Part 30 : Keajaiban dari dering smartphone (1)

8.1K 269 47
                                    

Semenjak kejadian aku dan Nico di gedung olahraga itu, aku merasakan kegelisahan yang aneh. Entah mengapa memori tidak bisa dienyahkan di dalam isi otakku. Seakan-akan ada sesorang yang sengaja memutar-ulang kejadian itu bagaikan music video yang diulang berkali-kali di layar televise. Ketika aku membuka matapun yang aku pikirkan hanyalah kejadian kemarin itu. Semua suara yang biasanya tak aku dengar, berubah menjadi hal yang sungguh mengusikku. Contohnya suara jam dinding yang tak bersalah pun terasa mengganggu sekali untuk kondisiku saat ini. 

Aku benamkan wajahku di atas bantal, lalu aku teriak sebisa mungkin untuk menghilangkan segala yang aku pikirkan sekarang. Namun semua hal konyol itu terasa percuma. 

"GUE KENAPA SIH?!" teriakku dengan lantang. 

Untung saja mamah tidak ada di rumah, karena sedang ada acara peresmian produk baru dari butiknya. Kalau mamah sampe ada di rumah, dan mendengarku teriak-teriak tak jelas seperti ini, bisa-bisa aku kena marahnya.

Rasanya aku melewati hari ini dengan segera, hari di mana aku akan bertemu Nico lagi di perayaan kemenangannya Yugo sebagai juara 1 cabang taekwondo. Perayaan tersebut akan diadakan di rumah Yugo sendiri. Dan mungkin saja aku tidak hanya berhadapan dengan Nico saja, tapi juga Naura. Lucu sekali kalau dibayangkan mengapa Naura hanya ada di masa-masa senangnya Yugo. 

Giliran seminggu kemarin, Yugo bilang Naura sedang ada shooting untuk iklan di Bali, jadi ia tidak bisa ikut menyemangatinya. Aku sebagai perempuan juga, tidak langsung percaya dengan pernyataan itu. Mana ada shooting iklan memakan waktu seminggu penuh? Paling tidak ada jadwal sehari kosong, dan jarak Bali kesini terasa dekat, karena ia bisa naik pesawat tanpa harus membuang-buang waktu. 

"Kenapa juga sih gue mikirin Kak Naura itu?!" lagi-lagi aku berbicara sendiri. 


Aku membuang nafas dengan berat, lalu mengalihkan pandanganku ke langit-langit kamar. Di sana aku sengaja mendekorasi langit-langit kamarku dengan dipenuhi bintang-bintang dan berbagai macam planet. Walaupun hanya sebuah mural, tapi terasa nyata bagiku. Aku mendekorasi langit-langit kamarku semirip mungkin seperti milky way, karena dengan melihat itu saja, pikiranku bisa tenang seperti kebanyakan orang yang senang melihat pantai untuk merileksasikan pikiran mereka. 

Entah sudah berapa lama aku memandangi langit-langit kamarku, sampai pikiranku buyar ketika terdengar suara smartphoneku berbunyi. Aku meraba-raba di permukaan kasurku, tapi aku tak kunjung menemukan smartphoneku. Lantas aku bangun dan terduduk di tempat tidur. Aku mulai mencari di bawah bantal, guling, dan selimut, namun hasilnya tetap nihil. 

"Ini sih akibat pagi-pagi udah ngelamun!" seruku. 

Aku langsung beranjak dari tempat tidur, dan menemukan smartphoneku sudah terkapar di lantai. Tanpa pikir panjang dan tanpa melihat siapa yang menelpon, dengan sigap kuambil dan langsung menekan tombol accept

"Halo?" kataku dengan suara sedikit terengah-engah. 

"Je? Lama banget sih angkat telepon dari gue nya? Lo abis olahraga?" 

orang itu langsung memberikanku pertanyaan beruntun. 

Dari suaranya saja aku sudah tau siapa yang sedang berbicara denganku saat ini, tapi pikiranku menolak menyebutkan namanya, lantas dengan tangan sedikit gemetar, aku melirik layar smartphoneku untuk mengetahui nama kontaknya. Dan benar saja, dugaanku sudah jelas benar. 

"Sorry kak, tadi ada sedikit insiden konyol. Btw ada apa kak?" tanyaku dengan mengalihkan topik pembicaraan. 

"Jangan lupa nanti ke rumah Yugo jam 14.00 ya." 

Because of HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang