Padahal terlihat jelas adanya tulisan 'rasa stroberi' pada minuman kaleng yang aku tenggak ini, tapi rasanya seperti rasa mangga yang sangat aku tidak suka. Teguk demi teguk air yang berada di dalam kaleng itu meluncur bebas ke dalam tenggorokanku. Dari tadi mataku tidak berpaling dari dua mahluk yang ada di depanku ini. Dua-duanya sama-sama memandang heran ke arahku, karena aku langsung menenggak habis satu minuman kaleng ini tanpa jeda.
Di sebelah dua mahluk itu ada satu orang yang tidak pernah aku lihat sebelumnya. Ia memandangku dengan senyuman. Namun entah mengapa, senyuman itu seperti senyuman sinis yang siap menancap tepat ke arah kornea mataku.
"Lo haus banget Je?" tanya Nico.
Aku tak menjawab pertanyaannya, tapi aku memberikan senyum kikuk.
"Hmm sebenernya ada apa ya gue ditarik ke sini?" tanyaku dengan pandangan melirik ke arah Nico.
"Oh ya gue lupa ngenalin lo sama dia. Je.. ini Naura," ucap Yugo dengan menepuk bahuku.
"Hai, kamu pasti Jefanka ya. Aku Naura. Salam kenal yaa."
Suara yang keluar dari pita suaranya seperti tokoh protagonist yang sedang berkenalan dengan tokoh figuran.
"Hai, Naura. Gue Jefanka. Salam kenal juga," ucapku singkat.
Untung saja Tuhan memberikanku ingatan yang kuat. Aku tau nama itu pernah diucap oleh Yugo dulu, saat Yugo tak masuk sekolah karena ada urusan di Bandung, dan dialah penyebab mengapa aku tidak bisa menerima kabar dari Yugo sama sekali.
Tuhan memang maha adil. Ada juga perempuan yang cantik bak member girl-group dari Korea. Kulitnya putih dan mulus menyilaukan mataku. Apalagi sekarang dia sedang memakai crop-top dan celana jeans yang panjangnya hampir selutut. Walaupun dia sedang memakai make-up, aku yakin dia masih tetap cantik kalau make-up nya dihapus.
"Oh ya kamu kelas 10 ya?" tanya Naura.
"Iya bener." Lagi-lagi aku menjawab singkat.
"Jadi kamu adik kelas ya. Aku ini kelas 11 seangkatan lah sama Yugo," katanya yang padahal aku tak mau tau.
"Oh gitu, kakak kenal Yugo udah lama ya?" tanyaku pura-pura berbasa-basi
Aku tidak tau mengapa aku bertanya hal seperti itu di depan Yugo sendiri yang kini pura-pura tak mendengar percakapanku dengan Naura. Ia sedang asyik mengobrol dengan Nico, tapi ujung matanya melihat ke arah kami.
"Aku sama Yugo temen satu SD dan SMP. Dia tuh dulu nakal banget! Suka ngambil permen yang ada di tasku. Dia tau betul kalau aku suka banget sama permen, jadinya hobinya suka merogoh ke dalam tasku. Namun setelah lulus SMP, dia udah gak tinggal di Bandung. Jadi kita udah gak bisa satu sekolah lagi. Tau gak?! dia masih nakal sampai sekarang. Tadi aja pas aku baru sampai bandara, dia ngumpet di bandara biar aku nyariin dia kayak anak ilang. Habis dari bandara, dia ngajak aku ke rumah temennya ini. Aku sih baru kenal hari ini sama Nico. Tapi ya sebelumnya udah sering denger sih dari Yugo, ya berhubung Nico ini udah jadi sahabatnya. Aku pengen deh tinggal di kota ini, supaya aku bisa dekat lagi sama Yugo kayak dulu."
Aku tidak mengerti dengan perempuan yang ada di depanku ini. Padahal aku cuma bertanya pertanyaan yang singkat, dia malah memberi jawaban yang panjang dan melebar ke mana-mana. Kalau dalam istilah linguistik, itu merupakan pelanggaran maksim.
Penjelasan panjang Naura yang sebenarnya banyak yang tak perlu aku ingin tau itu cukup memberikan satu kesimpulan yang jelas yaitu hubungan Naura dan Yugo itu cukup dekat, dan mungkin lebih dekat daripada aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because of Him
RomanceBerawal dari siswa-siswi yang tak saling mengenal, antara lain Jefanka dan Yugo. Mereka bertemu secara tak sengaja di sebuah waktu yang tak terduga. Kejadian demi kejadian membuat mereka dekat dan sesuatu hal yang tak diharapkan terjadi, tumbuh...