27

2.3K 112 8
                                    

Melamun adalah kegiatan yang sangat jarang dilakukan Anjeli. Namun kali ini Jun mendapati adiknya sedang termenung, menatap lurus kedepan dengan pandangan kosong.

Melihat hal itu, jiwa jailnya melonjak keluar. Jun secara perlahan mendekati meja adiknya, ia berusaha tidak mengeluarkan suara apapun hingga berada tepat di depan meja adiknya. "Dorrr" ucapnya dengan suara lantang sembari melompat.

Namun respon yang diharapkan Jun tidak ia dapatkan. Anjeli masih tenggelam dalam lamunnya.

Jun mendekatkan wajahnya pada wajah adiknya lalu ia meniup kedua bola mata Anjeli kencang.

Anjeli terkejut, ia melompat dari kursinya, hingga kursinya terbanting jatuh. Jun pun tertawa puas.

"Gak asik lo, napas lo bau bawang" gerutu Anjeli sembari mengangkat kursinya hingga berdiri kembali.

"Wahh beranian lo sama bos sendiri"

"bodo" Anjeli memeletkan lidahnya jengkel.

Jun pun tertawa lagi. "Dah ah, temenin gue ke depan yuk. Tadi anak-anak pada ngegosipin ada cafe baru, katanya gantiin cafe si Bambang"

"Emang cafe yang dulu nama pemiliknya Bambang?"

Jun mengedikkan bahunya, acuh. "Gak tau, asal aja gue ngomong. Tapi btw, kok tiba-tiba ya, cafenya berubah?"

#

Cekrekkk... cekrekk...

"udah boleh gue makan gak?"

"bentar-bentar, gue boomerang dulu"

Jun melihat adiknya yang sedang berdiri sembari merunduk, tanganya sibuk dengan ponselnya, memotret segala sisi dari makanan yang ada di hadapan mereka. "foto aja emang gak cukup?"

"kak, please jangan nora deh" Anjeli menjatuhkan bokongnya pada sofa empuk, bergabung dengan kakaknya.

"Lo yang nora, kayak gak pernah liat makanan" gerutu Jun gak terima.

"Kak makanan adalah seni tau, liat deh..." Anjeli menunjukan hasil jepretannya. "Lucu banget gak sih. Kayak kok kepikiran gitu, ngeribetin diri ngebentu-bentukin makanan di kotak makan gini"

"bento Anje, itu namanya bento" Jun mengoreksi sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah adiknya.

"iya itu deh" Anjeli pun kembali tengelam dalam ponselnya.

"Sekarang udah boleh di makan?" tanya Jun lagi.

Anjeli menangguk. "duluan aja kak, Gue harus edit dulu fotonya"

"Tadi lo udah kayak ayam sekarat, sekarang lo punya banyak energi untuk itu?"

Anjeli mendengus, lalu meletakan ponselnya keatas meja. "Ah lo mah, gue jadi inget, gue lagi bete. Lo tau gak sih, gue tuh gak tau gue salah apa, tapi dia beberapa hari ini cuekin gue. Gue telfon gak mau dia angkat, gue chat juga gak di bales. Padahal kemarin baik-baik aja"

"mungkin udah waktunya lo cari yang baru, seperti biasanya" ucap Jun acuh, sembari mengunyah makanannya.

"kak dia tuh beda"

Jun hanya mengangguk-angguk tak berniat berkata-kata. Karena ia tau, memperdebatkan masalah hati pasti dia kalah.

Anjeli mencebik kesal. "kak pleasee..."

Jun menyengir lalu menyodorkan sendoknya kearah adiknya. "Mending lo makan dulu deh, ini enak banget, serius"

Anjeli yang semula menolak, melahap isi sendok itu juga, saat melihat cara kakaknya mengunyah maknan dengan lahap, membuat nya tergiur untuk mencoba. Dan perhatiannya pun teralihkan dengan cepat dari kegalauannya dan berfokus pada hidangan lucu di hadapannya.

"Selamat siang"

Anjeli dan Jun secara bersamaan menoleh kearah suara. Keduanya melihat wanita yang sangat anggun dan cantik duduk pada kursi rodanya tepat berada di samping meja yang sedang mereka tempati.

Wanita itu tersenyum. "Maaf saya menganggu. Saya Harleen Leilani manager cafe ini, saya mau mengucapkan terimakasih dan juga selamat karena kalian adalah pelanggan ke 1000 kami. "

Jun dan Anjeli saling bertukar pandang, tak menyangka mereka menjadi pelanggan ke 1000. Herleen sang manager dari cafe itu pun meletakan sebuah makanan di meja mereka. "untuk itu kami memberikan hadiah, bento makanan khas eropa ini yang merupakan menu baru kami"

"wah makasih banyak" balas Jun dengan berseri.

Anjeli tercengang melihat makanan dihadapannya, "wah ini bukannya beef burguingnon ya?"

Jun dengan refleks menoleh kearah adiknya, "lo tau dari mana? gue pikir ini rendang" tanyanya pada adiknya dengan alis tertaut.

Harleen tertawa melihat kedua wanita dihadapannya. "bentuknya memang seperti rendang tapi rasanya beda. Ini makanan kesukaan suami saya"

"Wah, pacar gue juga makanan kesuakaanya ini" timpal Anjeli.

"Dan dia lagi galau karena pacarnya itu" Jun menambahkan dengan nada sinis.

Anjeli memukul bahu kakanya gemas dan Jun pun meringis.

Harleen tertawa lagi "Nikmatin aja kegalauannya, pacaran tanpa galau itu gak akan seru" sambungnya.

Anjeli mengacungkan kedua jempolnya setuju. "bener banget tuh Harleen, kakak gue mah gak bakal ngerti itu"

"Panggil aku Hanny aja deh, Harleen terkesan ribet"

"Hanny, singkatan dari Harleen dan Leilani ya?" tanya Jun.

Hanny mengangguk sebagai jawaban.

Suara deringan dari ponsel Anjeli mengitrupsi pembicaraan mereka. "wah pacar gue panjang umur" Anjeli tersenyum ceria dan meminta ijin untuk mengangkat telfonnya.

Jun hanya bisa geleng-geleng melihat adiknya beranjak pergi, keluar dari cafe hanya untuk mengangkat telfon dari seorang lelaki. "maaf ya adik aku lagi bucin"

Hanny mengangguk dan tersenyum. "Asal masih bisa ngebuat senyum, berarti bucinnya masih sehat"

Jun pun terawa sembari menyodorkan tanganya. "Aku Bulan Juni, panggil aja Jun. Makasih untuk rendangnya"

"oh iya, dimakan dong, dan tolong di promosiin juga"

Jun mengangguk mengiyakan. Dia pun menyendokan sesuap daging beef burguingnon dan melahapnya.

Entah mengapa mulutnya tidak menerima makanan itu. Ia membekap mulunya dan tersenyum paksa. Dengan sekuat tenaga dia mengunya dan menelan makanan itu. Dan perutnya pun terasa mual.

"ini sungguh enak, tapi maaf aku harus ke toilet dulu"

Jun pun bangkit dari duduknya, dan berlari kecil kerah toilet. Jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya dan nafasnya terasa berat. Yang terlintas dikepalanya, hanya satu. 'Aku Hamil?'

#TBC

Not Out of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang