Part 33 : Ingat iced cappuccino?

5.8K 240 38
                                    

Aku tidak sadar selama tiga hari ini aku masih memikirkan hal yang sama tentang Yugo. Aku tau betul sifat Yugo itu seperti apa. Aku juga bingung mengapa aku harus memikirkan hal seperti itu. Dia mau jadian dengan siapa pun bukan urusanku, tapi aku seperti tak merelakan mereka bersama. Berkali-kali aku berpikir apakah aku egois, tapi berkali-kali juga aku berpikir kalau pemikiran ini sungguh tidak ada faedahnya. Jelas-jelas Yugo sendiri yang mengatakan bahwa kita hanya teman biasa, dan kenyataannya memang seperti itu.

Dari tadi aku masih saja bertengger di tembok ini sambil melihat ke lapangan yang tepat ada di bawah lantai ini. Di sana ada siswa-siswa yang sedang main basket. Dari banyaknya siswa itu ada trio yang aku kenal. Mereka asyik bermain basket seperti tak ada beban di hidupnya. Aku melihat Yugo sedang melempar bola basket ke arah Oka. Dia tertawa dengan lepasnya seperti anak kecil yang baru saja dapat mainan baru. 

Oka pun mengoper bolanya ke arah Nico yang sedang berlari ke arah keranjang lawan, dan Nico berhasil memasukannya dengan mudah. "YEAY!" Mungkin aku terlalu fokus dan antusias melihat kemenangan mereka, sampai tak sadar kalau aku mengucapkan kata itu smabil berteriak. Otomatis mereka semua yang ada di lapangan langsung menoleh ke arahku yang berada di lantai dua ini. Disaat itu juga aku hanya bisa tersenyum awkward ke arah mereka.


"Oii Je!!" teriak Oka. 

"Hai kak Oka!" balasku. 

Tiba-tiba Oka berlari ke arah tangga, dan ternyata dia menghampiriku. Lalu dia memgang lenganku dan mengajakku untuk turun ke lapangan. 

"Kak, gue mau diapain?!" teriakku. 

Dia malah tertawa keras tanpa memberikan jawaban padaku. Oka masih terus menarikku sampai ke tengah lapangan di mana Yugo dan Nico sedang berdiri di sana. 

"Nico, lempar bolanya ke gue," ucap Oka lantang. 

Tak segan-segan Nico langsung melempar bola basket yang dipegangnya itu ke arah Oka. Dengan sekali tangkapan, Oka kembali melempar bola itu ke arahku. Lantas aku mulai mendribble bola ke arah ring basket, tapi Oka sudah menghadang duluan. Bola yang lepas kendali itu menggelinding ke arah Yugo. 

"Jadi kita berdua gak diajak nih?" tanya Yugo. 

Tanpa menunggu jawaban Yugo dan Nico langsung menghampiri kami. Tim dibagi dua kelompok yang terdiri dari dua orang. Tim A itu Nico da Yugo, dan tim B itu aku dan Oka. Ada satu teman sekelas mereka yang aku tidak tau siapa namanya ikut berperan menjadi wasit. Beberapa detik kemudian Oka dan Yugo melakukan suit, ternyata tim A lah yang menang. Ketika bola dilambungkan ke atas, dengan sigap Yugo mengambil bola itu, lalu mengopernya ke arah Nico. Seperti yang sudah diketahui, pasti skor pertama dimenangkan oleh tim A, dan memang benar. Setelah bola itu berada di tangan Nico, ia melakukan long shoot ke ring basket tim B.

Babak kedua dimulai, aku berhasil melakukan turn over bola. Namun aku tidak tau ada Nico datang dari belakangku, ia berusaha untuk merebut bola itu kembali. Nico masih terus mengurungku. Tiba-tiba aku kehilangan keseimbangan karena aku masih melakukan dribble dan tidak fokus dengan pantulan bola itu. Aku sedikit tergelincir, dan Nico langsung menangkapku dari belakang. Setelah itu aku hanya bisa menganga dengan mulut sedikit terbuka. Mata Nico masih menerobos masuk ke mataku. Jarak wajah kita dekat, bahkan sangat dekat. 


Aku hanya tersadar saat Oka berteriak, 

"Yes, masuk!" 

Oka berhasil melakukan shooting. 

Sementara di jarak yang lumayan dekat, Yugo hanya berdiri seperti patung. 

Because of HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang