36

876 82 15
                                    

Dear my love pembaca setia ku. Aku upload 2, hari ini. Aku merasa bersalah banget, karena terus minta maaf tapi melakukan hal yang sama berulang-ulang. Aku gak bisa menepati janji untuk upload tiap minggu, karena berbagai macem alasan. Tapi kalian tetep setia membaca cerita aku. Makasihh banyak dan maaf teramat sangat. I love you guys....

Ini sudah menginjak pukul 3 dini hari, namun kedua mata Jun masih sulit untuk terpejam. Kepalanya sibuk memikirkan informasi yang ia dengar dari Zefa. Informasi yang tidak enak di dengar sama sekali.

Sebenarnya masalah yang ia hadapi tidak sebanding dengan apa yang Zefa hadapi. Memikirkan hal itu membuatnya malu, dan mengutuk dirinya mengapa ia begitu lemah, padahal semua masalah ini ia sendiri yang cari.

Tiba-tiba suara erangan terdengar dari ruangan sebelah, disusul dengan suara benturan keras. Jun terdiam mematung, bingung apa yang harus ia lakukan dalam situasi seperti ini.  Dengan perlahan ia melangkah keluar dari kamarnya.

Jun dapat melihat pintu ruangan di sebelah kamarnya terbuka, namun tidak ada siapapun di dalamnya. Jun memutar pandangannya, melihat ke kanan dan ke kiri, hingga matanya menangkap punggung Zefa yang berjalan menjauh kearah belakang. 

Dengan langkah kecil Jun mengikutinya dari belakang, berusaha tidak mengeluarkan suara apapun. Dalam hati Jun berfikir, mungkinkah seorang Zefa memiliki kebiasaan tidur berjalan?

Langkah kaki Jun terhenti, saat melihat Zefa membuka pintu kearah halaman belakang. Jun hanya memerhatikan gerak gerik Zefa yang terlihat tenang. Hingga Zefa menjatuhkan dirinya kedalam kolam renang tanpa aba-aba. 

Jun menahan dirinya untuk berlari, dan berusaha mengontrol dirinya yang syok melihat pemandangan yang tidak biasa ini. Jun berusaha memikirkan alasan mengapa Zefa melakukan itu? apakah karena kebiasaan buruk tidur berjalan? mengigau? atau karena ia mendapatkan mimpi yang sangat buruk hingga dia berusaha menenangkan diri dengan cara tidak normal. Tapi sepertinya, Zefa memang melakukannya secara sengaja, mengingat baru kemarin Jun mendapati Zefa seperti ini.

Zefa yang dikenal sebatas pewaris tunggal pengusaha terkaya, tampan, mapan, dan pemain hati wanita, namun memiliki sisi yang tidak diketahui banyak orang. Ia memiliki ayah yang penuh obsesi dengan kekuasaan dan penerus, yang menomer satukan harta kekayaannya. Apapun dilakukan demi menjaga hartanya, apapun walau menyakiti keluarganya.

Zefa hanyalah boneka bagi ayahnya, dia harus melakukan apapun yang ayahnya minta tanpa dapat menolak. 

Orang yang mengerti dia hanyalah ibunya, namun ibunya meninggal disaat usianya masih sangat muda. Saat ibunya meninggal, ayahnya memperkenalkan dirinya pada seorang anak, yang setelah ia berteman lama dengan anak itu, ia mengetahui bahwa anak itu adalah saudara tirinya. Iya, anak itu adalah Bagas.

Hubugan ia dan anak itu jadi pecah karena suatu alasan. Dan mereka pun terpisah tanpa ia ketahui kemana anak itu pergi.

Saat ia dewasa, ayahnya meminta ia menikah, namun ia tidak mau. Ayahnya yang selalu memata-matai anak-anaknya pun akhirnya mendapatkan dia bertemu dengan Jun. Jun yang merupakan teman dekat anaknya yang lain, Bagas.

Ayahnya mengetahui bahwa Bagas menyukai Jun dan mengetahui perbuatan Zefa kepada Jun, dan ia berniat membuat kedua anaknya bertarung untuk satu wanita. Untuk menunjukan siapa yang lebih unggul dalam mendapatkan apa yang anaknya inginkan.

Memikirkan semua itu saja membuat dada Jun sakit, apalagi seorang Zefa yang harus menghadapi semua itu. Hidup dengan leher dirantai dan tidak memiliki tempat untuk bersandar.

Jun melangkah kan kaki mendekati kolam. Ia dapat melihat Zefa yang duduk di dasar kolam dengan mata terpejam. Dengan perlahan Jun duduk pinggir kolam, kedua kakinya ia masukan kedalam air yang terasa menusuk kakinya dengan suhu yang sangat dingin.

Zefa belum menyadari keberadaannya, dan Jun mulai panik karena sudah sepuluh menit Zefa berada di dalam sana. 

Jun pun memutuskan merendam seluruh tubuhnya, lalu menendang tubuh Zefa dengan kakinya, yang membuat Zefa akhirnya membuka matanya. 

Jun terkejut saat tiba-tiba kepala Zefa menyembul dari dalam air, tepat berada didepan wajahnya.

"Kenapa kamu disini?" tanya Zefa dengan suara yang meninggi. "apa sih yang ada di pikiran kamu?" 

Tubuh Jun membeku, melihat Zefa meneriaki nya tepat didepan wajahnya untuk kedua kalinya, sungguh menakutkan. Karena kali ini Zefa benar-benar terlihat lebih menyeramkan dari yang kemarin, dengan intonasi suara yang lebih tinggi,  pandangan tajam dan wajah yang kaku.

Zefa segera menarik tubuh Jun ke pinggir kolam, lalu mengangkat tubuh Jun hingga terduduk di pinggiran kolam. Dan ia segera keluar dari sana, berlari mengambil handuk dan kembali kepada Jun.

Zefa segera melilitkan handuk pada tubuh Jun yang gemetaran. Lalu meraih tangan Jun memintanya untuk berdiri. Tanpa penolakan, Jun pun berdiri dengan kepala menunduk takut.

"kenapa kamu masuk kedalam kolam?" tanya Zefa dengan suara yang lebih rendah. 

"Karena kamu udah 10 menit gak keluar-keluar" jawab Jun tanpa mendongak. 

Walau samar, Zefa dapat mendengar isakan dalam nada bicara Jun, yang membuat ia merasa bersalah telah membentak nya. Zefa menarik dagu Jun agar mendongak kearah nya . "Terus kenapa?" tanyanya lagi.

"Karena... karena..." Jun terbata. Ia tidak dapat menemukan jawaban pada kepalanya, mengapa ia masuk kedalam sana, menghampiri Zefa, dan berujung mendapat penghakiman dari pria itu, lagi.

Zefa menggerang "Kamu tuh lagi hamil Jun..."

Jun melangkah mendekat kearah Zefa, lalu tanpa aba-aba ia memeluk tubuh Zefa erat, menenggelamkan kepalanya pada dada bidang pria itu sembari memejamkan mata. 

Tubuh Zefa menegang. "Apa yang kamu lakukan?"

"Maaf, aku kedinginan" Bisik Jun.

Zefa mulai merasakan jantungnya berpacu melebihi ritmenya di dalam sana, pikirannya juga berpencar hingga membuatnya lupa dengan mimpi buruknya, dan berfokus pada wanita dihadapannya. "kamu membuat ku gila" gumamnya lebih kepada dirinya sendiri.

Dengan perlahan Zefa menarik dagu Jun lagi, membuat Jun mendongak dan membuka matanya. "bolehkan aku mencium mu?"

Jun meraih tengku Zefa dan menarinya agar Zefa lebih menunduk, lalu kedua kakinya berjinjit hingga bibir mereka menempel dengan sempurna.

Namun saat Jun mau melepaskan kecupannya, Zefa menahan punggung Jun, dan menarik Jun agar bibir mereka kembali menyatu.

Keduanya mulai terhanyut dalam kelembutan yang mereka ciptakan. Tidak peduli dengan udara dingin yang berusaha mengusik mereka, yang malah tidak dirasakan oleh keduanya yang saling menghangatkan satu sama lain.

#TBC






Not Out of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang