1

12.6K 294 13
                                    

Cerita ini hanya fiksi belaka,
hanya karangan yang tercipta dari hayalan tinggi yang mengada-ngada. Harap bagi pembaca dapat mengerti dan memaklumi. Dan cerita ini hanya untuk manusia yang sudah seharusnya memiliki KTP.
...

Jalan tampak kosong dan sunyi, kemacaten seakan lenyap dari permukaan bumi, hanya ada beberapa mobil yang berlalu lalang dengan kecepatan tinggi. Wajar saja, jam sudah menunjukan pukul satu dini hari.

Jun melihat kanan kirinya dengan waspada, kepalanya dibiarkannya menunduk, hanya sesekali kepalanya menodongak untuk memperhatikan sekitar agar tidak menabrak.

Sekali lagi dia membenarkan gaun mini yang ia kenakan untuk pertama kalinya, yang ia curi dari lemari adik kesayangannya untuk menjalani misi yang ia rencanakan sejak ia masih bocah ingusan.

Jun mulai melangkahkan kakinya dengan gugup, takut kalau dia bertemu dengan orang yang ia kenal. Dengan langkah yang sengaja ia perlambat sembari membulatkan nyalinya, dia melangkah menuju club malam yang terlihat semakin ramai dengan orang-orang yang seakan tak memiliki jam tidur.

Seorang pria bertubuh kekar dengan pakaian serba hitam menghentikan langkahnya membuat tubuh mungil Jun menegang kaku seketika. "anak kecil gak boleh masuk" ucap pria kekar tersebut dengan seringai merendahkan.

Jun bingung apa yang harus dia lakukan. Apa dia harus menunjukan kartu tanda penduduknya, atau memberikan kartu namanya, atau mundur dan kembali kekasur kesayanganya lalu menyusun rencana lain yang lebih baik lagi.

Jun bukan lah anak kecil, dia adalah wanita dewasa berumur 27 tahun, wanita dewasa yang bertubuh mungil dengan poni tipis yang menutupi dahinya. Jun emang seringkali di anggap anak 17 tahun yang labil dan tak punya tujuan hidup, yang hanya ingin mencoba hal-hal baru tanpa berfikir panjang. Bahkan gaun mini yang menunjukan dengan jelas lekuk tubuhnya tidak membuatnya terlihat dewasa dengan poni lucu didahinya.

"Minggir!"

Tubuh Jun yang semula masih mematung terlompat kaget saat seseorang membentaknya dari balik punggungnya. Seketika hilang sudah rasa takut yang sebelumnya ia rasakan berganti dengan emosi yang membara. Dia dengan kesal berbalik badan sembari mengangkat dagu menantang pada pria kurang ajar yang tak punya sopan santun dihadapanya.

"minggir!" lagi, pria tersebut membentaknya, tanpa merasa terintimidasi sedikitpun dengan mata Jun yang sudah nyaris ingin melompat dari tempatnya.

Jun terperangah melihat sikap pria ini yang angkuh berlagak bossy, ia pun melipat kedua tangannya didepan dada dan mengangkat dagunya semakin tinggi. "tampang kayak berpendidikan tapi gak punya tatakramah" dengusnya.

Zefa berdecih. "bocah, lo ngomong tatakramah? lo sendiri gak di ajarin sama nyokap lo gimana bersikap pada orang yang lebih tua?"

Jun semakin kesal. Disebut muda emang menyenangkan tapi di saat seperti ini dia merasa seakan di rendahkan. Tapi yang dia lakukan hanya mengeser posisinya, mempersilahkan pria songong ini melewatinya dan bergumam "sorry om"

Ya, Jun memilih mengalah, dia tak ingin rencananya gagal hanya karena adu bacot gak penting ini. Karena keputusanya sudah bulat, dan dia memilih hari ini untuk menjalaninya.

Zefa menerawang melihat bocah yang berada didepannya ini. Anak kecil yang gak tau apa-apa, polos namun sok belajar nakal. Darah baru. Dia membutuhkan nya saat ini. Membutuhkan orang yang masih polos yang tak akan menggangunya dan akan menjadi tamengnya agar wanita-wanita ganjen di dalam sana tidak menerjangnya secara berutal.

Dan sebuah keputusan ia ambil. "dia ikut gue" ucap Zefa pada pria bertubuh kekar penjaga gerbang neraka club, yang langsung dibalas anggukan dan sikap sigap membuka lebar pintu club untuk mereka.

Tanpa meminta persetujuan pada Jun, Zefa menggengam tangannya lalu menariknya ikut masuk kedalam club.

Jun berhasil masuk.

#TBC

Not Out of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang