22

2.3K 129 4
                                    

Jam sudah menunjukan pukul 4 dini hari dan kedua mata juga masih enggan terpejam. Kedua matanya menatap langit-langit kamarnya yang dihiasi stiker bintang glow in the dark, dan kedua telinganya fokus mendengar suara dengkuran halus dari luar kamarnya.

Ada sebersit rasa bersalah meninggalkan pria itu dalam kondisi tidak manusiawi.

"apa aku lepas saja ikatanya?" ucapnya pada dirinya sendiri.

Jantungnya mulai berpacu, seakan menariknya untuk segera keluar dan mengecek kondisi pria itu.

Jun menatap nakas yang ia jadikan penahan pintu, disana ia melihat gelas airnya yang sudah kosong bekas kemarin malam.

"lagi pula aku memang harus keluar untuk ambil minum" gumamnya lagi.

Dia dengan perlahan turun dari kasurnya, lalu menggeser nakas yang mengganjal pintu kamarnya lalu memutar kunci kamarnya sebanyak dua kali dan yang terakhir menarik gagang pintu dengan sangat perlahan.

Jun berjalan dengan sedikit berjinjit dan kakinya melangkah lebar-lebar namun perlahan, punggungnya sedikit ia bukukan. Seperti mengendap-ngendap.

Dia terus berjalan seperti itu hingga dapur. Dapurnya yang tidak ada sekat, membuat ia dengan leluasa melihat sekeliling rumah. Dan dapat melihat pria itu yang terlelap sambil meringkuk kedinginan.

"Kenapa dia bisa tidak bangun dengan posisi seperti itu" ucap Jun dalam hati. Sedikit heran melihat posisi tidur pria itu yang meringkuk dengan tangan dan kaki diikat olehnya, untuk penjagaan diri.

Jun jadi merasa bersalah.

Suara erangan yang tiba-tiba terdengar, membuat gelas pada tangan Jun terjatuh dan pecah berantakan.

"Arghhhh" erangan itu berubah menjadi ringisan kesakitan.

Jun tanpa pikir panjang berlari ke arah pria itu. Dia dengan cepat membuka ikatan pada tangan dan kaki pria itu yang membuat pria itu terbangun dari tidurnya.

Zefa membuka matanya dan menatap wajah Jun dengan nafas memburu.

Dada Jun menjadi sesak, diselimuti rasa bersalah yang mendalam. Ia menunjuk tak berani membalas tatapan Zefa yang menyala. "maaf" gumam Jun penuh penyesalan.

#

Zefa masih belum mengalihkan tatapannya dari sosok bertubuh mungil yang sedang menunduk dihadapannya.

Ia masih berfikir, apa alasan wanita itu meminta maaf padanya.

Matanya beralih melihat sekelilingnya, dan menyadari kalau seharusnya dia lah yang meminta maaf pada wanita di hadapannya ini.

Dia masuk ke rumah orang lain, menggedor rumah orang pada tengah malam yang menyebabkan kegaduhan. Tapi kenapa wanita itu yang minta maaf? "kenapa minta maaf?"

Jun mengangkat kepalanya. Dan menatap wajah Zefa yang juga menatapnya.

"kenapa kamu minta maaf?" Zefa mengulangi pertanyaannya.

Tanpa di duga air mata Jun malah menetes. Mendengar pertanyaan itu entah mengapa membuat Jun semakin merasa bersalah dan terintimidasi diwaktu bersamaan.

Zefa semakin dibuat bingung olehnya. Tanpa diduga tanganya bergerak menyeka airmata Jun, yang malah membuat Jun semakin menangis.

Jun sendiri bingung kenapa dia menangis sesengukan seperti ini. Dia tidak melakukan hal yang salah, dia hanya melakukan tidakan penjagaan diri. Tapi kenapa?

Zefa terdiam, tanganya yang masih menempel pada pipi Jun, basah terkena cucuran air mata yang semakin deras. Kenapa ada seseorang yang menangis untuk nya? kenapa dia menangis untuk nya? Zefa yakin tidak ada alasan lain untuk Jun menangis seperti ini selain dia. Tapi kenapa?

Zefa tak tau harus berbuat apa, yang iya lakukan hanya meremas bahu kanan Jun. Yang membuat ia ikut meneteskan air mata walau hanya satu dua butir. Rasa sesak yang selama ini dia tahan dikeluarkan dengan dua butir air mata yang melegakan. Tapi kepala Zefa semakin dipenuhi tanda tanya, karena bocah yang ternyata seorang wanita dewasa dihadapannya ini terlalu unik untuk tidak dipikirkan.

Pertemuan pertama mereka, adegan bamper mobil yang hancur cuma hanya karena rasa ego tidak ingin dilupakan, ciuman singkat yang beralasan mengusir orang, dan menumpahkan kopi juga adegan mengajak nikah, lalu sekarang mabuk-mabukan hingga menerobos masuk rumah orang.

Seorang Zefa yang dikenal dengan pewaris tunggal semua harta Wijaya, melakukan semua itu. Semua hal baru yang tak pernah terpikirkan olehnya akan ia lakukan, terjadi begitu saja. Kenapa?

"kenapa harus kamu?" bisik Zefa lebih kepada dirinya sendiri.

#TBC

Not Out of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang