Part 9 : Penguasa tak lagi berkuasa

7K 271 0
                                    

Pandangan sedikit memudar ketika aku melihat jam dinding yang terpasang di atas meja ku. Bergegas ku mandi dan siap-siap untuk berangkat sekolah. Ketika aku berkaca, aku baru menyadari kalau mukaku penuh dengan luka-luka cakaran dan tanganku juga terlihat biru lebam karena hantaman ke loker kemarin. 

"Ah sial muka dan tangan gue penuh tanda tangan mereka!" aku mengernyit. 

Aku pikir luka seperti ini hanya membutuhkan waktu paling lama seminggu untuk sembuh total. Dan tanganku juga terlihat biru lebam karena hantaman ke loker kemarin. Aku sengaja memakai jaket dan masker. 

"Sayang, kamu lagi sakit? Kok tumben banget pake masker dan jaket?" tanya Mamah curiga. 

"Mmm gak kok Mah, kebetulan emang lagi berdebu dan panas aja di luar rumah. Bye Mah aku berangkat dulu, oya bilang Papah aku mau hari ini aku berangkat dan pulang naik taksi aja." 

Bergegas aku pamit dan mencari taksi. Untung saja saat aku berhadapan dengan Mamah tadi, aku tak lupa memasukan kedua tanganku di saku jaket, supaya aku tidak melakukan kebiasaanku ketika sedang berbohong yaitu memainkan jariku.


Syukurlah sekolah masih sepi. Aku berlari ke arah kelas ku dengan cepat. Aku masuk dan duduk tak bergeming. Lantas aku baru ingat, siswa-siswi tidak diperbolehkan menggunakan jaket atau apapun yang bisa menutupi seragam sekolah selama ada di area sekolah. Dengan terpaksa aku melepas masker dan jaketku, dan memasukannya kedalam laci mejaku. Yang aku bisa lakukan adalah membaca buku pelajaran Bahasa Mandarin. Ketika Zike masuk, dia melihatku panik karena banyaknya luka di wajah dan lenganku. 

"Je, lo kenapa? Kok banyak luka merah dan biru gini sih? udah kayak pelangi tau gak!" 

"Haha bisa aja lo, mmm abis jatuh gue," aku berbohong. 

"Gak, luka jatuh gak kayak gini Je. Ini kayak goresan-goresan gitu," jelas Zike.

Sesaat memasuki kelas, Nika, Willa, dan Genta sama-sama kaget melihat keadaanku. 

"YA AMPUN JE LO KENAPA??" pertanyaan mereka sontak membuat seluruh siswa dan siswi di kelas menoleh kepadaku. 

"Ya ampun santai guys.. Gue cuma jatuh kok hehe," aku terkekeh mencoba mencairkan suasana. 

"Jatuh? Jatuh dari mobil Papah lo? Jatuh dari taksi? Jatuh kayak di adegan film-film itu hah??" 

Seketika aku terdiam mendengar berondongan pertanyaan dari Willa. 

"Gue tau siapa yang bikin lo kayak gini!" 

Willa melempar tasnya ke meja dan keluar kelas dengan cepatnya. 

"Willa, jangaaan!" omonganku hanya dianggap angin lalu oleh Willa. 

Terpaksa aku membuntuti Willa. Nika, Zike, dan Genta menemaniku dari belakang. Dengan langkah kaki yang sama-sama cepat, tiba-tiba kita serentak berhenti tepat di depan kelas 11 IPA 1.


Suara Willa terdengar dengan jelas mengaung sampai ke telingaku. 

"Yang namanya Kimi keluar kalo berani sekarang!" semua anak yang dikelas itu langsung menoleh ke arah Willa. 

"Apa-apan sih lo cewek bar-bar teriak gak jelas gitu!" sahut Kueen yang masih mematung di dalam kelas. 

"Kalo berani lo sama genk gak jelas lo ini keluar kelas sekarang!" bentak Willa. 

"Emang lo siapa berani-berani merintah kita, hah?" ucap Karen. 

"Gue? gue cewek yang gak pengecut kayak lo berlima yang beraninya ngelawan satu cewek di tempat sepi!" 

Because of HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang