32

1.4K 92 9
                                    

Anjeli mempercepat langkahnya saat suara kegaduhan mulai terdengar dari ruangan kakaknya, langkahnya terhenti tepat diambang pintu saat matanya menangkap sosok familiar yang sedang bersujud dilantai.

Dadanya mulai berkecamuk, dan kepalanya mulai bertanya-tanya, sebenarnya apa yang terjadi?

Anjeli dapat melihat wajah kakaknya yang memucat, Bagas yang terlihat kaku, Zefa yang terlihat kalut dan Claudy yang murka. Dan sosok itu yang hanya menunduk dalam sujudnya tanpa mengatakan apapun.

"Keluar!" bentak Claudy.

Zefa menatap Claudy dengan pandangan dingin. Dia belum sempat mengatakan apapun tapi sudah ada orang yang mau mengusirnya. "Saya kesini untuk meluruskan masalah saya dengan Jun, anda jangan ikut campur"

"apa yang lo mau lurusin, lo cuma buat keributan" balas Claudy tidak terintimidasi sama sekali dengan tatapan Zefa yang seakan siap menerkamnya kapan saja.

Zefa memilih mengabaikan Claudy, ia mengalihakan tatapan nya pada Jun, kakinya mulai melangkah mendekat. Namun langkahnya segera di cegat oleh Bagas. Bagas yang sedari tadi diam di posisinya, mulai menunjukan diri, ia mencegat Zefa dengan tangannya, melarang Zefa melangkah lebih jauh, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Zefa mengusap wajahnya gusar. "Saya cuma mau ngomong"

"gak ada yang perlu lo omongin" ketus Claudy.

Zefa menatap kearah Jun, berharap mendapatkan respon darinya. Namun Jun hanya diam. "Jun, aku pernah bilang ke kamu, hamil atau enggak aku tetap tanggung jawab, jadi please Jun dengerin aku" ucap Zefa lembut.

Claudy mendorong tubuh Zefa menjauh. "lo gak perlu tanggung jawab, ada orang yang lebih pantes untuk menggantikan posisi lo" 

"kak, lo gak berhak ngomong gitu" Anjeli yang sedari tadi hanya diam, mulai ikut bersuara. 

Zefa tertawa. "Siapa? siapa yang anda maksud? Dia?" Zefa menunjuk Bagas tanpa melepas pandangan tajamnya pada Claudy. "karena dia semua ini terjadi" ucap Zefa penuh penekanan.

Suasana sepenuhnya menegang, tidak ada yang mengerti maksud Zefa. Termasuk Jun. Jun menyadari bahwa dirinya harus mengangkat bicara, suasana tidak akan membaik dan akan bertambah buruk jika dia hanya diam. "Cukup." ucap Jun sedikit berteriak. 

Satu kata itu berhasil membuat seluruh orang di ruangan terdiam. Jun mengakat pandangannya, matanya menatap setiap wajah yang ada di ruangan dan berakhir tepat pada Zefa. "Bisakah semua orang yang ada disini duduk? kenapa kalian semua berdiri seakan-akan menghakimi aku. Kepala ku pusing jadi berbicara dengan perlahan"

Mendengar itu Claudy pun bungkam dan mengikuti permintaan Jun dengan menjatuhkan dirinya di sofa yang ada di ujung ruangan. Anjeli ikut menyusul, duduk tepat disamping Claudy. Bagas mau tak mau mengikut perintah Jun dan duduk di kursi sebelah ranjang Jun. 

Zefa masih berdiri pada posisinya dan sosok yang bersujud juga masih bersujud pada posisinya.

"Kenapa kamu nyuruh orang itu bersujud?" tanya Jun melihat sosok yang bersujud tanpa bisa mengenali siapa orang tersebut karena wajahnya yang hanya menunduk.

Zefa menendang kaki orang tersebut dan memintanya berdiri. "Dia harus meminta maaf dengan benar."  ucapnya tegas.

Orang itu pun berdiri namun masih dengan kepala menunduk. "Maaf kan saya... Saya.." ucapannya terhenti. Tio tidak mampu melanjutkan kata-katanya saat matanya tanpa sengaja bertemu dengan Anjeli. 

"Dia, sekertaris kepercayaan aku yang ternyata adalah orang suruhan ayah ku. Aku sebelunya gak tau kalau dia bekerja pada ayah ku, dia memata-matai aku sejak lama dan sekarang dia juga memata-matai kamu. Yang jelas, ayah ku tau kamu hamil, dan agar kamu tidak menggugurkan anak itu, dia membuat dunia tau kalau kamu hamil dan membuat aku dan kamu seakan-akan mau menikah." ucap Zefa menjelaskan. "Kamu dalam bahaya Jun" lanjutnya dengan suara yang sedikit bergetar.

Claudy tertawa sarkas. "Semua udah mengarah ke lo yang jadi biangnya, terus apa hubungannya dengan Bagas?" 

"Karena Ibu Jun adalah orang yang pak Bagas cintai, dan pak Bagas adalah anak dari bapak Wijaya" jawab Tio. Tio berusaha mengendalikan dirinya dan menyampingkan masalah pribadinya terlebih dahulu. Tio berdehem lalu dia melanjutkankan "Dan ibu Jun ada baiknya pergi untuk sementara, menghindari hal yang tidak diinginkan"

"Iya, kamu harus ikut aku Jun, di sini bahaya" timpal Zefa.

Bagas tidak bisa membiarkan Jun pergi, apa lagi bersama lelaki lain. Ia menggenggam tangan Jun yang membuat tatapan Jun beralih kearahnya. "Jun kalau memang kamu mau pergi, pergi bersama ku, kamu lebih aman bersama ku, kamu kenal aku"

Suasana pun hening, Claudy masih terkejut mendengar fakta soal Bagas, Anjeli sibuk mengontrol dirinya agar tidak ambruk, Zefa dan Bagas  menatap Jun sembari menunggu Jun memberi jawaban. 

Dan Jun hanya ingin musnah dari dunia ini. Ia tidak menyangka tindakan bodohnya berakhir kepada masalah sebesar ini. Dan dia masih tidak mengerti, mengapa posisinya dalam bahaya? Yang jelas sekarang dia harus memilih. Zefa atau Bagas.

#TBC


Not Out of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang