18

2.9K 141 4
                                    

Cerita ini hanya fiksi belaka,
hanya karangan yang tercipta dari hayalan tinggi yang mengada-ngada. Harap bagi pembaca dapat mengerti dan memaklumi. Dan cerita ini hanya untuk manusia yang sudah seharusnya memiliki KTP.
...

Pintu terbuka, dan ruangan yang gelap dan dingin menyambut Bagas. Kaus tanpa lengan yang Bagas gunakan tidak membuat Bagas menggigil kedinginan, tubuhnya sudah kebal dengan dingin tapi dirinya masih tidak terbiasa dengan kegelapan. Bagas memaki dirinya sendiri yang lupa menyalakan kembali lampu apartemennya saat Jun mematikannya dengan alasan penghijauan dan penghematan. Tapi ia bersyukur ia berhasil menyembunyikan remot ac sehingga ac apartemennya dapat hidup dan membuat ruangannya tetap dingin.

Bagas tidak bisa melangkah masuk, iya menutup kembali pintu apartemennya dan ia hanya berdiri memandang pintu itu.

Pintu apartemen sebelah apartemennya terbuka, dan tampak seorang wanita keluar dengan tergesa-gesa. Bagas menatap punggung wanita itu dengan wajah berkerut. "sebentar banget" gumamnya.

Bagas segera melangkahkan kaki ke apartemen sebelahnya lalu memencet bel dan menunggu pintu dibuka. Tapi pintu apartemen itu tidak kunjung terbuka.

"Jun" panggilnya sembari mengetuk pintu. "aku masuk ya" ucap Bagas pada akhirnya, saat beberapa kali mengetuk dan memanggil tanpa ada balasan dan memencet pin pada pintu apartemen tersebut.

Saat pintu terbuka, sosok wanita sedang menunduk tepat berada didepan pintu berhasil membuat Bagas melompat kaget.

Jun pun ikut kaget dan tersadar dari lamunan panjangnya. "Kenapa sih?" geramnya.

"kamu yang kenapa? didepan pintu kayak gitu tapi gak bukain pintu udah dibel berkali-kali" kesal Bagas sembari menyentuh dadanya yang masih berdegup kencang, efek kaget.

Jun malah tertawa, ia tertawa melihat ekspresi wajah Bagas, ia tertawa dengan nada nyolot Bagas, ia tertawa melihat cowok berbadan kekar didepannya kini terlihat sangat imut dan lucu.

"apa yang lucu hah?" Bagas melangkah mendekat lalu menjepit kepala Jun dengan tangan kekarnya.

Jun semakin tertawa keras, gemas dengan tingkah malu Bagas.

Bagas melepas apitanya dan memutar tubuh Jun hingga mereka berhadapan. "Jangan menertawakan aku" geramnya.

Jun terdiam. Dengan perlahan tangan Jun menyentuh pinggang Bagas dan kakinya melangkah mendekat pada tubuh Bagas lalu ia memeluk Bagas dengan erat. "Gimana kalau kita nikah aja?" Bisik Jun tanpa menatap wajah Bagas.

Tubuh Bagas menegang, dan pipinya memanas. Walau terdengar samar, Bagas bisa mendengar ucapan Jun dengan sangat jelas. Bagas berdehem berusaha menetralkan tengorokkannya yang terasa seret. "Apa itu yang dikatakan CEO pada sekertarisnya di drakor tadi?" ucap Bagas berusaha berfikir jernih.

Jun melonggarkan pelukannya. Ia mendongak untuk menatap wajah Bagas. Baru saja ia ingin menyakinkan Bagas dengan kata-katanya, namun ia buru-buru tersadar saat melihat wajah Bagas yang telihat merona.

Jun hanya diam. Jun menunduk lagi, menengelamkan wajahnya pada dada bidang Bagas. Dan air mata nya pun mulai menetes.

Bagas melepas pelukan Jun dan mendorong bahu Jun agar ia dapat melihat wajah nya. "apa sesedih itu dramanya?" tanya Bagas lembut sembari menghapus butiran-butiran air mata Jun dengan jemarinya.

"iya" Jun tertawa sumbang sembari melangkah mundur dan buru-buru menghapus air matanya.

Bagas tersenyum dan menarik kembali Jun pada pelukannya. "Tenang Jun, itu hanya fantasi, not real"

"iya, itu cuma fantasi" Jun mengulangi kata-kata Bagas dan menetapkannya dalam hati. "Semuanya adalah fantasi" iya berusaha meyakinkan dirinya bahwa semua yang terjadi pada dirinya belakangan ini, bukan lah nyata.

Tanpa sadar, kotak pada genggaman Jun terjatuh membuat keduanya kaget dan saling melepaskan diri.

Bagas dengan cepat mengambil kotak itu dan menatapnya dengan seksama. "ini bukannya..."

Jun segera merampas kotak itu dari genggaman Bagas dan wajah panik yang kini melukis wajahnya, ia tutupi dengan senyuman kikuk. "Ini punya Claudy, dia mau nunjukin ke aku kalau dia hamil"

Bagas ber oh ria sembari mengangguk-angguk. "jadi dia kesini mau bilang itu. Tapi kok sebentar banget?"

Jun mengangguk kecil, mengiyakan. "Jadi kenapa kamu balik lagi?" tanya Jun , berusaha mengubah topik.

Bagas menyengir. "kamu tau kan aku gak nyaman dengan ruangan gelap?"

Dan tawa Jun pun kembali pecah.

Bagas tersenyum. "Aku gak suka kamu tertawakan aku, tapi ini lebih baik dari pada melihat kamu menangis. Jadi untuk kali ini, aku ijinkan kamu tertawa sepuasnya. Tapi tolong, setelah itu nyalakan lampu ku".

Jun dengan sisa-sisa tawa yang diiringi sesengukan pun mengacungkan kedua jempolnya. Setuju.

#TBC

Not Out of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang