24

2.3K 130 3
                                    

"Oit-oit" Anjeli berlari kecil kearah Tio.

Tio dengan senyum hangatnya membentang kan tanganya dan Anjeli pun menghambur pada pelukannya. Keduanya saling mendekap hangat.

"capek?" ucap Tio sembari pengusap puncak kepala Anjeli.

Anjeli mengangguk tanpa berniat melepas dekapannya. "Banget"

Tio pun tersenyum melihat tingkah manja kekasihnya ini. "Yuk masuk" Dengan lembut ia melepas pelukanya dan menggengam tangan Anjeli, mengajaknya untuk masuk ke mobil.

Anjeli pun masuk kedalam mobil setelah Tio membukakan pintu untuk nya lalu tersenyum saat Tio mengecup pipinya lembut sebelum melepas genggaman mereka dan menutup pintu mobil.

"btw, kenapa kamu markir mobil di basman dulu, gak langsung jemput di depan seperti biasa?" tanya Anjeli saat Tio sudah duduk dikursi kemudinya.

Tio terdiam, langit diluar sangat cerah untuk dijadikan kambing hitam dan juga Anjeli sudah waktunya pulang saat ia menjemputya. Tidak mungkin beralasan menunggu terlalu lama.

Tio memilih diam dan memasang sabuk pengaman Anjeli dengan gerakan sedikit lamban. Yang malah membuat Anjeli teralihkan dengan mudah perhatiannya.

Wajah Anjeli merona, tersipu malu. "so sweet banget sih pacar aku" ucapnya semberi pengelus pipi Tio lembut.

Tio menutupi kegugupannya dengan tertawa renyah dan mulai melajukan mobilnya keluar dari basement.

Sebenernya Tio sedang berusaha menghindar. Dia tidak berani memampangkan wujudnya didepan gedung kantor kekasihnya itu yang tepat berada di depan cafe milik bosnya.

Ada seseorang yang ia harus hindari dan harus ia pastikan tidak melihatnya bersama kekasihnya saat ini.

"Yahhh" Anjeli menghela nafas sembari melihat keluar kaca.

Tio menoleh sebentar kearah Anjeli. "kenapa?"

"Aku tadinya ingin ngajak kamu diner di cafe depan kantor. Soalnya cafe itu baru buka dan nawarin diskon 50% untuk yang makan lebih dari 1 orang"

Tio terkekeh, menutupi kegugupannya yang entah mengapa muncul disaat seperti ini.  "hahaha, bukanya
udah lama ada cafe di depan kantor kamu?"

Tawa Tio terdengar getir namun Anjeli tak menyadarinya. Ia fokus melihat keluar jendela mobil, kearah cafe dengan beberapa papan bunga didepannya. "iya, tapi yang lama gak tau kenapa tutup dan langsung digantikan dengan cafe yang baru itu" jawab Anjeli.

"hmm, sayang banget ya" ucap Tio berusaha senormal mungkin.

"Iya, padahal mereka laku banget. Kenapa harus tutup ya?"

"Mungkin mau buka cafe yang lebih besar di tempat lain. Tapi udah lah gak usah kamu pikirin, mending pikirin aku aja" Tio pun mengeluarkan jurus gombalannya, berusaha mengalihkan perhatian Anjeli.

Anjeli pun tertawa "kamu bisa aja" ucapnya sembari meninju pelan bahu Tio. "Tapi Yang, kita puter balik yuk, nyoba makan di sana, aku kepo"

Tio terdiam. Perasaannya bercampur aduk menjadi satu. Tio menggenggam tangan Anjeli dan meremasnya lembut. "gak hari ini ya"

Anjeli menoleh kearah Tio, berniat mengeluarkan jurus memelasnya, namun sebelum Anjeli melakukan itu, Tio menawarkan tawaran yang lebih mengiurkan.

"Hari ini kita ke apartemen aku aja ya"

#

Pilihan Anjeli untuk menyetujui ajakan Tio ke apartemennya emang tidak salah.   Selain rasa penasaran yang terpenuhi, ia juga dapat menikmati pemandangan Tio yang beraksi dengan peralatan tempurnya di dapur, dan melihat Tio menggunakan pakaian santai dengan kaos oblong dan celana pendek yang memperlihatkan tangan kekar dan kaki jenjangnya yang berbulu, meningkatkan kadar maco Tio berkali-kali lipat.

Not Out of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang