Part 8 : Pembullyan adalah awal kehancuran

7.6K 275 2
                                    

Sudah 2 minggu aku dan mereka seperti sedang bermain petak umpat di sekolah. Di saat aku melihat FiveK dan juga para kakak kelas yang menggilai Yugo muncul, di saat itu juga aku berpaling dan lebih memilih untuk menghindar dari mereka yang membawa massa yang banyak. Aku menuju ke kelas dengan langkah yang hati-hati. Tak ada tanda-tanda cewek-cewek brutal kali ini.

Pada awal jam pelajaran hanya dilalui begitu saja. Tiba-tiba saja Willa izin denganku, karena ia harus menjenguk saudaranya yang sedang dirawat di rumah sakit, otomatis jam istirahat sampai selesai tidak ada sosok Willa yang menemaniku kabur dari kejaran cewek-cewek brutal itu. Jadi istirahat sampai pulang sekolah nanti, aku akan sendirian, ya sendirian.

Bel istirahat berbunyi, yang aku lakukan hanya duduk di kelas. Aku melihat semua murid pergi keluar kelas untuk bertemu dengan teman-temannya di kelas lain atau pergi ke kantin untuk membeli sesuatu. Tiba-tiba Genta dan Zike menghampiriku.

"Je, kok lo di kelas aja. Jajan yuk ke kantin," ajak Zike.

"Mmm gak usah. Gue.." belum sempat melanjutkan perkataanku, tangan Genta sudah menggandengku keluar kelas.

Aku, Genta, dan Zike berjalan menuju kantin. Sesampainya di kantin, aku melihat Yugo sedang duduk bersama teman-temannya. Ia sedang memainkan bola basketnya. Aku harap dia tidak menyadari keberadaanku. Setelah kita memesan beberapa makanan dan minuman, kita duduk di meja sebelah mejanya Yugo, karena memang di meja itulah yang satu-satunya kosong. Beberapa saat kemudian, Yugo merasakan keberadaanku, dan yang dilakukan Yugo saat ini adalah melihatku dengan lekat.

"Gue jadi gak enak sama Kak Yugo. Mau bilang maaf soal kemarin, tapi dia lagi sama teman-temannya." Lagi-lagi aku mengalami konflik batin.

Yugo yang biasanya bersikap ramah kepadaku dengan menyapa duluan, tapi kali ini beda, ia tidak melakukan itu. Dia hanya menatapku, lalu membuang muka dengan mengobrol bersama teman-temannya. Ini hanya menambah rasa bersalahku kepadanya. Sampai makanan dan minumanku habis, dia masih terus acuh kepadaku. Ketika bel berbunyi, Yugo kembali menatapku tanpa sepatah katapun yang terucap dari bibirnya. Genta mengajakku dan Zike untuk kembali ke kelas, lalu keberadaan Yugo terhalang oleh dinding kantin.

Bel pulang sekolah berbunyi, pelajaran pun usai kali ini. Genta dan Zike pamit duluan. Kini hanya menyisakan aku yang sendirian di kelas. Entah perasaan apa ini. Aku sama sekali tak mau seperti ini, menjauh dari Yugo, aku sungguh tak mau. Dengan tekat bulat, aku membereskan buku-bukuku dan berjalan menuju kelas 11 IPA 1. Aku mencari keberadaan Yugo dengan melihat melalui jendela kelasnya.

Puk.. tepukan tangan yang keras mendarat di bahu kananku. Saat aku menoleh, ternyata itu adalah kelima cewek itu.

"Heh lo mau ngapain?" tanya Kessa.

"Jangan-jangan lo mau nyamperin Yugo, terus mau ganjen-ganjenan sama dia ya?" tanya Kueen.

"Ini anak udah dikasih tau malah ngelunjak!" Kimi meremas tanganku.

Tiba-tiba ada Kak Mega dan teman-temannya lewat. Kimi pun melepaskan tangannya dariku.

"Awas lo! Inget urusan kita belum selesai!" ucap Kimi.

Seketika itu pula Kimi dan yang lainnya langsung pergi.

"Hi kamu temannya Willa kan? Oh iya kita belum kenalan nih. Nama kamu siapa?" tanya Kak Mega dengan diiringi senyum yang manis.

Untuk seseorang yang tak dikenal tapi bisa-bisanya memberi senyuman seperti itu sungguh membuatku kagum. Wajar saja kalau Willa pernah bilang kalau banyak sekali yang suka dengan Kak Mega.

"Iya kak. Oh iya kita belum kenalan. Namaku Jefanka," jawabku seperti tidak ada apa-apa.

"Btw Willa nya mana, Jefanka?"

Because of HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang