37

865 72 13
                                    

Apa itu cinta? Kapan seseorang merasakan cinta? Bagaimana orang dapat yakin bahwa yang mereka rasakan adalah cinta? 

Zefa tersenyum sembari geleng-geleng. Tertawa di dalam hati. Ia menertawakan pikirannya yang tiba-tiba penasaran dengan sebuah kata cinta di saat dia seharusnya memikirkan jalan keluar semua masalah ini.

"Apa ada yang lucu?"

Zefa tersentak, kaget, mendengar suara yang tiba-tiba muncul dari belakangnya, seakan ia tertangkap basah sedang melakukan hal aneh. 

Zefa membalik tubuhnya, menatap kearah suara. "enggak, itu..." ucapnya terputus saat pandangannya malah jatuh pada bibir merah Jun yang tersenyum sangat manis.

"Ada apa?"

Zefa menggeleng berusaha menghilangkan pikirannya yang sedang memutar kan kejadian tadi malam. "bukan apa-apa. Ini untuk mengganjal lapar" Zefa menyodorkan segelas jus Alpukat yang ia siapkan untuk Jun. "Bahan makanan habis, dan aku belum belanja. Jadi untuk mengganjal selama aku pergi, diminum dulu Jus nya."

Jun mengangguk sebagai jawaban.

"Aku gak tau kamu suka apa enggak, tapi katanya itu bagus untuk ibu hamil karena Alpukat kaya akan vitamin B, vitamin C, asam folat, serta kalium. Alpukat dapat membantu mengurangi Morning sickness , serta membantu perkembangan otak, sistem saraf, dan jaringan bayi." Sambung Zefa menjelaskan panjang lebar.

Jun tersenyum. "Kata siapa?" tanya Jun sedikit ngeledek, merasa lucu sendiri melihat Zefa yang berbicara sangat banyak, tidak seperti biasanya.

"Kata... Google" jawab Zefa sembari mengusap tengkunya. 

Jun terkekeh. "hemmm, kalau gitu aku boleh ikut belanja gak? Katanya ibu hamil gak boleh ditinggal sendri loh" Timpal Jun dengan wajah jenakanya.

Zefa menautkan kedua alisnya. Bingung. "Emang iya gitu?"

"Anggap aja iya" ucap Jun lalu ia pun tertawa kecil.

#

"Pak jagung bakarnya dua" Zefa mengacungkan dua jarinya kepada seorang pria paru baya yang sedang membakar beberapa jagung.

"Empat pak" Timpal Jun cepat.

"Empat?" Zefa membeo dengan wajah bertanya, yang dijawab anggukan dan cengiran oleh Jun.

"Satu buat kamu, dua buat aku, satu lagi buat..."

Zefa tertawa mendengar jawaban Jun, yang membuat Jun tak sanggup melanjutkan kalimatnya dan berusaha menutupi pipinya yang memerah.

Mereka sedang berada di sebuah pondok yang menjual jagung dan ubi bakar di pinggir jalan. Setelah seharian yang panjang mereka menghabiskan waktu untuk berbelanja, dan akhirnya tiba waktunya untuk pulang, Jun meminta Zefa untuk menghentikan mobil secara mendadak di depan pondok ini.

Hari sudah mulai gelap, angin malam mulai berhembus kecang membuat wajah Jun tertutupi dengan helaian rambut  yang membantunya menutupi pipinya yang merona.

Zefa yang melihat hal itu melepas jaketnya dan menyelimuti pundak Jun dengan jaket miliknya. Tidak lupa Zefa juga menyelipkan helaian rambut yang menutupi wajah Jun kebelakang telinganya.

Tubuh Jun membeku dan pipinya semakin memerah saja. Apalagi saat melihat senyum Zefa yang mengembang lebar.

"Cantik" gumam Zefa yang masih dapat terdengar oleh indra pendengaran Jun.

Jun terbatuk, tersedak oleh air liurnya sendiri. 

Wajah sumringah Zefa pun digantikan dengan ekspresi panik. "Kamu gak papa? kita pulang aja ya?"

"enggak-enggak, aku cuma keselek" jawab Jun cepat sembari tertawa, melihat ekspresi Zefa yang terlihat sangat lucu menurut pandangannya. "btw, udah berapa cewek yang kamu puji gitu?"

"Gak ada, biasanya sih aku yang di puji. Zefa yang tampan, mapan, sempurna" 

Lagi, Jun tertawa melihat Zefa dengan wajah yang sangat serius membanggakan dirinya sendiri. "kamu narsis"

"Tapi kan memang bener"

Dan mereka berdua tertawa.

"Pengantin baru ya?" celetuk bapak tukang jagung sembari meletakan empat jagung bakar pada meja dihapan Jun dan Zefa.

#

Perjalanan pulang Jun dan Zefa penuh dengan tawa. Keduanya masih merasa geli dengan bapak tukang jagung yang ngotot menyatakan mereka adalah pengantin baru yang pada akhirnya mereka iyakan pendapat si bapak, untuk mengakhiri perdebatan.

"udah-udah yuk turun, kita udah sampe nih" ucap Zefa berusaha mengakhiri tawa mereka.

Jun mengangguk setuju lalu membuka pintu mobil tanpa menunggu Zefa, masih dengan cengiran menahan tawa. Hingga tubuhnya sepenuhnya keluar dari dalam mobil, dan pandangannya tertuju pada pintu masuk rumah Zefa. Tawanya lenyap dan tubuhnya menegang kaku.

Seorang lelaki paruh baya berlari kerah mereka, dan meninju wajah Zefa hingga Zefa tersungkur.

"Papa" pekik Jun kencang. 

Tak henti sampai disitu. Papanya memukul Zefa dengan membabi buta tanpa adanya perlawanan oleh Zefa. Zefa hanya diam dan memejamkan matanya, menerima semua pukulan tersebut.

"stop pa, HENTIKAN" jerit Jun. Kedua kakinya kini tidak bisa menopang tubuhnya, hingga ia jatuh terduduk.

Mamanya segera berlari kearah Jun dan memeluk anak sulungnya itu dengan erat. Dan adiknya berlari kearah papanya, berusaha menghentikan papa mereka yang sudah diluar kendali.

Air mata Jun mengalir dengan deras didalam dekapan sang ibu yang terasa sangat hangat. Kenapa bisa keluarganya disini? Pertanyaan itu mulai berputar di kepala Jun.

#TBC







Not Out of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang