Part 37 : Mencocokan Hati (2)

2.8K 185 23
                                    


Menurut Oka, perjalanan menuju tempat tujuan hanya memakan waktu 2 jam, terhitung saat berangkat dari rumah Oka tadi. Sepanjang perjalanan kami hanya bernyanyi seperti anak TK yang sedang study tour dan diiringi dengan benda-benda seadanya seperti cooler box dan tremos yang dipukul-pukul supaya menciptakan alunan ketukan untuk menambah kesan meriah disetiap nyanyian kita. 

Tak perlu sampai satu album untuk kita nyanyikan. Hanya butuh dua lagu dari Sheila on 7 yaitu yang berjudul kita dan seberapa pantas. Entah mengapa kita memilih lagu-lagu tersebut, aku mengira kita semua yang ada disini memiliki selera lagu yang sama. Bersyukur sekali hari ini langitnya cerah, meski waktu sudah menunjukkan pukul 03:00 sore. Mataku sudah disambut beberapa rimbunan pohon yang berdiri di samping jalan seperti sedang menyambut tamu. Tadinya pohon-pohon itu bisa dihitung dengan jari, tapi makin mobil ini berjalan lurus, semakin banyak pohon yang menutupi sampai-sampai aku tidak bisa menghitung jumlah pohon tersebut. 

Ketika mobil berhenti area parkir perkemahan, Oka berteriak lantang. 

"Okay, kita sampai!" 

Kita pun bergegas keluar dari mobil dan membawa barang-barang keperluan berkemah kami. Menurut Oka, kawasan ini memang dikhususkan untuk wilayah berkemah. Dengan luas sampai puluhan hektar, kita bisa memilih tempat yang kita mau. Semua orang yang membawa kendaraan akan diparkirkan di area parkir ini yang sudah dijaga oleh beberapa orang. Dalam area parkir ini pun ada dua rumah, yang satu adalah tempat menjual barang-barang keperluan berkemah, satunya lagi adalah tempat istirahat jika ada pengunjung yang sedang sakit.

Untuk menuju tempat yang kita inginkan, kita harus berjalan menyusuri jalan setapak ini. Jalan yang kita lewati ini sedikit menanjak naik. Belum sampai 5 menit berjalan, ada seseorang yang mengeluh karena kecapaian. 

"Go, cape nih! Berapa lama lagi sih nyampenya?" protes Naura. 

"Sebentar lagi nyampe kok. Kamu tahan aja," jawab Yugo. 

Mendengar Naura mengeluh seperti itu, membuatku memutar bola mataku. Aku juga sempat melirik ke arah kakinya yang memakai sepatu sejenis flat shoes dengan hak setinggi 3 cm. Aku tak abis pikir, dikiranya kita mau kemah di mall atau parkiran mall gitu sampa-sampai memakai sepatu seperti itu. 

"Yaelah kita aja baru jalan 5 menit loh." 

Tiba-tiba ada suara seseorang yang seperti sengaja menyindir Naura. Tak usah melihat itu siapa, karena hanya Willa yang berbicaranya seperti itu. Walaupun terkadang ucapannya sangat nusuk, tapi semua perkataan dia adalah benar dan memang dikatakan secara jujur. Naura yang mendengar Willa berbicara seperti itu hanya melirik sinis ke arah Willa. Aku tau disitu Willa tak mau ambil pusing dan memilih untuk tertawa kecil.


Ketika sampai di tanah yang tak terlalu banyak pohon, aku mengusulkan kepada Oka untuk berkemah di tempat ini saja. Nico dan yang lainnya juga menyetujui pendapatku karena ini lokasi yang strategis dan tak terlalu jauh dari jalan setapak tadi. Namun tak begitu dengan Oka dan Yugo, mereka lebih menginginkan untuk lebih jauh lagi berjalan agar mendapatkan tempat yang lebih enak dari ini. Debat pun terjadi disini. 

"Ka, lo mau sejauh apa lagi? Ini udah cukup jauh," protes Nico. 

"Lagian Kak Oka, ini udah jam 4 sore kak, takut keburu sore kalau kita masih cari tempat," tambah Genta. 

"Kita belum cari ranting atau bahan kayu buat bahan bakar kita masak nanti. Lo kira gue gak laper Ka?" gertak Willa. 

Oka yang mendengar itu semua langsung terdiam sejenak, seperti sedang merenungkan pilihannya. 

Because of HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang