alat tulisku. 

Because of HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang