Part 46 : Cinta Memang Membuatku Bodoh

226 16 38
                                    

Yeay.. author balik lagi setelah hiatus setahunan. Maafin para readers-ku. Aku harap kalian masih berkenan untuk baca cerita ini ya sampai tamat nanti. Aku akan usahakan update seperti biasa yaitu 2 minggu sekali. Okay gak mau panjang2.. let's enjoy..



Suasana hari ini begitu sunyi. Aku tidak tahu apakah memang suasana di sekitarku atau memang hanya hati ini? Sesekali aku pandangi langit yang bersih dari awan-awan. Hanya ada langit kebiruan, dan sedikit suara angin berbisik. Semakin aku melangkah, terasa semakin berat. Aku tahu jelas bahwa bobot high heels ini tak sampai 1 kg beras yang dijual di Supermarket. Namun rasanya semakin dekat dengan tujuanku, semakin berat hingga serasa ada yang memborgol kakiku dengan rantai beserta bola besi seperti di penjara. Aku genggam erat-erat tangan Nico yang mulai berkeringat. 

Tidak sempat terpikirkan mengapa tangan Nico berkeringat, seperti sedang feeling nervous, seharusnya aku yang begitu. Nico menolehku yang sedang menolehnya juga. Kita saling tatap-tatapan sampai melupakan dua orang upin-ipin. Kita tidak berdua saja, ya melainkan ada Oka dan Willa juga yang berjalan di belakangku. Mereka adalah kebalikannya dari kami. Mereka berjalan berdua dengan pedenya, sesekali kulihat mereka saling menoyor kepala masing-masing atas bercandaan mereka yang tak aku ketahui. "Yeah, here we go," ucap Nico. Ia mulai membuka pintu rumah Nico yang bak gedung. Tak heran mengapa ia tidak menyewa gedung.


Setelah pintu perlahan terbuka, aku sedikit merasakan blind spot di mana aku tiba-tiba menjadi buta di area satu titik saja, di area adanya Naura sedang berdiri bersama teman-temannya yang super elite itu. Ia cukup anggun dengan gaun berwarna cream yang membalut tubuhnya dengan cukup ketat hingga memperlihatkan lekuk tubuhnya yang seksi. 

"Kalau gue yang pake pasti keliatan cebol banget," kataku pelan. 

"Kamu bilang apa, Je?" Tanya Nico. 

Aku balas dengan gelengan saja. Setelah aku perhatikan dari ujung ke ujung dalam rumah ini. Aku tidak mendapati keberadaan Yugo. Lalu tak berapa lama, ponsel Nico berbunyi. Sepertinya itu sebuah pesan singkat. 

Ia membacanya, dan.. "Je, lo sama Willa tunggu sini dulu ya!" 

Nico memindahkan tanganku ke tangan Willa. 

Lalu Nico hanya berbisik ke telinga Oka. Tidak jelas apa yang sedang mereka bisikan, tapi tiba-tiba mereka pergi menjauh dan menghilang di dalam kerumunan orang-orang yang berpakaian serba mewah itu. Pesta pertunagan seperti bak pesta kerajaan.


Di mana banyak orang-orang memakai jas dan gaun yang cantik. Banyak juga jamuan-jamuan khusus yang mewah, serta dekorasi yang dibuat amat klasik dan elegan. Aku sama sekali tidak bisa membayangkan pesta pernikahan mereka nanti seperti apa, jika pesta pertunangan saja semegah ini. Aku dan Willa masih dengan asyik mengobrol di sudut sini, dekat dengan pintu dan sebuah vas bunga yang sangat besar dengan ukiran berbentuk seperti ikan koi di permukaan vas itu. 

Bunga-bunga Peony yang masih segar itu tercium harum semerbak menjelajah ke seluruh ruangan ini. Dengan waktu yang semakin lama terbuang, aku berinisiatif untuk mengambilkan minuman. 

"Will, gue ambil minuman dulu ya. Lo mau rasa apa?" tanyaku sambil menaruh tas dan tote bag berisi kado ke pangkuan Willa. 

"Apa aja deh. Duh dua anak cebong itu mana sih?! Lama-lama kering gue kayak kanebo yang gak dipake berbulan-bulan," jawab Willa yang sudah merasa bosan. 

Lantas aku beranjak dari sana, dan mulai menyebrangi lautan manusia ini.


Entah ada berapa banyak parfum manusia yang aku hirup, sampai-sampai saat singgah di meja jamuan, aku langsung meneguk sampai habis satu gelas minuman yang terasa seperti campuran strawberry dengan cola untuk mengusir rasa pusing, karena banyaknya parfum yang terhirup. 

Because of HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang