Sudah enam hari, dan Jun masih belum memahami apa yang telah terjadi pada hidupnya. Semua terjadi tanpa ada aba-aba, dari dia hamil dan sekarang dia pergi meninggalkan kehidupannya mengikuti seorang pria yang belum ia kenal dekat. Katanya hidupnya dalam bahaya, tapi ia tak tau bahaya apa yang mengincar hidupnya.
Bahkan Jun tidak tau dimana sekarang ia berada, dia hanya tau bahwa ia tinggal di sebuah rumah mewah pada pedesaan yang udaranya terasa bersih dan menyejukkan.
Belum ada pembicaraan yang jelas tentang semua yang terjadi antara dirinya dan Zefa. Selama enam hari ini, ia mengurung diri di sebuah kamar yang di peruntukan untuk ia tempati, ia belum bertemu dengan Zefa sejak ia dan Zefa sampai ke tempat ini.
Jun menghela nafas dalam. Sudah waktunya ia mengetahui semuanya, sudah waktunya ia berbicara dengan Zefa. Dengan perlahan Jun turun dari kasur dan membuka pintu kamarnya.
Jun melangkah keluar dengan perlahan, matanya mengamati sekitar dengan teliti. Sudah enam hari ia disini dan baru kali ini ia meninggalkan kamarnya. Jantungnya mulai berdetak tak beraturan, sebagian dari dirinya meminta ia mundur dan kembali pada kamarnya, menunggu Zefa yang menghampiri dia, tapi sebagian lagi meminta ia tetap maju. Rasa penasaran nya tak bisa lagi ia bendung .
Jun terus berjalan mengelilingi rumah, rumah ini sungguh besar dan lega,namun ia tidak menemukan siapapun sedari tadi.
Jun akhirnya sampai pada belakang rumah besar ini, di halaman belakang terdapat kolam yang sangat lebar, airnya begitu tenang dan bersih dan di samping kolam tersebut terdapat gazebo berukuran lumayan besar yang dapat menampung kira-kira enam orang didalamnya.
Jun memutuskan untuk duduk gazebo tersebut, berharap nantinya bertemu seseorang yang dapat ditanya.
Cukup lama Jun duduk pada gazebo itu sembari menatap ke air kolam yang tenang, hingga ia menyadari seperti ada seseorang di dalam kolam tersebut.
Ia pun berdiri dengan cepat untuk meyakinkan dirinya dengan apa yang ia lihat. Betapa terkejut nya ia saat menyadari benar ada seseorang didalam kolam. "Zefa?" Matanya terbelalak saat menatap Zefa yang berada pada dasar kolam sembari menutup mata.
Tanpa pikir panjang Jun melompat ke kolam itu dan berusaha meraih tubuh Zefa.
Zefa tersentak saat merasakan ada seseorang yang masuk kedalam kolam, matanya bertemu dengan tatapan mata Jun yang terlihat kaget melihat dirinya.
Zefa segera meraih tubuh Jun dan membawanya ke pinggir kolam. Keduanya sama-sama menarik nafas, nafas keduanya memburu setelah berusaha menahan nafas didalam air.
"Apa yang kamu lakuakan?" ucap Zefa dengan suara yang sedikit meninggi.
Jun tersentak kaget. "Aku pikir... aku pikir... kamu..." Jun menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan mulai terisak.
Tanpa pikir panjang Zefa menarik Jun kedalam dekapannya. "maaf aku membentak dan membuat mu kahawatir" ucap Zefa lembut.
Jun buru-buru mendorong tubuh Zefa menjauh darinya. "maaf aku sedikit emosional belakangan ini"
Zefa tersenyum, dengan gerakan lembut ia mengelus puncak kepala Jun. "It's okay"
Jun terbatuk, pipinya merona tanpa bisa ia cegah, jantungnya berdetak dengan sangat cepat. "Aku lapar" Ucapnya sembari mengalihkan tatapan kearah lain, berusaha menyembunyikan kedua pipinya.
#
"kamu bener-bener gak mau ganti baju dulu?" Zefa memerhatikan tubuh Jun yang basah kuyup yang di selimuti handuk yang mulai melembab.
Kini Zefa dan Jun sedang duduk di meja makan. Setelah kejadian tadi, Zefa langsung membuatkan makanan untuk Jun.
Jun hanya menggeleng dan mulai menyantap makanan nya dengan tergesa.
"pelan-pelan aja makannya, gak ada yang ngejar kamu kok"
Jun kembali terbatuk dan Zefa buru-buru memberikannya minum. Tenggorokan Jun benar-benar terasa perih.
Jun tidak menyukai perasaannya saat ini, seakan-akan rasa itu datang di waktu yang tidak tepat. Dan ia tau semua itu karena hormon nya.
Suasana pun terasa hening, saat keduanya mulai fokus pada makanan yang ada dihadapan mereka. Tapi itu hanya bertahan beberapa menit, hingga Zefa kembali mengangkat bicara. "Apa kamu keluar karena sudah siap mengetahui apa yang terjadi?"
Jun mengangkat pandangannya dari hidangan di hadapannya, dan ia mengangguk kecil sebagai jawaban. Dalam hati ia meyakinkan diri untuk siap menerima semuanya.
Zefa meletakkan alat makannya, begitu juga dengan Jun. Mereka saling memandang, menguatkan hati masing-masing.
Zefa menarik nafas dalam dan memulai ceritanya.
#
Anjeli tidak tau sudah berapa lama ia berada di dalam mobilnya yang terparkir tepat di seberang jalan cafe Hanny, lebih tepatnya ia berada di depan kantornya. Hari sudah mulai gelap lagi, dan dia sudah berada di sini sejak matahari terbit.
Anjeli melihat kearah seberang, melihat cafe tersebut yang terlihat makin ramai saat menyambut malam. Dengan mengumpulkan keberaniannya Anjeli keluar dari mobilnya dan masuk ke dalam cafe itu.
Dengan tatapan lurus kedepan, ia menuju kasir dan langsung meminta untuk bertemu manager mereka. ia tidak peduli dengan tatapan semua orang yang terlihat menghujatnya karena penampilannya saat ini, karena ia masih menggunakan baju yang sama dengan baju yang ia gunakan di club.
Dengan sedikit bentakan dan paksaan akhirnya ia diantar oleh salah satu waiter ke ruangan Hanny.
Hanny yang awalnya terkejut dengan kehadiran Anjeli yang tiba-tiba, pun menyuruh pergi pekerjanya. "Hei Anjeli, ada apa?" tanya Hanny dengan suara lembutnya.
Anjeli tidak menjawab, ia hanya diam sembari menunduk.
Hanny dapat melihat bahu Anjeli yang bergetar, suara isak pun terdengar. Hanny memutar roda kursi rodanya untuk mendekat kearah Anjeli, dengan lembut ia menyentuh lengan Anjeli dan berbisik. "it's okay, Anjeli."
Anjeli mengangkat kepalanya, entah mengapa mendengar ucapan Hanny membuat Anjeli berfikir kalau Hanny sudah tau alasan mengapa ia datang. Air mata membanjiri pipi Anjeli, memikirkan hal itu membuatnya benar-benar terpukul. "Apa kamu tau?" tanya Anjeli memastikan dengan suara parau.
Hanny mengangguk sembari tersenyum lembut. "it's okay, aku gak papa asal dia bahagia. Tapi Anjeli..." Hanny meremas kedua tangan Anjeli dan matanya mulai berkaca-kaca. "Bisakah kamu memberitahu aku dimana dia sekarang? Aku benar-benar khawatir"
#TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Not Out of Love
RomantizmJun ingin menjadi seorang ibu, dia sangat ingin memiliki seorang anak yang lucu dan mengemaskan yang akan menjadi tujuan dari kehidupanya. Namun pemikiran salah yang selalu ia pikirkan adalah, bagaimana cara memiliki anak tanpa memiliki suami. Jadi...