Cerita ini hanya fiksi belaka,
hanya karangan yang tercipta dari hayalan tinggi yang mengada-ngada. Harap bagi pembaca dapat mengerti dan memaklumi. Dan cerita ini hanya untuk manusia yang sudah seharusnya memiliki KTP.
...Langit lagi-lagi tak berbintang, angin yang bertiup kencang mengibas rambut dan poni tipis milik Jun. Jun mendekap kedua lututnya berusaha menghangatkan tubuhnya sendiri. Kini Jun sedang berada di balkon kamarnya, berusaha menjernihkan kepalanya yang kacau.
Jun dengan mood nya yang naik turun, tak lagi bisa ia kontrol walau sudah menonton drama korea favoritnya. Dia benar-benar merasa sudah tidak warah dan gila, apalagi saat oppa-oppa ganteng favoritnya menunjukan rotinya dan dia hanya diam tidak melompat-lompat hiperaktif seperti biasanya. Kejadian waktu itu benar-benar tidak bisa ia tepis dari kepalanya dan kehidupannya benar-benar tidak bisa kembali normal seperti sediakala.
Jun membenamkan wajanya pada kedua lutunya dan menghela nafas dalam. Rasanya ia tak sanggup lagi, semua yang terjadi sepenuhnya salah nya. Dia bahkan merasa canggung saat bertemu dengan Bagas , walau sepertinya Bagas tidak mempermasalahkan perkataanya waktu itu.
Malam yang dingin tanpa bintang dan sendiri adalah situasi yang berbahaya untuknya. Kepalanya tak kan berhenti berfikir dan mengingat kejadia-kejadian yang seharusnya tidak ia pikirkan.
Jun tiba-tiba teringat sesuatu. Dia mengangkat wajahnya dan menatap langit, "kenapa dia melakukan itu?" ucapnya seolah meminta jawaban dari langit.
Jun mengingat saat laki-laki itu melamarnya. Apa itu termasuk dalam kata melamar? Di saat laki-laki itu meminta dia untuk menikah?
Jun mulai merangkai opini-opininya menjadi suatu cerita pada kepalanya. Ia seolah-olah memberi pertanyaan pada dirinya yang ia jawab sendiri dengan jawaban yang ia pikir benar. Tapi tetap saja ia memiliki banyak jawaban untuk setiap pertanyaan yang menimbulkan banyak pertanyan baru.
Kenapa dia mau bertanggung jawab? Kenapa dia mau menikah dengan ku? Apa kah semua ini hanya candaan dan tipu muslihat? Apa dia menginginkan sesuatu dari ku? Apa yang sebenernya ia inginkan dari ku? Tapi kenapa dia minta maaf? Apa dia benar-benar merasa bersalah? Dan banyak lagi pertanyaan yang ada di kepalanya.
Jun mengambil sebuah kotak kecil yang sedari tadi berada di sampingnya, matanya menatap benda itu dengan tajam. "harus kah aku mengetahuinya?" ucapnya pada dirinya sendiri.
Ia buka dengan perlahan kotak tersebut, dadanya berdegup mulai tidak beraturan. Sejujurnya dia belum pernah melihat secara langsung benda yang di sebut tespeck ini, dia hanya pernah melihatnya beberapa kali di tv.
Tepat saat benda itu keluar dari kotak seutuhnya, bel pintu pada apartemennya berbunyi nyaring.
Jun terdiam membeku dan benda pada gengamannya terjatuh. Dia terkejut. Dirinya serasa sedang tertangkap basah melakukan hal keji. Jantungnya semakin berdegup tanpa aturan dan semakin kencang saat bel bebunyi tanpa henti.
Dengan perlahan ia berjalan kerah pintu apartemennya, mengintip dari lobang kecil pada pintu kearah keluar dan ia sama sekali tidak melihat apapun.
Bunyi bel dan ketukan di pintu pun berhenti.
Jun mulai takut. Dengan perlahan ia buka pintu apartemennya, benar saja, dia tidak melihat apa pun saat memalingkan wajahnya kekanan dan kekiri. Namun saat matanya menuju kearah bawah, ia dikejutkan dengan kehadiran sosok yang sedari tadi dia pikirkan dalam keadaan terbaring di lantai karpet didepan pintunya tidak sadarkan diri.
#
Sekarang apa yang harus Jun lakukan?
Yang terpikir olehnya hanyalah menyeret tubuh besar itu dan membawanya masuk kerumah.
Dia, dengan tubuh mungilnya menarik lengan kekar pria itu sekuat tenaga. Tubuh besar itu perlahan bergeser dari posisinya.
Jun menghela nafas setelah berhasil membawa masuk tubuh itu. Segera ia menutup pintu agar tidak ada yang menangkap basah dirinya memasukan cowok kekamar.
Tubuh kekar itu tergeletal tepat didepan pintu. Jun tidak berniat memindahkan tubuh itu ke tempat yang lebih layak lagi.
Jun hanya terdiam melihat tubuh itu dengan pandangan bertanya. Kenapa seorang bos besar bisa berada di depan kamar apartemennya, pingsan dan dalam keadaan mabuk?
"panjang umur" gumamnya.
Jun mengambil dua kain sprai dari lemarinya dan melilitkan pada tangan dan kaki pria itu lalu mengikatnya.
"maaf bukan maksud aku begini. Tapi aku harus menjaga diri ku" ucapnya pelan.
Dan setelah memastikam ikatannya sulit untuk terbuka, Jun pun beranjak masuk ke kamarnya dan mengunci pintunya juga menarik meja kecil di samping kasurnya untuk mengganjal pintu.
Ia lalu melompat ke kasur dan membenamkan dirinya ke dalam selimut. Dan kepalanya sibuk memikirkan. Darimana cowok itu tau alamatnya? kenapa dia ada didepan kamarnya? kenapa dia mabuk? Bagaimana cowok itu bisa sampai di kamarnya? dan pertanyaam-pertanyaan lainnya.
Entah bagaimana nasipnya sekarang, yang pastinya dia tidak akan bisa tidur nyenyak dan akan terus bersikap was-was.
#TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Not Out of Love
RomansJun ingin menjadi seorang ibu, dia sangat ingin memiliki seorang anak yang lucu dan mengemaskan yang akan menjadi tujuan dari kehidupanya. Namun pemikiran salah yang selalu ia pikirkan adalah, bagaimana cara memiliki anak tanpa memiliki suami. Jadi...