Part 18 : Ini kebetulan atau takdir?

6.6K 237 0
                                    


Hari Senin adalah hari dimana upacara berlangsung hampir di seluruh sekolah yang ada di Indonesia. Di mana ada banyak yang menantikan hal tersebut untuk bersemangat mengikuti upacara, tak sedikit juga karena untuk menghindari pelajaran. 

Aku tak tau mengapa badanku terasa lebih lesu dari hari kemarin, padahal kemarin aku sudah bertemu obat langkaku. Ketika upaca berlangsung, benar saja ada hal yang tak mengenakkan terjadi, aku merasa pusing sekali, mungkin ini efek aku tak sarapan tadi. Hampir saja aku terjatuh menghantam tanah, tapi untung saja di belakangku ada Nika. 

"Lo gak apa-apa kan Je?" tanyanya panik. 

"Kepala gue pusing banget, Nik," kataku sambil memegang kepala. 

Akhirnya Nika pun mengantarku sampai depan UKS, tadinya ia ingin menemaniku disni, tapi aku menolak karena takut ia kena marah guru lain, jadi dia kembali ke posisi berdiri sebelumnya di barisan. Saat aku menarik gagang pintu dan memasuki ruang UKS, aku melihat Yugo sudah ada disitu. Dia sedang bersandar di dinding dengan muka yang sama pucatnya denganku. Dia juga kaget saat melihatku masuk ke ruang itu. 

"Je? Lo kenapa?" tanyanya pelan. 

Aku sama sekali tidak pernah melihat ekspresi muka Yugo yang seperti itu. Rasanya ingin tertawa saja, karena biasanya dia selalu memasang ekspresi excited, tapi aku mengurungkan niat itu karena aku sama sekali tak sanggup untuk tertawa saat ini. 

"Pusing, trus enek pula. Mungkin efek gue gak sarapan pagi tadi," jawabku yang kini bersender di dekatnya. 

"Lo sendiri kenapa? Muka lo udah kayak zombie gitu?" tambahku lagi. 

Mendengar pertanyaanku, lantas membuatnya tertawa, tapi tertawaannya tak serenyah biasanya. 

"Muka lo juga sama kali.. ah lo ngikutin gue aja. Gue juga gak sarapan tadi. Padahal gue punya maag," jelasnya yang sekarang mulai mengembangkan senyuman.

"Lagi-lagi ngikutin kan. Ah lo bohong kali! lo sakit karena lo kebanyakan makan di rumah gue kemarin, iya kan?"

 Sedikit mengeluarkan guyonan takkan membuatku tambah enek. 

Dia hanya membalas ledekkanku dengan tertawa. 

"Oh ya Je, lusa ditunggu latihan bareng Nico," ucap Yugo. 

"Kata Kak Nico? Abis pulang sekolah?" 

"Iya Jeeee!!" 

"Kenapa gak bilang aja sendiri ke gue gitu?!" kataku sebal. 

"Mana gue tau Je!" Yugo menepuk kepalaku dengan halus.


Upacara selesai, kami pun kembali ke kelas masing-masing. Aku dituntun Willa ke kelas. 

"Makanya gak usah sok kuat, gue bilang gak boleh telat makan tuh harus diinget!!" Sentak Willa. 

"Iya ibuuuuu," jawabku pasrah terkena omelannya. 

Seketika Willa tertawa dan menyodorkanku sebotol air dan sebungkus roti. Belum sempat duduk di bangkuku, dia sudah menanyakan hal yang membuatku heran. 

"Btw tadi gue denger rumor kalo tadi lo sakitnya barengan sama Yugo ya?" tanyanya kepo. 

"Hah rumor? Itu beneran, Will," jawabku santai. 

Aku pun mengambil roti itu, lalu membukanya. Ketika satu suapan mendarat di mulut, seketika itu pula suara Willa berubah menjadi suara toa. 

"WHAAAAAT??? Jadi lo sengaja sakit biar bisa berduaan sama dia di UKS gitu? Wah lo bener-bener ya!!" 

Because of HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang